Yuda berdiri di depan pintu apartemennya, tubuhnya basah kuyup oleh hujan. Tangannya gemetar, bukan hanya karena dingin tetapi juga karena emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Pertemuan dengan Siti Marlina telah menghancurkan sisa-sisa kepercayaannya pada orang lain, dan sekarang dia dihadapkan pada satu konfrontasi terakhir—dengan orang yang paling dekat dengannya: Alya.
Selama berminggu-minggu, hubungan mereka sudah berubah menjadi bayangan dari apa yang dulu ada. Keheningan, tatapan kosong, percakapan yang tidak pernah selesai—semua itu menjadi ciri hubungan mereka akhir-akhir ini. Tetapi Yuda tahu bahwa sebelum semuanya berakhir, sebelum dia melangkah lebih jauh dalam pertempurannya melawan Proyek Zenith, dia harus menghadapi Alya, orang yang paling dia cintai, tetapi juga orang yang sekarang terasa seperti orang asing baginya.
Dia membuka pintu dengan pelan dan melangkah masuk ke dalam apartemen. Suasana di dalam sangat sunyi, hanya terdengar suara tetesan air dari mantelnya yang basah mengenai lantai. Alya duduk di sofa, menatap ke arah jendela, punggungnya menghadap ke Yuda. Bahkan tanpa melihat wajahnya, Yuda tahu bahwa ada sesuatu yang telah berubah di antara mereka, sesuatu yang tidak bisa dipulihkan begitu saja.
"Alya," kata Yuda dengan suara serak, mencoba memecahkan keheningan yang menyesakkan. Suara itu seperti orang yang tenggelam, mencoba menggapai udara.
Alya tidak segera menoleh. Butuh beberapa detik baginya untuk akhirnya berbicara, dan ketika dia melakukannya, suaranya terdengar datar, tanpa emosi. "Kau basah," katanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela. "Hujan sangat deras di luar."
Yuda menghela napas panjang, lalu berjalan mendekat, berdiri di hadapan Alya. "Kita perlu bicara."
Alya akhirnya menoleh padanya, dan ketika mata mereka bertemu, Yuda melihat sesuatu yang menusuk hatinya. Mata Alya penuh dengan kekecewaan, kelelahan, dan kesedihan. Bukan lagi kemarahan atau kebingungan yang pernah mereka hadapi—hanya ada jarak yang tak terjembatani di antara mereka.
"Sudah lama kita tidak bicara, Yuda," kata Alya pelan. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan. Sepertinya... setiap kali aku mencoba mendekat, kau semakin jauh. Setiap kali aku mencoba memahami apa yang terjadi, kau semakin tenggelam dalam duniamu sendiri."
Kata-kata Alya itu seperti belati yang menusuk tepat ke dalam hati Yuda. Dia tahu itu benar. Dia telah menenggelamkan dirinya begitu dalam dalam penyelidikannya, dalam perjuangannya melawan Proyek Zenith, sehingga dia tidak lagi tahu bagaimana menjaga hubungan mereka. Tapi bagaimana dia bisa menjelaskan semua ini kepada Alya? Bagaimana dia bisa membuatnya mengerti bahwa dunia yang mereka tinggali ini penuh dengan kebohongan dan manipulasi?