29 Januari
15.30 WIB
Narel mengemudikan mobilnya dengan lebih cepat. Mereka telah kalah langkah, ternyata ponsel milik Novia sudah dibuang di sebuah tong sampah sebuah mini market yang tidak jauh dari kantornya.
Mereka berhasil mengetahui dari salah satu cctv mini market itu, bila pengemudi mobil jeep berwarna hijau tua-lah yang membuang ponsel milik Novia. Setelah berkoordinasi dengan pihak kepolisian mereka bergegas mengikuti jejak mobil itu.
"Bagaimana tanggapan pihak kepolisian tadi, Rel?" tanya Naren yang lebih memilih menunggu dalam mobil.
"Seperti biasa, Ren. Kasus orang hilang kurang dari 24 jam tidak akan mereka hiraukan. Justru mereka menuduhku penguntit, karena memberikan rekaman cctv segala," gerutu Farel.
"Ternyata tidak semua polisi sigap menangani kasus seperti ini. Coba ada Pak Pramono, bisa satu tim ia kerahkan untuk mencari orang hilang."
Naren mencoba berkelakar dengan tujuan menghibur Farel. Akan tetapi, orang yang ia ajak bicara hanya terdiam memandang kedepan.
"Benar, seandaikan Pak Pramono tidak sedang mengurusi kasus lain, tentu kami akan lebih mudah mencari Novia," gumam Farel perlahan.
Naren tersenyum mengetahui bila sedari tadi Farel tetap mendengarkan ucapannya.
Laju kendaraan mereka terhenti di sebuah perempatan. Naren meminta Farel turun untuk mencari rekaman kamera cctv dari toko sekitar. Memang tidak mudah meminta rekaman itu. Beruntung Bima bersedia membantu mereka untuk meyakinkan para penjaga toko melalui panggilan videonya.
Ia sebenarnya ingin menyusul, hanya saja berkas yang ia nantikan belum selesai. Meskipun begitu, ia berjanji akan memberikan bantuan semaksimal mungkin.
"Bagaimana, Rel?" tanya Naren saat Farel kembali.
"Lurus, Ren," jawabnya cepat.
Ternyata cctv yang Farel cari adalah cctv bagian luar toko, yang menghadap langsung ke perempatan. Dari sana mereka bisa tahu, ke mana mobil jeep yang kemungkinan besar membawa Novia itu pergi.
"Tenanglah."
"Bagaimana aku bisa tenan, Ren?"
"Tenang, Rel. Kalau memang benar kolektor itu yang menculik Novia, ia hanya akan mengeksekusinya diatas jam sebelas malam."
Naren masih fokus menatap jalanan saat mengatakan hal itu. Ia tidak sempat melihat tatap mata Farel yang seolah ingin menelannya.