KOLEKTOR 19
(Fiksi Kriminal 21+)
"Kali ini, sepertinya kita benar-benar mengenal siapa pelakunya," ucap Farel.
"Maksudmu, Rel?" tanya Naren.
"La Rose, adalah butik milik Novia. Aku sama sekali tidak mengingatnya tadi. Tapi setelah melihat nomor handphon yang tertera di catatan itu, sepertinya memang Novia lah pelakunya."
Naren meminta kertas itu dari Anindhito, ia mencocokannya dengan nomor Novia yang tersimpan di ponselnya. Cocok, kedua nomor itu sama persis.
"Tunggu, bukankah pelakunya Pria?" tanya Bima.
"Novia juga pria, Mas."
"Tapi wajahnya ...."
Bima mulai tersadar, bahwa satu-satunya gambaran wajah yang diberikan oleh saksi adalah wajah tampan 'oppa-oppa'. Pernyataan itu pun hanya saksi dengar dari korban. Saksi mata sama sekali tidak pernah melihat wajah pelaku tampan seperti apa.
"Tapi tetap saja, bukankah Novia cantik?" Bima memutuskan untuk bertanya karena pemikiran itu masih mengganjal.
Naren terdiam lama, ia meminta Farel mencarikan satu foto Novia dari akun stagramnya. Ia akan mencoba melakukan perubahan pada penampilan itu.
"Kirim ke ponselku, Rel."
Farel mengirimkan dua foto Novia. Naren dengan segera mulai mengubahnya, menghapus rambut panjanganya dan menyisakan rambut pendek dengan potongan pria. Bila dilihat-lihat ia masih terlihat cantik, tapi bila mengingat Novia yang tidak menggunakan apapun di bagian dadanya, maka ketika ia berpakaian seperti pria siapapun akan mengenalinya demikian.
"Menurut Mas Anindhito bagaimana?" Naren memberikan ponselnya pada Anindhito.
Satu-satunya orang dalam mobil ini yang belum melihat wajah 'wanita' Novia adalah Anindhito. Naren berharap ia bisa memberikan penilaiannya lebih baik dari siapapun disini.
"Ehm, cantik karena riasan. Tapi kita tidak tahu bagaimana wajahnya tanpa riasan. Mungkin saja benar-benar masuk katagori tampan."
Aninditho memberikan pendapatnya. Naren sendiri memang sejak awal sudah bisa mengenali Novia yang ternyata lady boy. Tapi dia sama sekali tidak memiliki gambaram seperti apa wajah asli Novia bila berdandan sebagai pria.
"Sudah, untuk saat ini kita fokus saja padanya, terlepas dia tampan atau tidak, kita akan melihat setelah berhasil menangkapnya."
Bima melajukan kendaraannya dengan sedikit ugal-ugalan. Ia memasang sirine dengan harapan akan lebih mudah membelah keramaian. Mereka terus berkejaran dengan waktu.
*******
30 Januari
19.00 WIB
Pria bertopeng itu kembali lagi ke ruangan yang memiliki aroma mawar cukup kuat itu. Ia membawa seutas tali berwarna kecoklatan dan berjalan mendekati wanita bergaun merah yang terbaring di tengah ruangan itu.
"Bagaimana, apakah kau menikmati pelayanan ini?" tanyanya sembari melepas ikatan pada mulut wanita itu.
"To-to-tolong lepaskan saya."