Waktu istirahat akhirnya datang juga. Suara bel barusan jadi alarm kebebasan buat para siswa. Semua langsung berhamburan keluar kelas—ada yang ke kantin, taman sekolah, atau sekadar nongkrong di lorong sambil jajan.
Tapi enggak buat Elina. Dia tetap duduk santai di kursinya, nyenderin kepala ke meja sambil main HP. Daripada desak-desakan di kantin yang lebih mirip pasar malam, mending rebahan kalem di kelas. Tenang dan bebas drama.
Elina membuka aplikasi Line, lalu mencari nama “Naya”—sahabatnya sejak SD yang sekarang beda kelas. Walaupun satu sekolah, mereka jarang ketemu karena beda jadwal pelajaran. Naya adalah satu dari sedikit orang yang bikin Elina nyaman walau baru pindah sekolah.
Ya, Elina anak pindahan. Lagi.
Padahal dia lahir dan besar di Bandung. Tapi karena pekerjaan orang tuanya, dia sempat tinggal di Bekasi beberapa tahun. Sekarang akhirnya balik lagi ke kota asal, dan sekolah di sini. Rasanya aneh, kayak pulang kampung tapi jadi orang baru.
────୨ৎ────
Line Chat
Elina:
Lo di mana, Nay?
Naya:
Kantin, sama geng ciwi-ciwi
Elina:
Ih, gak ngajak. Jahat lo.
Naya:
Lo aja slow respon terus. Capek nungguin 😤
Elina:
Yah, maap. Tadi ada guru killer masuk 😭
Naya:
Alibi mulu. Udah sini gih, cogannya banyak 😏
Elina:
Cogan terus isinya...
Naya nggak bales lagi. Elina mendesah pelan lalu rebahan lagi. Tapi baru juga mau memejamkan mata, tiba-tiba…
Juno:
"Hai, Wakil Ketua."
Elina:
"Ngomong apa sih lo, mabok?"
Juno:
"Lagi sekolah gini mana bisa mabok, Cantik~"
Elina:
"Idih, lo ngaku suka mabok ya? Gue aduin lo ke BK."
Juno: