Pandora Box

Rizal Nurhadiansyah
Chapter #2

Whispers in the Dark

Setelah pertemuan dengan Pak Arjuna, Yuda keluar dari ruang rapat dengan kepala penuh pikiran. Sepanjang diskusi tadi, dia merasa ada sesuatu yang terpendam di balik kata-kata Arjuna—sesuatu yang tidak pernah diucapkan, tetapi terasa begitu kuat dalam caranya menatap Yuda. Kegelisahan itu tidak kunjung reda, bahkan setelah dia kembali ke ruangannya. Justru, perasaan itu semakin kuat.

Langit di luar jendela kini berwarna abu-abu kehitaman, seperti tumpahan cat yang tak merata. Yuda mencoba mengabaikannya, menenggelamkan dirinya dalam tumpukan berkas di mejanya. Namun, pikirannya terus melayang ke arah berkas yang tadi berubah tanpa alasan. Dia mengambilnya kembali, membuka halaman pertama, berharap bisa menemukan penjelasan yang logis. Tetapi halaman-halaman itu tetap sama anehnya seperti sebelumnya.

Sambil menggelengkan kepala, dia menatap layar komputer di hadapannya. Tentu saja, semuanya pasti tersimpan dalam server. Dia mengetik nama kasus itu dengan cepat, dan beberapa detik kemudian, dokumen digital yang sama muncul di layar.

Namun, kali ini ada yang berbeda.

Yuda memeriksa halaman pertama. Semua tampak normal. Tapi begitu dia menggulir ke halaman kedua, huruf-huruf itu mulai berubah bentuk. Perlahan-lahan, kata-kata dalam laporan itu mulai memudar dan berganti menjadi simbol-simbol yang tak bisa dimengerti. Yuda mengerjap, lalu menggosok matanya, berpikir bahwa ini hanya efek dari kelelahan. Tapi simbol-simbol itu tidak pergi. Bahkan semakin banyak halaman yang ia buka, semakin kacau tampilannya.

Dalam sekejap, layar komputer menjadi hitam.

Yuda terduduk diam, napasnya mulai terasa berat. Ini bukan pertama kalinya dia mengalami gangguan seperti ini, tapi kali ini lebih nyata, lebih mengganggu. Dia mencoba menenangkan diri dengan mengambil napas dalam-dalam. Kemudian, tanpa berpikir panjang, dia menyalakan kembali komputernya.

Saat layar kembali menyala, semuanya tampak normal lagi. Laporan yang tadi berubah menjadi simbol-simbol kacau kini kembali seperti semula, seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Yuda menggulir cepat, memastikan setiap halaman terlihat jelas dan tidak ada yang aneh. Namun, perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres tidak pernah benar-benar hilang.

Dia meraih ponselnya, mencoba menghubungi Reza. Suara dering terdengar beberapa kali sebelum Reza akhirnya mengangkat. 

"Reza, kamu sudah periksa berkas-berkas yang kita bahas tadi? Ada yang aneh dengan dokumen-dokumennya," kata Yuda, suaranya terdengar lebih tegang dari yang dia harapkan.

Lihat selengkapnya