Lorong-lorong di kantor Lembaga Integritas Nasional (LIN) terasa lebih panjang dari biasanya ketika Yuda berjalan menuju kantor Dr. Arjuna Mahendra, sang direktur. Cahaya lampu neon yang biasanya terang kini tampak berkelap-kelip, menciptakan suasana yang hampir menyesakkan. Setiap langkah Yuda terdengar menggema di dinding, seolah-olah bangunan itu sendiri sedang memperhatikannya, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Yuda tidak lagi peduli. Semua kebingungan, distorsi realitas, dan keraguan terhadap dirinya sendiri telah membawanya ke titik ini. Dia tahu dia harus menghadapi Arjuna, orang yang selama ini berperan sebagai pemimpin yang tenang dan bijak, tetapi mungkin menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih gelap di balik senyuman dan ketenangannya. Arjuna tahu sesuatu, dan Yuda tidak bisa lagi membiarkan pertanyaan-pertanyaan itu terus membusuk di dalam pikirannya.
Yuda tiba di depan pintu besar yang berlapis kayu, tempat di mana Dr. Arjuna biasa menerima tamu dan staf. Dia berdiri di sana beberapa detik lebih lama dari yang dia kira, mencoba menenangkan pikirannya. Apa yang akan dia hadapi di dalam? Namun, rasa penasarannya jauh lebih kuat daripada ketakutannya. Dia mengetuk pintu dengan tegas.
"Masuk."
Suara Dr. Arjuna terdengar dari dalam, tenang seperti biasanya, tanpa sedikit pun nada kekhawatiran. Yuda mendorong pintu itu terbuka dan melangkah masuk ke dalam ruangan. Kantor Dr. Arjuna terasa jauh lebih luas dari biasanya, dengan dinding-dinding yang dihiasi oleh buku-buku dan dokumen-dokumen penting yang tersusun rapi. Di tengah ruangan, Dr. Arjuna duduk di belakang mejanya, tersenyum tipis ke arah Yuda.
"Yuda, apa kabar?" tanyanya dengan nada ramah. "Ada yang bisa kubantu?"
Yuda tidak menjawab langsung. Dia berdiri sejenak, menatap Arjuna dengan tatapan yang dalam, mencoba mencari celah di balik wajahnya yang tampak begitu bersahabat. Ini adalah pria yang selama ini dia percaya, tetapi sekarang Yuda tidak yakin lagi apakah dia bisa mempercayainya.
"Pak Arjuna," kata Yuda akhirnya, suaranya penuh dengan ketegangan yang dia coba sembunyikan, "aku perlu penjelasan. Ada sesuatu yang tidak beres di dalam penyelidikan ini. Dan aku tahu Anda tahu lebih dari yang Anda katakan."
Dr. Arjuna menyandarkan diri di kursinya, kedua tangannya bertumpu di meja dengan sikap tenang. "Aku mengerti. Apa tepatnya yang kau ingin aku jelaskan, Yuda?"