Bima dan Farel menaruh perhatian penuh pada Naren. Keduanya menunggu penjelasan lanjutan dari Naren.
"Aku hanya berpikir bila memang mereka diculik dari tempat yang sama, mungkinkan keduanya memiliki sebuah hubungan juga? Lalu kalau pada akhirnya keduanya dibuang di lokasi yang berdekatan, mungkinkah area itu memiliki hubungan khusus dengan pelakunya? Seperti tempat tinggal?" tanya Naren.
Saat mendengar ucapan Naren, Bima tiba-tiba berdiri dari duduknya. Ia mengambil kunci mobil dan memfoto keterangan yang Farel tulis di papan tulis.
"Ayo kalian tunggu apa lagi? Kita ke TKP sekarang! Naik mobilku saja biar cepat." Bima bergegas keluar dari rumah itu.
Naren dan Farel terlihat kebingungan, mereka tidak menduga bila Bima akan bereaksi cepat.
"Ayo! Tunggu apalagi?"
Karena Naren daj Farel tak kunjung menyusul Bima kembali dan memanggil keduanya. Saat itulah Naren dan Farel segera membereskan berkas mereka. Farel mengambil jas dan ponselnya, sedangkan Naren mengambil netbooknya.
"Kita akan ke mana, Mas?" tanya Naren saat telah masuk ke mobil Bima.
"Menurutmu kita harus ke mana dulu? Hotel, Goth Loly atau tempat jasad korban ditemukan?"
"Lebih baik ke hotel dulu, Mas. Kita harus memastikan kapan Meilani ke sana, siapa tahu memudahkan kita menyusun rencana selanjutnya," jawab Naren.
"Baik, kita ke hotel dulu!"
Jalanan ibukota cukup padat, mereka baru sampai hotel pukul 20.30 WIB. Sesampainya di sana petugas hotel itu segera mengarahkan mereka menuju ruang pertemuan, ternyata salah satu pimpinan hotel yang akan melayani mereka secara langsung.
"Selamat malam, Pak Effendi, sesuai dengan pemberitahuan kami sebelumnya, kami ingin mengkonfirmasi apakah jubah mandi ini benar berasal dari sini?"
Bima mengulurkan ponselnya yang menampilkan jubah mandi milik Meilani. Effendi memperhatikan baik-baik foto itu sebelum mengembalikan pada Bima.
"Benar, ini memang jubah mandi yang kami berikan pada tamu kamar suite sebagai souvenir. Petugas yang datang kemari siang tadi juga sudah menanyakan hal tersebut."
Bima mengangguk, ia kemudian menjelaskan bila kehadirannya kali ini hanya untuk memperdalam lagi penyelidikan tadi siang, sekaligus meminta rekaman cctv yang sebelumnya belum mereka dapatkan.
"Baik, siang tadi staff IT kami sedang keluar, jadi kami memang belum bisa memberikannya. Mari kita keruang kontrol."
Effendi mengantarkan mereka bertiga ke ruang kontrol yang terletak di belakang resepsionis. Sampai sana mereka dihadapkan dengan banyak layar televisi yang menampilkan setiap sudut dari hotel ini.
"Untuk tamu atas nama Meilani apakah ada?" tanya Bima pada Effendi.
"Kami tidak bisa menemukan namanya di daftar tamu. Kemungkinan yang terdaftar adalah nama orang yang bersamanya."
"Bersamanya?" tanya Farel.