Malam telah larut saat Yuda akhirnya sampai di apartemennya. Dingin dan sepi, tempat itu kini terasa lebih asing dari sebelumnya—bukan lagi rumah yang memberikan kenyamanan, melainkan penjara yang penuh dengan bayang-bayang kegagalan. Langkah-langkahnya terasa berat saat dia memasuki ruang tamu, melepas mantelnya yang basah, dan melemparkannya ke lantai dengan sembarangan. Dia tidak peduli lagi.
Bukti konspirasi yang telah ia perjuangkan dengan begitu keras kini tergeletak di atas meja, tetapi bukti itu terasa tidak berarti. Apa gunanya? pikir Yuda. Proyek Zenith sudah terlalu kuat. Mereka tidak hanya mengendalikan sistem, tetapi mereka juga berhasil menghancurkan semua orang di sekitarnya—membuatnya terasing, kehilangan kepercayaan pada siapa pun, dan akhirnya, membuatnya kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri.
Yuda duduk di sofa, membiarkan tubuhnya terjatuh ke dalam kusen yang lembut, namun dingin. Kegelapan di dalam dirinya terasa lebih dalam daripada malam di luar. Setiap kali dia menutup matanya, dia melihat wajah-wajah orang-orang yang telah dikhianati oleh sistem ini—mereka yang telah menjadi korban manipulasi, seperti dirinya. Alya, Reza, bahkan dirinya sendiri.
Ketika Yuda menatap ke arah jendela, hujan yang turun tampak kabur dan jauh. Seolah-olah dia tidak lagi terhubung dengan dunia luar. Dia sendirian sekarang, benar-benar sendirian. Tidak ada yang bisa dia percayai lagi. Siti menghilang, Alya telah meninggalkannya secara emosional, dan Reza berkhianat. Setiap hubungan yang dia miliki, setiap hal yang dulu dia yakini, hancur satu per satu.
Apakah semuanya sia-sia?
Yuda memejamkan matanya, mencoba meredakan kepedihan yang membanjiri pikirannya. Tetapi setiap kali dia melakukannya, bayang-bayang lebih dalam menguasainya. Dia bisa merasakan perpecahan di dalam dirinya semakin melebar—diri yang dia kenal semakin pudar, semakin hilang. Setiap ingatan yang dia coba genggam terasa rapuh, seolah-olah mereka juga hanyalah ilusi yang dibuat oleh Proyek Zenith. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia benar-benar Yuda?
Bayangan masa lalu berkelebat di kepalanya. Wajah Alya yang dulu tersenyum bahagia padanya, wajah Reza yang penuh idealisme saat mereka baru mulai bekerja bersama. Tapi sekarang, semua kenangan itu ternoda oleh kebenaran yang menghancurkan: hidupnya mungkin hanyalah kebohongan yang direkayasa. Semua hal yang dia bangun selama bertahun-tahun—semua pekerjaan, semua hubungan—mungkin hanyalah hasil manipulasi dari kekuatan yang lebih besar darinya.
Dia merasa dirinya pecah, terbelah antara dua dunia.
Di satu sisi, ada dunia yang pernah dia kenal—dunia yang seharusnya normal, penuh dengan harapan, dan kehidupan yang nyata. Tetapi di sisi lain, ada dunia yang lebih gelap, penuh dengan bayang-bayang dan kekuasaan yang tidak terlihat. Dunia yang dikendalikan oleh orang-orang seperti Dr. Arjuna Mahendra, yang memanipulasi kehidupan manusia seperti pion dalam permainan catur besar.