29 Januari
11.30 WIB
Pria muda dengan setelan hoodie berwarna abu-abu dan celana jeans itu sedang mematung di sudut ruangan. Ia berdiri terdiam di samping mesin pembuat kopi miliknya. Sesekali ia memandang geram pada pria lain yang sedang duduk membaca beberapa berkas.
"Nggak usah mengutukku, Farel. Salahmu sendiri tidak mengingat hari penting seperti ini," ucap pria di balik meja kerja itu tanpa sekalipun melihat pria lain yang berdiri di seberangnya.
"Tapi kan kau bisa mengingatkanku, Naren."
"Ish, mana aku tahu kalau hari ini kau berjanji untuk menemui Novia."
"Kan aku sudah menceritakan padamu kemarin."
Perdebatan keduanya terus berlangsung selama beberapa saat. Rupanya pria bernama Farel yang mengenakan hodie abu-abu itu sedang marah pada rekannya. Semua karena Naren tidak mengingatkan bahwa ia hari ini ada janji berkencan dengan wanita bernama Novia. Sedangkan pria bernama Naren yang masih sibuk di balik tumpukan berkas itu juga tidak mau disalahkan. Lagipula bukan hal etis baginya untuk mencampuri kehidupan seseorang.
"Pokoknya semua gara-gara kau!"
"Ish, terserah dirimu lah, Rel."
Keduanya kemudian terdiam dan tak lagi berdebat. Keheningan yang tercipta membuat televisi di ruangan mereka terdengar lebih jelas dari sebelumnya.
"Selamat siang, kembali lagi di sekilas info bersama saya Naya Hamida. Sesosok mayat wanita tanpa identitas ditemukan di sebuah tong sampah pasar tradisional. Peristiwa ini dilaporkan pertama kali oleh petugas kebersihan pada pukul 04.30 WIB."
Naren dan Farel yang mendengar pemberitaan itu lantas mengeraskan volume televisi. Mereka memperhatikan dengan seksama tiap informasi yang dibacakan oleh pembawa acara. Sepertinya pemberitaan itu lebih menarik bagi mereka daripada sekedar melanjutkan pertengkarannya.
"Apakah kasus ini ada kaitannya dengan penemuan jasad wanita pada pertengahan tahun lalu?"
Terdengar beberapa wartawan menanyakan pertanyaan yang sama. Mereka mengaitkan kasus penemuan mayat kali ini dengan mayat sebelumnya. Namun, seerti biasa, pihak kepolisian menyangkalnya. Mereka berdalih masih menunggu hasil penyelidikan.
"Menurutmu gimana?" tanya Naren pada Farel yang kini sudah berdiri di dekat mejanya.
"Entahlah, korbannya sama-sama wanita dan lokasi pembuangannya pun sama, tong sampah."
Naren menganggukkan kepalanya. Ia memikirkan hal yang sama persis seperti Farel. Ia mengambil beberapa berkas yang tersusun di atas meja kerjanya. Memilah beberapa bagian dan menyisihkannya ke sisi kanan. Dari berkas setebal dua puluh senti itu ia berhasil menyisihkan tiga puluh lembar saja. Kesemuanya berkas tentang orang hilang.