Zeian adalah Kakak sepupu Ratna, putra satu-satunya yang dimiliki oleh Nyonya Mudan. Ia beberapa tahun lebih tua dari Ratna, dan saat ini pun Zeian diketahui tengah melanjutkan pendidikannya di salah satu perguran tinggi negeri di ibu kota. Sebenarnya ia masih harus masuk kuliah hari ini, namun karena mengetahui Ratna dan ibunya datang ke Banyuwangi, Zeian pun memutuskan untuk mengambil cuti izin selama tiga hari di kampusnya. Laki-laki itu sangat menyayangi Ratna, ia bahkan sudah menganggapnya sebagai adik kandungnya sendiri. Seperti yang sudah kuberitahu di awal, bahwa Ratna merupakan anak paling beruntung di keluarganya sebab selalu mendapatkan kasih sayang melimpah dari siapapun yang berhubungan dengannya, termasuk Zeian ini salah satunya. Saking cintanya ia kepada adik sepupunya ini, jika diminta mengorbankan nyawa pun mungkin Zeian tak akan menolak. Sebegitu sayangnyalah ia pada Ratna.
"Kakak, apakah semuanya akan baik-baik saja?" Celetuk Ratna bertanya di sela-sela kunyahannya pada kue kura-kura berlapis kemerahan itu.
"Tenanglah, semuanya pasti akan baik-baik saja," jawab Zeian seraya mengelus lembut pucuk kepala Ratna. "Bagaimana? Apakah kuenya enak?" Imbuhnya lantas bertanya.
Ratna mangguk-mangguk, "Hm, aku suka kue ini, rasanya kenyal dan lembut. Siapa yang membuatnya?" Jawab Ratna.
"Tentu saja aku," lugas Zeian.
"Dasar bohong! Mana mungkin Kakak yang masak? Menggoreng telur saja masih acak-acakkan," Ratna berujar seolah melontarkan ejekkannya.
"Hahaha..dasar kau ini! Hei, besok tinggallah bersama Kakak di rumah ya? Biarkan para orang tua saja yang pergi ke hotel," usul Zeian kemudian.
"Kenapa? Aku 'kan baru tiba di sini, tentu saja aku ingin jalan-jalan keliling ibu kota. Lagipula rasanya sudah lama tidak ke Hotel Nuwa," tolak Ratna.
"Kau 'kan bisa jalan-jalan nanti, besok temani aku keliling desa saja. Akan kujamin kau akan lebih suka melakukan perjalanan ini daripada hanya berkeliling ibu kota. Bagaimana?" Rayu Zeian.
"Hmm..baiklah, aku setuju. Tapi Kakak harus mentraktirku beli gorengan ya? Karena aku dengar gorengan di desa ini enak-enak."
"Hahaha..baiklah, sesuai permintaanmu."
Dan begitulah percakapan kecil mereka berlanjut, bersama kehangatan seorang kakak yang sama sekali tak akan pernah Ratna rasakan lagi setelahnya.
Singkatnya – dikeesokan harinya seperti yang sudah direncanakan, bahwa ibu Ratna bersama Nyonya Mudan akan berangkat menuju Hotel Nuwa di ibu kota menggunakan sebuah mobil yang dikemudikan oleh Tuan Aji, suami Nyonya Mudan sendiri. Sementara Ratna dan Zeian, mereka pun punya rencananya sendiri. Di sinilah perbandingannya, di sisi para orang tua yang sibuk berkutat dengan permasalahan bisnis dan segala macam antek-anteknya, sementara anak-anak mereka disibukkan dengan aktivitasnya, berkeliling desa dan mengunjungi beberapa kedai jajanan tradisional yang katanya terkenal enak. Dan sesuai janji yang dibuatnya, Zeian pun benar-benar mentraktir gorengan untuk Ratna, di kedai yang memproduksinya paling enak tentu saja.