PANDORA 1998

Putu Winda K.D
Chapter #1

PROLOG

Senja abu-abu,

Langit tampak mendung. Ah, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Seorang gadis belia bersurai hitam lebat tampak berdiri termenung di bawah payung hitamnya, tepat di depan sebuah makam bernisan tanpa nama yang setiap hari selalu harum oleh taburan bunga krisan. Itu adalah bunga kesukaannya sejak dulu. Makamnya pun dibangun persis di bawah pohon favoritnya, tabebuya, mengingatkan gadis bersandang serba hitam ini pada insiden memilukan di masa lalu – sebuah peristiwa yang tak bisa ia lupakan hingga zaman semakin mempertua usianya. Seolah alam pun sadar dengan suasana kepiluan hati sang gadis, ia lantas turut serta meluruhkan air mata raksasanya dari atas langit berwarna abu-abu itu.

“Aku sudah berjanji untuk tidak menjenguk Ibu dengan wajah muram, tapi sepertinya alam berkehendak lain. Lihatlah, dia bahkan lebih muram dariku,” gadis itu bergumam sendirian, hanya menatap sendu ke arah nisan yang ia kunjungi.

Hari ini adalah hari ulang tahun sekaligus hari peringatan kematian ibunya, dengan kata lain Beliau lahir dan berpulang tepat di tanggal dan bulan yang sama. Sudah bertahun-tahun lamanya ia menantikan hari ini, kembali ke kota kelahirannya hanya untuk bertatap muka dengan wanita yang telah melahirkannya itu, walau kini harus dengan perantara sebuah gundukan tanah kubur. Ya, biar bagaimanapun juga ini adalah kesempatan langka yang bisa dijamahnya sebelum ia kembali ke ibu kota, ke sebuah rumah yang lebih pantas disebutnya sebagai neraka.

Lihat selengkapnya