Wanita paruh baya itu spontan bergerak mencondongkan badannya ke arah Ratna yang terduduk persis di sampingnya ini, lalu menatap lekat kedua manik mata hitam milik gadis itu, “Tentang ibumu, apa kau tak ingat?” Nyonya Adeline kembali mendesak tanya.
“Sebenarnya apa maksud Anda, Nyonya Adeline? Kenapa sekarang kau malah membahas tentang ibuku?” Ratna menjawab sinis.
“Tentang kejadian enam tahun lalu, apa kau tak ingat? Ah, aku tahu membahas ini pasti akan membuatmu kembali bersedih, tapi andai saja saat itu kau dan ibumu tak kembali ke Indonesia, mungkin sekarang kalian masih hidup bersama tanpa terlibat dalam insiden itu. Dan lagi, ibumu pasti tak akan terbun..,” Nyonya Adeline spontan memotong ucapannya sendiri. Ia seperti ingin melanjutkan, namun tampak ragu setelah melihat ekspresi wajah Ratna yang kian menatapnya dingin. Ia lalu hanya menghela napasnya pelan, “Bibi turut berduka,” ujarnya singkat.
“Ibuku hanya sakit, Nyonya Adeline, tak ada hubungannya dengan insiden atau apapun yang kau katakan itu. Lagipun aku sama sekali tidak mengerti tentang insiden apa yang kau maksudkan, hingga sejak tadi kau menyebutnya berkali-kali. Maaf jika aku terkesan ketus, tapi Anda tahu sendiri bagaimana kondisiku saat ini, membahas tentang masa lalu seseorang sepertinya bukanlah hal yang tepat untuk dijadikan bahan obrolan ketika sedang menjenguk ‘kan?” Ucap Ratna kemudian.
Ah, walaupun tak bermaksud ketus, namun ucapannya ini terdengar cukup tajam bagi telinga yang mendengarkannya.
“Maaf jika kau merasa tersinggung, sayang, tapi jujur bibi tidak bermaksud membuatmu begitu. Hanya saja, bolehkah bibi bertanya satu hal lagi padamu?” Nyonya Adeline tampak bersikukuh tak ingin keluar dari topik pembicaraannya.
Ratna bergeming.
“Kenapa kau mengatakan bahwa ibumu meninggal karena sakit? Apa kau sungguh tak mengingat apapun?”
“Kau adalah sahabatnya sejak kecil ‘kan? Bukankah seharusnya kau sudah tahu? Kenapa bertanya?” Ratna lagi-lagi menjawab ketus.
“Bukan begitu, hanya saja karena kau mengubah alur ceritanya, sayang. Ibumu meninggal karena insiden pembunuhan delapan tahun lalu – di ibu kota. Bagaimana bisa kau mengatakan ia meninggal karena sakit?”
“Nyonya Adeline!” Ratna membentak cukup keras, ia bahkan sampai berdiri dari duduknya. “Jangan bicara sembarangan! Ibuku meninggal karena Beliau sakit, jadi tolong jangan menyebarkan rumor yang bukan-bukan! Maaf, tapi sepertinya Anda harus kembali sekarang, aku ingin beristirahat,” ucapnya kemudian.