Suara Farel mengejutkan Naren. Ia hampir saja menghentikan laju kendaraan ini.
"Kau mengagetkanku saja, Rel!"
"Balas dendam karena kau mengganggu tidurku."
"Ish."
"Lagipula, untuk apa kau menelpon Freya malam-malam begini?"
"Kau mendengarnya?"
"Iyalah, suaramu keras begitu."
"Sejak kapan?"
"Sejak kau mengatakan lupa sesuatu."
"Ah, ya."
"Kenapa kau telpon Freya malam-malam begini?"
"Ah, itu. Eh, untuk apa aku mengatakan padamu. Biasanya kau yang menghabiskan semalam suntuk dengan Novia juga."
"Ren!"
"Mas Farel, sudah tidur belum?" Naren menggoda Farel dengan menirukan gaya suara Novia.
"Naren!"
"Ih, Mas Farel jangan galak-galak dong. Novia kan jado takut."
'Bugh!"
Tumpukan berkas yang ada di samping Farel mendarat dengan keras di kepala Naren. Farel baru saja memukulkannya.
Setelah itu keduanya tertawa bersama. Saat sadar kalau Bima sedang tidur, mereka mulai mengecilkan lagi suaranya.
"Ngomong-ngomong kenapa kau bisa nggak sadar sih, Rel?"
"Entahlah, mungkin aku baru sial saja."
"Eh, tapi operasi Novia tergolong sukses loh. Kalau hanya melihat wajahnya kita akan benar-benar terkecoh."
"Mungkin dia operasi di tempat artis-artis Korea. Dia kan sering ke luar negeri membeli bahan bajunya." Farel menyahut dengan ketus.
"Kau tahu sejauh itu?" Naren terkejut dengan penuturan Farel.
"Lah, kan kemarin Novia kirim oleh-oleh ke kita, katanya habis dari bangkok."
Naren mengingat-ingst lagi.
"Ah, baju batik gambar gajah itu?"
"Iya, dia habis dari sana."
"Sabar ya, Rel."
"Ish, lupakan!"
Keduanya tertawa lagi, untuk pertama kalinya ia melihat Farel benar-benar suka pada seseorang. Hanya saja, memiliki akhir yang tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Sampai saat ini Naren masih menyesali kenapa ia tidak segera memberitahu Farel sebelumnya. Tentu sahabtnya tidak akan terlalu kecewa seperti saat ini.
*******
Waktu menunjukkan pukul setengah pagi saat mereka sampai di kantor Naren dan Farel. Setelah mengantarkan Bima ke kamar tamu, Farel segera masuk ke dalam kamarnya dan melanjutkan tidur yang tertunda. Sedangkan Naren memilih duduk di ruang tengah, ia memilih tidak tidur karena takut mereka bertiga akan kesiangan untuk menunaikan kewajiban pagi hari.
*******
Pagi harinya, setelah membersihkan diri Bima bergegas pergi ke kantor untuk mengambil baju ganti dan menyelesaikan beberapa urusan administratif.