Lampu sudah dimatikan dan suasana kamar pun mulai menggelap, lebih tepatnya remang-remang sebab Ratna meminta agar salah satu lampu LED di atas nakas tetap dinyalakan. Walau seingatnya dahulu ia tak pernah takut gelap, namun entah mengapa rasanya berbeda akhir-akhir ini, terutama semenjak ia kehilangan sosok ibunya. Ratna malah berubah jadi wanita yang takut pada kegelapan. Berkebalikan dengan Angga yang termasuk golongan orang penyuka gelap ketika hendak tidur. Ia memang tak suka jika ada cahaya walau hanya setitikpun di kamarnya ketika tidur, namun tentu akan menjadi pengecualian untuk malam ini.
"Apa kau sudah tidur?" Ratna mengawali dialog singkat mereka malam itu.
"Hm," Angga menjawab singkat, sesingkat seperti biasanya.
"Hm apa? Sudah tidur?" Ratna kembali bertanya seraya mengintip ke arah sofa tempat Angga berbaring.
"Ada apa?" Dengan suara yang parau, Angga balik melempar tanya.
"Tidak, aku hanya ingin membicarakan tentang beberapa hal padamu. Tapi jika kau sudah mengantuk tidak apa-apa, kita bisa membicarakannya nanti saja di rumah ketika kau senggang."
"Aku hanya senggang malam ini, jadi katakan saja!"
"Baiklah, kalau begitu dengarkan aku! Pertama, ini tentang kejadian di toilet tadi. Aku minta maaf karena sudah membuatmu bingung dan terkejut, sebenarnya aku punya alasan dalam melakukannya. Saat itu aku tak sengaja melihat Bibi Gendis yang sedang bersembunyi menguntit kita dari pantulan cermin di tembok luar, aku yakin dia pasti merupakan antek-antek nenekmu. Oleh sebab itulah, aku mencoba merayumu seperti layaknya pasangan suami istri sungguhan dengan maksud untuk mengelabuinya. Tapi tak kusangka kau malah benar-benar terpancing suasana. Bukan maksudku menyalahkanmu, ini murni adalah kesalahanku karena telah membuatmu salah paham. Maka dari itu aku ingin meminta maaf dengan tulus padamu. Lalu yang kedua, ini tentang nenekmu. Kau tahu, saat acara minum teh di ruang tengah tadi, Dinda, adik sepupumu itu mengatakan sesuatu hal yang sangat aneh padaku. Kau tahu dia bilang apa? Katanya aku adalah salah satu korban dan saksi hidup atas insiden kerusuhan di tahun 1998 silam, lalu dia bilang nenekmu punya foto amatir yang menunjukkan sosokku dan ibuku yang sedang dikelilingi massa saat itu. Dan parahnya lagi, Dinda malah mengatakan bahwa ibuku meninggal karena dibunuh. Tidakkah kau merasa semua ucapannya itu terlalu kejam?" Ratna bertutur panjang lebar tentang hal-hal yang memang ingin ia sampaikan pada suaminya ini.
"Dinda berkata begitu?" Tanya Angga yang terdengar memastikan.
"Hm, dia mengatakan hal itu. Aneh 'kan? Bahkan Nyonya Adeline pun mengatakan hal-hal yang aneh ketika ia berkunjung ke rumah tempo hari. Perkataannya hampir mirip dengan yang dikatakan Dinda, tapi dalam versi yang tidak terlalu spesifik," jawab Ratna.
"Nyonya Adeline datang ke rumah?"