Farel berlari mencari mobil medis tempat Novia berada. Akhirnya ia menemukannya, seorang wanita yang masih memperlihatkan wajah ketakutan dan tak henti menangis di pelukan seorang polisi wanita.
"Novia?" tanyanya.
Baik polisi dan wanita itu semuanya menoleh, tapi Farel tidak mengenali satupun dari mereka berdua sebagai sosok Novia.
"Ah, maaf saya pikir kalian rekan saya."
"Oh, mencari Kak Novia, Mas? Dia ada di mobil ambulan sebelah sana." Polisi wanita itu menunjuk mobil ambulan yang lain.
"Kak?" gumam Farel, sedikit merasa aneh dengan cara polisi wanita itu menyebut Novia.
Setelah meminta maaf karena salah mengenali orang, Farel bergegas pergi ke mobil ambulan yang satu lagi. Di sana ada beberapa petugas polisi yang sedang membereskan perlengkapan mereka.
Di antara orang-orang itu, Farel menangkap sosok Novia. Ia duduk di antara para petugas yang sedang merapikan perlengkapan mereka itu.
"Novia?" tanya Farel.
Orang yang ia panggil menoleh dan segera berdiri menghampiri Farel.
"Wah, Mas Farel ganteng, terima kasih sudah ikut menyelamatkan Novia."
Novia terus berbicara, sedangkan Farel hanya bisa terdiam melihatnya. Farel bahkan jarang sekali berkedip saat melihat sosok Novia yang begitu ingin ditemuinya. Di tempat lain, Naren dan Pramono hanya mengamati keduanya dari kejauhan. Memberikan waktu bagi keduanya untuk saling bicara.
"Kenapa kau tidak mengatakannya pada Farel, Ren?"
"Sebelumnya saya sendiri masih ragu, Pak. Karena profil seperti itu semakin bias saat ini. Bila dulu hanya kalangan mereka yang berani dengan terang-terangan mengomentari para pria lajang dengan cara seperti itu. Di era saat ini bahkan para gadis pun akan sangat mengerikan bila berkomentar tentang tubuh pria yang mereka idolakan."
"Kau benar, mereka lebih mudah dan terang-terangan dalam membicarakan rahim sekarang."
Pramono, terbahak setelah mendengar penjelasan Naren. Ia teringat fenomena akhir-akhir ini di mana banyak warga net yang dengan mudah berkomentar rahim mereka menghangat setiap melihat wajah pria idola. Wajar saja, bila Naren sempat tidak yakin akan prediksinya tentang Novia. Karena bias yang terjadi akhir-akhir ini.
"Naren, Pak Pramono!"
Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil mereka berdua dari arah belakang.
"Mas Bima," sapa Naren sembari menjabat tangan seniornya itu.
"Aku terkejut saat mengetahui kai juga di sini, Ren."
"Iya, Mas. Saya juga tidak menyangka."
"Bagaimana, Pak? Apakah mereka bagian dari kasus kemarin?" tanya Bima pada Pramono
Naren ikut menyimak obrolan keduanya, setelah mendengar kasus yang disebutkan Bima.
"Saat ini para petugas INAFIS sedang melakukan penyelidikan di dalam, Bim. Kita tidak akan tahu pasti sebelum mereka menemukan bukti yang menunjukkan keterkaitan mereka dengan kasus sebelumnya."