Anindhito memberikan alamat sebuah pertokoan yang terletak tak jauh dari rumahnya. Tepatnya di pinggir jalan besar yang merupakan jalan utama dari daerah ini. Bila dilihat dari peta, lokasi itu juga cukup dekat dengan dua lokasi tempat mayat di temukan. Seluruh tim berharap kali ini mereka benar-benar menangkap tersangka.
*******
30 Januari
17.50 WIB
Rombongan berhenti di sebuah toko bernama 'La Rose'. Situasinya cukup sepi karena tempat ini adalah butik yang menjual gaun rancangan sang pemilik. Tidak ada banyak baju yang terdisplay, tapi cukup untuk menunjukkan kelas dari butik ini.
"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?"
"Selamat malam, kami dari kepolisian. Kami ingin bertemu dengan pemilik butik ini."
"Ada perlu apa, ya? Kebetulan pemilik sudah pulang lebih dulu."
Bima mencoba memastikan ke tempat parkir, memang tidak ada mobil berwarna merah di sana. Sepertinya pemilik butik ini memang sudah pergi.
"Bolehkah kami meminta alamatnya?"
"Ah, sebentar saya hubungi beliau lebih dulu," ucap salah satu karyawan itu.
Sembari menunggu Naren, Farel dan Bima ijin untuk beristirahat sejenak, serta melihat-lihat interior bagian lain dari butik 'La Rose' ini. Tempatnya sangat rapi, bersih dan wangi. Bahkan di balik kap lampu pun tidak terlihat ada debu. Naren sangat menyukai tempat ini karena sesuai dengan profil tersangkan yang ada di dalam pikirannya.
"Maaf, apakah kalian yang membersihakan tempat ini?" tanya Naren.
"Iya, benar."
"Bersih sekali, aromanya juga wangi tapi saya tidak melihat adanya pengharum ruangan di sini."
"Tentu saja, pemilik butik ini adalah orang yang sangat menyukai kebersihan. Ia bahkan meminta kami mengepel tempat ini tiga kali sehari. Kami memang tidak menggunakan pengharum ruangan, karena itu akan berpengaruh pada kualitas kain baju display kami. Wangi tempat ini berasal dari pembersih lantai."
Mengepel tiga kali sehari, tentu kita tidak bisa lagi mengatakan itu sesuatu yang normal. Terutama untuk tempat yang tidak memiliki banyak pengunjung seperti ini. Naren semakin yakin bahwa di tempat inilah kolektor itu tinggal.
Ia juga melihat banyak sekali hiasan yang tepasang di butik ini. Saat ia berkeliling perhatiannya tertuju pada sebuah manekin tangan yang digunakan untuk display dua buah cincin berwarna maroon dan biru.
Naren sangat tertarik untuk memperhatikannya. Ia merasa ada yang aneh dengan manekin ini. Bila biasanya manekin untuk cincin hanya sebatas pergelangan tangan, tapi manekin ini berbentuk tangan sampai batas siku.
"Untuk manekin ini, apakah pemilik butik sendiri yang memilihnya? Bentuknya cukup unik dan sepertinya berbeda dengan tempat lain." Naren sangat ingin mengetahui tentang benda ini.
"Benar, semua hiasan di sini pemilik kami yang membawanya. Memang banyak dari benda ini yang dibuat berdasarkan pesanan,mungkin karena itu Anda jarang melihatnya di tempat lain."