PANDORA 1998

Putu Winda K.D
Chapter #10

(P1) PERJALANAN MENGIKUTI NYONYA ADELINE

Seperti yang diminta Ratna tempo hari, Tuan Adisaka langsung mengubungi Nyonya Adeline secara langsung untuk membicarakan tentang kesenggangan waktu wanita itu agar bisa bertemu dengan pimpinan hotel mereka, yang tak lain dan tak bukan adalah Ratna sendiri. Melalui hal tersebut, maka mereka pun sepakat untuk membuat janji temu tiga hari setelahnya. Namun, entah mengapa wanita ini tiba-tiba saja datang dua hari lebih cepat dari waktu yang disepakati bahkan tanpa memberikan pemberitahuan apapun kepada pihak hotel, yang lantas membuat Tuan Adisaka jadi sedikit kelabakan atas kunjungan dadakan tersebut – ia jadi seperti sedang disidak oleh wanita ini.

“Anda memajukan jadwal pertemuannya menjadi begitu awal, Nyonya,” Tuan Adisaka mengawali pembicaraan mereka dengan sebuah kalimat sapa yang terkesan tak menyapa.

Seorang pelayan tampak menyajikan sepoci racikan teh kayu aro ke dalam cangkir mereka masing-masing, lalu meletakkan sebuah piring saji berisi beberapa butir kue malus yang katanya menjadi hidangan primadona itu.

“Tentu saja, aku jadi sangat bersemangat ketika kau mengatakan bahwa keponakanku ingin bertemu denganku setelah sekian lama,” jawab Nyonya Adeline dengan begitu antusiasnya.

“Ah, sayang sekali, Nyonya. Namun baru saja kami mendapatkan kabar bahwa Nyonya Ratna saat ini sedang kurang sehat dan tengah beristirahat di rumahnya. Oleh sebab itulah, pagi ini pun rapat jabatan eksekutif terpaksa kami tunda,” tutur Tuan Adisaka menerangkan.

"Ratna sedang sakit!? Astaga, kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal? Oh, haruskah aku menjenguknya sekarang?” Nyonya Adeline menggerutu sendiri.

“Maaf?” Tuan Adisaka pun dibuatnya kebingungan.

“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi lebih awal. Pertemuan formalnya akan kutunda sampai lusa saja, karena aku harus menjenguk keponakanku terlebih dahulu. Sampai jumpa, Tuan Adisaka,” imbuhnya seraya beranjak pergi dari ruangan itu, bahkan tanpa sempat menyentuh sedikitpun kudapan yang disajikan.

Tuan Adisaka pun lantas hanya bisa terdiam membisu. Padahal niat hati ia hanya ingin sekadar memberi kabar tentang alasan keberhalangan hadirnya Ratna untuk memenuhi kunjungan dadakan dari Nyonya Adeline hari ini, namun siapa sangka wanita paruh baya itu malah tampak bersemangat ingin mengunjungi Ratna di mansionnya dengan dalih untuk menjenguk. Tentu tak ada yang bisa melarang, apalagi menentang keinginan seorang Nyonya Adeline yang seyogyanya pun memiliki andil cukup besar bagi infrastruktur Hotel Nuwa sejak dulu.

Selanjutnya, mengikuti perjalanan Nyonya Adeline hari ini, setelah meninggalkan Hotel Nuwa dengan mobil mewahnya, sesuai rencana ia pun berbelok arah menuju ke jalan yang bisa mengantarnya sampai ke mansion tempat gadis bernama Ratna itu berada.

Bagi siapapun yang menginjakkan kakinya di bangunan megah yang terbangun kokoh di atas tanah seluas dua hektar ini, bisa dipastikan mereka tak akan ada habis-habisnya melontarkan kekagumannya sendiri. Menilik sedikit pada bangunan bak istana ini, mansion milik Angga yang kini pun telah resmi menjadi milik Ratna juga benar-benar menjadi bangunan terluas dan termegah di seantero pesisir ibu kota. Angga membangunnya dengan begitu elegan, berarsitektur neoklasik, dan penuh polesan warna-warna lembut yang senada. Belum lagi bagian interiornya, akan jauh lebih menakjubkan lagi. Percayalah!

“Maaf, Nyonya, ada yang bisa dibantu?” Seorang pelayan datang menghampiri Nyonya Adeline yang sejak tadi terus menerawang menatap tiap inci struktur bangunan itu.

Dan Nyonya Adeline yang mendapat sapaan itu pun lantas terperangah, “Oh, halo, aku bibinya Ratna,” jawabnya lugas.

Lihat selengkapnya