Ratna memutuskan untuk menceritakan masalahnya secara singkat.
"Apa kau pernah merasakan hidup di dalam kepalsuan?" Ratna mengawali dengan sebuah pertanyaan ambigu.
"Aku tidak mengerti maksud Anda, Nyonya. Apanya yang palsu?" Tanya balik Dyah.
"Hidupku, semuanya palsu. Kau tahu, selama ini aku dikelabui oleh keluargaku sendiri. Fakta bahwa ibuku meninggal karena sakit ternyata adalah palsu, begitupun dengan kakak sepupuku. Hahaha..rasanya aneh 'kan? Masa lalu yang sama sekali tak pernah kubayangkan akhirnya terkuak. Aku sampai bingung harus menanggapinya bagaimana," ujar Ratna dengan suaranya yang parau.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Nyonya?" Dyah kembali mengajukan pertanyaan dengan wajahnya yang tampak semakin khawatir, kali ini ia bahkan bergerak menjamah kedua tangan Ratna yang terasa dingin itu.
"Ceritanya panjang, tapi biar kuberitahu secara singkat saja padamu. Insiden kerusuhan di tahun 1998 itu, aku dan ibuku terlibat di dalamnya, sebagai seorang korban dan aku yang merupakan saksi hidup. Banyak hal yang terjadi, tapi aku baru mengetahuinya sekarang setelah sekian lama. Ah, rasanya aku seperti tak mengenali diriku lagi. Apakah kehidupanku yang sekarang adalah asli atau tidak, aku tak tahu. Alasan kenapa aku harus hidup dan mewarisi segala sesuatu yang ibuku tinggalkan, semuanya aku tidak tahu. Aku bingung, Dyah. Aku bingung bagaimana caranya menyikapi semua hal ini," - suaranya semakin parau. Ratna sebisa mungkin menahan air matanya, namun tak bisa. Tetap saja ada setetes yang jatuh dari pelupuk matanya, menggerakkan Dyah untuk memeluk tubuh lemah nyonya-nya ini.
"Aku yakin Anda adalah gadis yang kuat, Nyonya. Biar bagaimanapun pahitnya kenyataan menghantam Anda, Anda pasti bisa bertahan. Bukankah selama ini juga begitu? Anda hidup sendirian tanpa sosok orang tua, menjalani kerasnya hidup sejak remaja dan bahkan harus mengelola hotel sebesar itu. Sekarang saya mengerti alasan mengapa Anda jadi seperti ini, Anda pasti syok 'kan setelah mengetahui fakta mengejutkan itu? Tidak apa-apa, Nyonya, sekarang Anda punya banyak orang yang mengasihi Anda dengan tulus di rumah ini. Masih ada saya, Tuan, Yoga, dan seluruh pelayan hingga pekerja di Hotel Nuwa yang menyayangi Anda. Percayalah, semuanya pasti akan berlalu," tutur Dyah yang berusaha menenangkan Ratna dalam pelukannya.
Benar, yang dikatakan Dyah memang benar. Ratna tak bisa pupus semangat seperti ini hanya karena mengetahui masa lalunya yang traumatis. Sekarang hidupnya sudah berbeda, ia punya orang-orang yang selalu mendukungnya. Jika dirinya terus terikat pada masa lalu itu, maka kehidupannya di masa sekarang pasti akan terganggu, atau lebih parahnya ia tak akan bisa maju. Ya, Ratna harus bangkit walau mungkin ia akan memanjat naik dengan tertatih-tatih, sebab melupakan trauma masa lalu itu tentu tak semudah membalikkan telapak tangan.
* * *