PANDORA 1998

Putu Winda K.D
Chapter #28

PERJAMUAN TERAKHIR

Malam ini kebetulan Angga pulang ke mansion mereka, dan tentu saja gadis itu ingin menyambut kedatangan suaminya ini. Entah mengapa rasanya rindu sekali. Setelah ada banyak hari yang mereka lalui bersama-sama, walau mungkin di hari-hari sebelumnya pun Angga memang jarang pulang karena harus bolak-balik ke luar kota, namun hari ini terasa jauh berbeda.

"Kau sudah pulang? Mau makan malam dulu?" Sapa Ratna tatkala Angga tampak berjalan melewati ruang makan.

Laki-laki itu tampak terdiam sejenak, memandangi meja makan yang penuh dengan berbagai sajian makanan, sebelum pada akhirnya ia kembali menatap Ratna yang sudah berdiri tepat di depannya. 

"Tidak perlu, aku tidak lapar," jawabnya singkat. Persis seperti yang biasa Ratna katakan tiap kali Angga menyuruhnya makan ketika mereka sedang beradu mulut di ruang makan itu, namun bedanya kali ini kondisinya seperti terbalik 180 derajat.

"Persidangan akan dimulai besok pagi, aku harap kau tak melupakannya, dan jangan sampai telat! Satu lagi, kau diundang makan malam oleh nenekku besok setelah persidangan berakhir. Tapi jika kau tak ingin, jangan memaksakan diri! Kau tak harus datang," imbuhnya seraya melangkah pergi menuju ruang kerjanya, dan seperti biasa, Yoga pun hanya mengintili kemanapun bosnya ini pergi.

"Makan malam?" Ratna menggerutu tanpa digurbis oleh siapapun.

Ditolak seperti itu siapapun pasti akan merasa kecewa, begitupun dengan yang tengah dirasakan Ratna saat ini. Biasanya dia yang selalu menolak Angga, namun sekarang malah terbalik. Atau mungkin ini adalah karmanya, jadi Tuhan ingin membuatnya tahu bagaimana rasanya ditolak? Jika dipikirkan secara agamis bisa saja begitu. Entahlah. Mulai besok pagi ia harus meneguhkan hatinya untuk menghadapi sidang perceraian mereka. Dan undangan makan malam? Apalagi sekarang? 

Keputusan yang mungkin menjadi pilihan terbaik versi dirinya, namun entah akan menjadi versi yang bagaimana bagi orang lain, terutama bagi Angga tentu saja. Ia akui bahwa semua kisah menyakitkan ini adalah ulahnya sendiri, dan mereka-mereka yang terlibat hanyalah korban. Entah Ratna masih layak mendapatkan pengampunan atau tidak, yang jelas ia cukup merasa bersalah karena telah mengecewakan laki-laki sebaik Angga demi keegoisannya sendiri. 

Ah, aku jadi bertanya-tanya. Menurut kalian bagaimana seharusnya gadis itu bersikap? 

* * *

Hari persidangan. 

Oleh sebab kedua belah pihak yang tak banyak menuntut dan bersikap kooperatif, maka persidangan pun berlangsung damai tanpa hambatan. Hakim telah mengetuk palu, menandakan bahwa inilah akhirnya. Ratna dan Angga telah benar-benar dinyatakan bercerai secara hukum. Kala itu entah mengapa Ratna serasa ingin menangis, seolah ia baru saja kehilangan sesuatu yang berharga. Namun bukankah ini adalah pilihannya sendiri? Seharusnya gadis itu merasa lega 'kan?

Lihat selengkapnya