"Apa persamaan yang lain?" tanya Naren dan Bima bersamaan.
"Bila Meilani meninggalkan hotel dan pulang pada tanggal 27 Januari, maka kemungkinan besar jubah mandi itu ia taruh di mesin cuci hari itu juga. Fakta bila ternyata ia tidak mencucinya tentu wajar bila kita katakan Meilani tidak pulang lagi setelahnya."
"Maksudmu gimana?" tanya Bima
"Bagaimana kalau setelah Meilani membawa pulang handuk itu ke rumahnya ia langsung diculik oleh pelaku. Jadi kita tetapkan tanggal 27 Januari sebagai hari hilangnya korban. Sehingga bisa kita simpulkan butuh waktu dua hari hingga korban ditemukan tewas, bukan?"
"Iya, lalu?" Bima membenarkan ucapan Farel.
"Polanya seperti yang terjadi pada korban pertama, hilang tanggal tujuh belas dan ditemukan tewas pada tanggal sembilan belas," sahut Naren.
"Itu dia!" seru Farel.
Bima segera memarkirkan mobilnya di tempat yang masih kosong. Sebelum masuk, ia memastikan lago kesimpulan mereka tadi.
"Baik, mari kita ulang lagi!" seru Bima.
"Modus operandi yang dilakukan pelaku adalah menculik korban satu hingga dua hari sebelum ia mengeksekusi korban. Kita kesini untuk memastikan apakah Meilani ada hubungan dengan Goth Loly dan Nada."
"Iya, Mas. Tapi bagaimana kalian cara kalian untuk mencari informasi itu?" tanya Naren penasaran.
"Itu urusan gampang. Kau siap, Rel?"
"Kapan pun dibutuhkan." Farel tersenyum penuh arti, membuat Naren merasa kesal.
Farel memang kutu buku, tapi kalian jangan salah, ada masa di mana ia bergaul dengan orang-orang di klub malam. Semua itu ia lakukan sebagai tantangan untuk mendapatkan akses ke forum para hacker elit di kota.
"Mari berpestaaa!"
"Rel! Ingat kau kesini untuk menyelidiki!"
"Iya, Ren. Lagi pula aku hanya bercanda."
Farel tertawa kemudian meninggalkan Naren dan menyusul Bima.
"Mas, bagaimana kalau di Goth Loli membutuhkan undangan untuk masuk?"
"Tenang, Rel. Aku sudah mendapatkan jalanku sendiri."
Dari kejauhan tampak seorang pria mendekat ke arah mereka berdua. Pria dengan gaya parlente dengan kalau rantai berwana emas menggantung di saku celananya.