KOLEKTOR : Kau kah yang paling cantik?

Nur Rohmah Hidayati
Chapter #2

Part 2 : Penemuan Mayat

Keesokan harinya.

04.30 WIB

Seorang petugas kebersihan pingsan setelah menemukan sesosok mayat wanita tak dikenal di tempat pembuangan sampah pasar tradisional. Ia menemukan jasad itu saat akan mengangkat sebuah kantung plastik besar berwarna hitam ke atas truk sampah. 

Ikatan bagian bawah dari plastik tiba-tiba lepas dan sesosok mayat keluar dari bungkusan hitam itu. Petugas kebersihan bernama Jajang itu terkejut dan akhirnya pingsan. Kemudian teman-temannya yang berinisiatif memanggil pihak kepolisian.

"Bapak yang melihatnya pertama kali?" tanya seorang petugas berpakaian hitam bertuliskan Polisi.

"I-i-iya, Pak." 

Suara Jajang masih bergetar. Hingga usianya yang sudah mencapai 43 tahun baru kali ini ia melihat mayat secara langsung. Tangannya bergetar bila mengingat ia sempat menggotong mayat itu sebelumnya.

"Apakah tidak ada yang aneh dari kantong plastik itu, Pak?"

"Sa-sa-saya tidak berpikir macam-macam, Pak Polisi."

"Baik, untuk ikatan plastiknya, apakah bapak memeriksa ikatan itu sebelum mengangkatnya?"

"Ti-tidak, Pak. Tadi di sini gelap, saya langsung angkat begitu saja."

Petugas itu mengangguk-angguk mendengar penjelasan Jajang. Ia memaklumi kalau Jajang tidak sempat memperhatikan ikatan itu. Pekerjaannya sebagai tukang sampah sudah cukup berat. Ia harus sudah berangkat jam satu malam, berkeliling dari pasar ke pasar. Ia juga harus memastikan semua sampah di pasar dalam areanya terangkut sebelum pukul lima, saat para pedagang dan pembeli itu datang. 

"Baik, Pak Jajang. Kami ucapkan terima kasih atas kerja samanya. Pak Jajang silahkan ikuti petugas kami ya, nanti akan di mintai data dan sampel DNA dan sidik jari."

"U-u-untuk apa, Pak?" tanya Jajang ketakutan.

Petugas polisi itu tersenyum, hampir setiap masyarakat yang berperan sebagai saksi selalu ketakutan saat diminta mengisi data diri dan juga sampel sidik jari. Mereka hanya mengira kalau tersangka saja yang dimintai itu semua.

"Tidak apa-apa, Pak. Untuk data kami, kan nanti plastiknya mau diperiksa di laboratorium. Karena tadi, Pak Jajang sempat memegang plastiknya, jadi biar kami tahu mana DNA dan sidik jari, Pak Jajang."

"Ta-tapi saya pakai sarung tangan itu, Pak," sahut jajang sembari menunjukkan kedua tangannya yang masih berbalut sarung tangan tebal berwarna putih kusam. 

"Iya, Pak. Untuk berjaga-jaga saja kok, Pak."

Akhirnya Jajang setuju untuk mengisi data diri dan juga memberikan sample DNA dan sidik jari. Pihak kepolisian, forensik dan juga tim INAFIS sampai saat ini masih menjalankan penyelidikan mereka. 

Info terakhir yang mereka dapatkan dari tim forensik adalah bola mata korban hilang. Mereka bahkan mengerahkan tim K9 untuk mencarinya. Namun, hingga pukul 06.00 WIB pencarian belum juga mendapatkan hasil. 

"Benda itu tidak dibuang di sini," ucap petugas polisi yang menanyai Jajang tadi.

"Kenapa kau berpikir seperti itu, Bima?" tanya petugas lain yang nampaknya adalah pimpinan di tim ini.

"Tim INAFIS mengatakan bahwa lokasi pembunuhan bukan di sini, Pak. Pelaku hanya membuang mayat itu setelah membunuhnya. Saya rasa pelaku tidak akan repot-repot mengambil mata korbannya hanya untuk dibuang di tempat yang sama."

"Tentu pendapat Bima tidak bisa dianggap sepele, Pak. Mengingat betapa bersihnya tubuh korban, bahkan lukanya pun bersih dari darah. Hal itu membuktikan bahwa pelaku tidak membuang korban begitu saja setelah membunuhnya, tapi ia juga mempertimbangkannya beberapa aspek," sahut salah satu petugas dengan pakaian bertuliskan INAFIS itu.

Di saat ketiga petugas itu tengah berdiskusi, seorang pria berpakaian serba hitam mengamati dari kerumunan. Seringainya yang khas seolah menunjukkan rasa puas. Ia terus mengamati setiap perkembangan yang para polisi itu temukan.

Lihat selengkapnya