Anehnya, gadis itu tanpa ba bi bu lantas mulai menegakkan tubuhnya, kemudian mengalungkan kedua lengannya di pundak Angga.
"Aku mencintaimu," ujarnya tiba-tiba.
Tentu saja Angga yang dilempari pernyataan seperti itu pun hanya bisa melongo tak percaya. Ia kaget sebab ucapan yang menurutnya tabu itu tiba-tiba saja keluar dari mulut seorang gadis yang tak akan selantang itu mengucapkannya, ditambah lagi ini terjadi tanpa aba-aba. Ada yang tidak beres, ini semakin tak tertebak lagi. Apa yang terjadi selanjutnya? Sebab tinggi badan Angga yang jauh beberapa senti lebih tinggi darinya, Ratna pun terpaksa harus berjinjit sampai ia bisa menggapai tepat pada bibir suaminya ini. Bibir? Ya, bibir. Ratna tiba-tiba mencium Angga tanpa mengatakan apapun. Apa yang dilakukan gadis ini sudah semakin menjadi-jadi, membuat Angga jadi melongo sendiri. Tanpa membalas ciuman itu, laki-laki ini pun spontan langsung menjauhkan tubuh Ratna dari jangkauannya dengan dorongan yang sedikit keras.
"Apa kau mabuk?" Sentaknya bertanya.
"Kenapa? Apa rasa bibirku seperti alkohol atau sampanye?" Jawab Ratna dengan nada bicaranya yang seperti sedang menggoda.
"Ucapanmu itu bisa membuat orang salah paham, apa kau tahu? Jadi lekaslah sadar!" Ketus Angga kemudian.
"Apa kau tak merasa nyaman jika melakukannya di sini? Ayolah, suamiku, aku hanya menciummu."
"Ratna!"
Walaupun sudah diperingati begitu, namun gadis ini tampaknya masih tak menyerah. Ia kembali berjinjit dan menciumi bibir Angga sekali lagi. Ah, entah apa yang sedang terjadi padanya saat itu, tak ada yang tahu. Ratna benar-benar seperti orang mabuk, namun jelas Angga tahu jika istrinya itu tak terlalu doyan minuman keras. Bahkan seingatnya, Ratna tak menyentuh satupun minuman-minuman beralkohol itu sejak tadi 'kan?
"Ratna, hentikan! Jika kau melakukannya lagi, maka aku pun tak bisa menjamin untuk tidak melewati batasanku," Angga sebisa mungkin menahan dirinya dengan mendorong tubuh Ratna mejauh. Ia memegangi kedua pundak gadis itu dengan tangan yang sedikit gemetaran, saking tak bisa mencerna situasi yang sedang terjadi padanya saat itu.
Mendengar ucapan Angga yang terdengar seperti sebuah ancaman ini, Ratna pun hanya bisa menggigit bibirnya sendiri. Ia bingung harus bagaimana sekarang, sementara si penguntit itu masih terus berdiri mengawasi mereka. Tak mungkin jika ia mundur begitu saja setelah memulai semuanya 'kan?
"Lakukan saja! Kau bisa melewati batasanmu," jawab Ratna kemudian.