Untuk sejenak Naren dan Farel melupakan bahasan tentang Novia. Mereka lebih tertarik dengan apa yang ingin Bima tunjukkan. Rupanya kepala polisi baru saja memerintahkan pada mereka untuk menjadikan tersangka kasus perdagangan organ sebagai pelaku kasus pembunuhan para wanita itu.
"Tidak bisa begini, Bim!"
"Saya pun merasa demikian, Pak. Sepertinya Pak Pramono harus segera kembali ke kantor untuk mengatakan semua pertimbangan kita tadi," jawab Bima.
"Benar, sepertinya aku sendiri yang harus kesana. Lalu bagaimana denganmu, Bim? Ikut?"
"Tidak, Pak. Saya tidak punya suara di kantor, karena hanya anak baru. Saya sudah ada janji dengan Naren dan Farel untuk melanjutkan penyelidikan kasus pembunuhan itu."
Sebelumnya Bima ikut curiga bila penculikan Novia berhubungan dengan kasus sebelumnya. Akan tetapi kini mereka yakin bahwa pelakunya adalah orang yang berbeda.
"Bagus, lanjutkan terus penyelidikan kalian. Sekalipun kau anak baru jangan takut pada ancaman apapun. Pastikan kalian menemukan tersangka sebenarnya!"
Mereka bertiga mengangguk dan segera menuju mobil masing-masing untuk kemudian kembali ke kantor Naren.
*******
29 Januari
19.30 WIB
Setelah beristirahat sejenak, Naren, Farel dan Bima memulai diskusi mereka. Sebuah papan tulis besar sudah mereka pindahkan dari kantor ke ruang tengah yang lebih luas. Farel mulai membagikan berkas yang telah ia persiapkan sebelumnya.
"Mas, Mas Bima tidak kembali ke kantor dulu?"
"Tidak usah, Ren. Terserah mereka mau menyimpulkan apa dari kasus penculikan organ itu. Kita hanya perlu tahu kalau pelakunya adalah orang yang berbeda."
"Tapi, bagaimana kalau mereka menutup kasusnya?"