Pandora Box

Rizal Nurhadiansyah
Chapter #21

Shadows Falling

Yuda berdiri di luar gedung yang menjulang tinggi, markas besar Lembaga Integritas Nasional (LIN), yang kini tidak lagi tampak sebagai tempat di mana keadilan ditegakkan, tetapi sebagai sarang di mana kekuasaan dan manipulasi disembunyikan di balik dinding-dinding tebalnya. Proyek Zenith beroperasi dari sini—di bawah pengawasan Dr. Arjuna Mahendra, seseorang yang pernah dia hormati, tetapi sekarang hanya terlihat sebagai bayangan gelap dari otoritas yang penuh kebohongan.

Di dalam tas Yuda, bukti-bukti terakhir yang tersisa masih aman, tetapi waktu terus bergerak, dan ancaman dari Proyek Zenith semakin dekat. Mereka tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Namun, Yuda tahu dia harus menghadapi Arjuna secara langsung. Ini adalah konfrontasi terakhir, dan kali ini, Yuda bertekad untuk tidak kalah.

Dengan napas yang berat dan penuh tekad, Yuda memasuki gedung itu. Setiap langkah yang dia ambil terasa berat, seolah-olah gravitasi telah meningkat, mencoba menghentikannya sebelum dia mencapai tujuannya. Di dalam, suasana kantor tampak seperti biasa—orang-orang bekerja, percakapan berlangsung, dan sistem berputar seolah tidak ada yang salah. Tapi Yuda tahu bahwa di balik fasad ini, Proyek Zenith terus beroperasi, terus mengendalikan realitas banyak orang.

Dia melangkah ke lift dan menekan tombol ke lantai tertinggi—kantor pribadi Arjuna. Dalam keheningan lift, Yuda merasakan campuran antara ketakutan dan kemarahan mengalir melalui nadinya. Ini adalah titik balik—sebuah momen di mana dia akan menantang sistem yang selama ini berusaha menghancurkannya.


***


Ketika pintu lift terbuka, lantai tertinggi terasa sunyi, jauh dari hiruk-pikuk kantor di bawahnya. Kantor Arjuna berdiri megah di ujung koridor, dengan pintu kayu besar yang terlihat lebih seperti gerbang menuju sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Yuda merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, tetapi dia terus melangkah. Tidak ada lagi waktu untuk ragu.

Dia mengetuk pintu dengan keras, hampir memukulnya, dan tanpa menunggu jawaban, dia mendorong pintu itu terbuka.

Lihat selengkapnya