Pandora Box

Rizal Nurhadiansyah
Chapter #14

Behind the Iron Veil

Hujan yang mengguyur kota masih belum mereda saat Yuda berjalan cepat di sepanjang trotoar yang basah, pikirannya berpacu dengan berbagai kemungkinan yang tak terbayangkan. Proyek Zenith—realitas yang diprogram ulang, manipulasi pikiran massal, dan keterlibatan tokoh-tokoh kuat seperti Dr. Arjuna Mahendra. Kebenaran ini begitu besar, begitu menghancurkan, sehingga Yuda tahu tidak ada jalan kembali.

Namun, meskipun kebenaran ini mengguncang dasar pemahamannya, Yuda masih memegang satu tujuan: membongkar konspirasi ini. Dia harus menemukan bukti yang tidak bisa disangkal—bukti yang bisa menghancurkan proyek ini dan mengungkap siapa saja yang berada di belakangnya. Tapi dia tahu, semakin dekat dia dengan bukti itu, semakin besar risikonya. Orang-orang yang mengendalikan Proyek Zenith tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

Kembali ke kantornya yang sekarang terasa lebih seperti jebakan daripada tempat perlindungan, Yuda duduk di mejanya dan menyalakan laptopnya kembali. File Proyek Zenith yang baru saja dia buka masih tertinggal di sana, seolah-olah mengintai dari layar dengan janji kebenaran yang lebih dalam dan lebih mengerikan. Namun, Yuda tahu bahwa hanya dokumen-dokumen ini saja tidak akan cukup. Dia butuh lebih dari sekadar kata-kata di layar.

Yuda mulai berpikir keras, mencoba menghubungkan semua petunjuk yang selama ini dia abaikan atau anggap sebagai halusinasi. Manipulasi data, bukti yang hilang, orang-orang yang menghilang secara misterius—semua itu adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dan kunci untuk membuka semua ini adalah menemukan bukti fisik yang tidak bisa dipalsukan.

Lalu dia ingat sesuatu—arsip rahasia di lantai bawah LIN. Arsip itu tidak mudah diakses oleh sembarang orang, bahkan Yuda tidak memiliki wewenang penuh untuk masuk ke sana. Namun, jika benar ada data fisik atau catatan eksperimen Proyek Zenith, kemungkinan besar mereka disimpan di sana. Tempat itu adalah gudang bagi semua hal yang tidak ingin dilihat oleh orang luar.


***


Malam semakin larut ketika Yuda memasuki lorong-lorong yang menuju ke ruang arsip di bawah tanah LIN. Gedung itu hampir kosong, hanya suara langkah kakinya yang bergema di dinding-dinding yang dingin. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah-olah udara itu sendiri mencoba menghentikannya. Yuda tahu bahwa jika dia berhasil masuk ke dalam arsip itu, tidak akan ada jalan kembali. Dia akan melangkah terlalu dalam ke dalam kegelapan.

Lihat selengkapnya