Pandora Box

Rizal Nurhadiansyah
Chapter #15

The Betrayal"s Scar

Langit Jakarta semakin gelap ketika Yuda bergegas menuju tempat pertemuan yang telah dia atur dengan Reza. Hujan masih mengguyur deras, menciptakan tirai air yang menutupi jalanan, menyembunyikan pandangan seolah-olah dunia sedang berusaha menghalangi apa yang akan terjadi. Bukti konspirasi besar Proyek Zenith yang baru saja dia temukan masih tersimpan aman di tas yang digantung di bahunya, namun rasa ketidakpastian merayap di pikirannya.

Langit Jakarta semakin gelap ketika Yuda bergegas menuju tempat pertemuan yang telah dia atur dengan Reza. Hujan masih mengguyur deras, menciptakan tirai air yang menutupi jalanan, menyembunyikan pandangan seolah-olah dunia sedang berusaha menghalangi apa yang akan terjadi. Bukti konspirasi besar Proyek Zenith yang baru saja dia temukan masih tersimpan aman di tas yang digantung di bahunya, namun rasa ketidakpastian merayap di pikirannya.


Yuda memilih untuk menemui Reza di tempat yang jauh dari kantor, di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut kota. Reza adalah salah satu dari sedikit orang yang Yuda percaya sejak awal—rekannya yang muda, penuh idealisme, dan pada banyak kesempatan, menjadi sekutunya dalam menyelidiki kasus-kasus yang sulit. Tetapi dengan semua yang Yuda ketahui sekarang, tidak ada yang bisa dipercaya dengan mudah.


Ketika Yuda tiba di kafe yang sepi, dia melihat Reza sudah duduk di salah satu sudut ruangan, terlihat gelisah sambil menatap keluar jendela yang berkabut. Ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Reza malam ini—sebuah ketegangan yang tidak pernah Yuda lihat sebelumnya. Namun, Yuda berusaha mengabaikan firasat buruk yang merayap di belakang pikirannya. Ini adalah Reza, pikirnya. Reza yang selalu berdiri di sisinya selama penyelidikan.


Yuda berjalan mendekat dan duduk di seberang Reza. Reza menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan—campuran antara rasa bersalah, ketakutan, dan sesuatu yang lain yang tidak bisa Yuda pahami sepenuhnya. Kafe itu hening, hanya suara hujan yang menetes di luar yang terdengar, memberikan suasana yang semakin mencekam.


“Yuda,” Reza memulai, suaranya terdengar tegang. “Apa yang sebenarnya terjadi? Aku mendengar desas-desus... Kau menemukan sesuatu, bukan? Sesuatu yang besar?”


Yuda menarik napas dalam-dalam. Bukti-bukti yang dia temukan sudah cukup untuk menghancurkan seluruh sistem yang dijalankan oleh orang-orang di balik Proyek Zenith. Tetapi pada saat yang sama, dia tahu bahwa semakin sedikit orang yang tahu tentang ini, semakin baik. Dia menatap Reza dengan mata yang dipenuhi keraguan, mencoba mencari tanda-tanda apakah Reza bisa dipercaya.


"Aku menemukan sesuatu," Yuda akhirnya berkata, nadanya hati-hati. "Sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah kita duga. Proyek Zenith... bukan sekadar korupsi biasa, Reza. Ini tentang pengendalian realitas, manipulasi pikiran, eksperimen terhadap manusia."


Reza mengerutkan kening, meskipun Yuda bisa melihat kilatan kegelisahan di balik matanya. “Apa maksudmu, Yud? Pengendalian pikiran? Kau serius?”


Yuda mengangguk pelan. “Aku sudah melihat bukti-buktinya. Dokumen, rekaman, bahkan ada data tentang subjek-subjek eksperimen. Mereka memanipulasi ingatan dan persepsi orang-orang. Dan aku mungkin... salah satu dari mereka. Aku menemukan bukti bahwa hidupku mungkin telah diubah oleh mereka. Semua yang kupikir nyata, mungkin hanyalah hasil dari eksperimen ini.”


Reza terlihat semakin cemas, tapi Yuda tidak bisa memastikan apakah itu karena kebenaran yang mengejutkan ini, atau karena sesuatu yang lain. Lalu, Reza mengalihkan pandangannya, menggigit bibirnya seperti seseorang yang sedang menyembunyikan sesuatu.


"Aku tahu ini sulit dipercaya," lanjut Yuda, mencoba meredakan ketegangan. "Tapi kita tidak bisa membiarkan mereka terus melakukan ini. Aku punya bukti, Reza. Bukti yang bisa menghancurkan Proyek Zenith. Kita bisa mengungkap semuanya."


Namun, sebelum Yuda bisa melanjutkan, Reza tiba-tiba mengangkat tangannya, menghentikan kata-katanya. Matanya tampak berat, seperti dipenuhi dengan konflik batin yang dalam.


“Yuda,” suara Reza terdengar lebih pelan sekarang, hampir seperti bisikan, “aku... aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Tapi... aku tidak bisa melanjutkan ini bersamamu.”


Kata-kata itu membuat Yuda terdiam. “Apa maksudmu?”


Reza menggelengkan kepalanya, napasnya terengah. “Mereka... mereka mendatangiku, Yuda. Orang-orang dari atas. Mereka tahu apa yang kita lakukan. Mereka tahu kau sudah menemukan sesuatu yang berbahaya. Dan mereka tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja.”

Lihat selengkapnya