KOLEKTOR 20
(Fiksi Kriminal 21+)
"Kau pasti terkejut bukan?" tanya pria itu.
"Ya, aku terkejut karena kau berubah menjadi makhluk yang keji seperti ini. Sebelumnya meskipun kau berbeda aku tidak pernah menganggapmu buruk."
Raut wajah pria itu berubah. Bila tadinya marah kini ia justru memasang wajah sedih.
"Aku? Keji? Apakah seperti itu menurutmu?"
"Apakah kau tidak melihat para wanita yang aku bunuh itu? Mereka semua lebih keji, karena menggunakan keindahan tubuhnya hanya untuk melayani para pria hidung belang! Mereka telah menodai keindahan itu sendiri. Mereka telah menodainya!"
"Tapi mereka tidak merugikan orang lain. Mereka hanya merugikan diri mereka sendiri. Tapi lihat yang kau lakukan ini. Kau telah menghancurkan hidup bukan saja seorang wanita, tapi juga keluarga mereka. Kalau kau pikir mereka salah harusnya kau menempuh jalur hukum, tidak seperti ini."
Amarah pria itu redam bagaikan bara api yang tersiram air. Ia menjadi setenang lautan ketika Farel mengatakan banyak hal tentang pendapatnya.
"Kau tahu? Aku sempat mengagumimu. Bahkan setelah aku tahu siapa dirimu yang sebenarnya aku hanya merasa kecewa. Tapi aku tetap menganggapmu sebagai orang baik. Namun, setelah semua ini. Ternyata aku salah, kau adalah orang paling keji yang pernah aku temui. Aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri karena gagal mengenali makhluk kejam seperti dirimu."
Farel meninggalkan pria yang tak lain adalah Novia itu. Ia memilih menyusul Bima dan Naren yang lebih dulu masuk kedalam rumah bernuasa barat itu.
Farel mengamati setiap sudut dari bangunan itu. Berbeda dengan butiknya yang gemerlap, rumah ini tampak kosong. Hanya ada kursi tamu dan televisi berukuran besar. Di dapur juga hanya ada meja makan dan peralatan dapur yang masih tersusun rapi. Dengan cepat Farel langsung menyadari bila Novia tinggal sendiri di tempat ini.
Ia melihat sisi lain ruangan di mana terdapat sebuah mesin jahit dan satu rak.berisi benang dan kain berwarna merah. Di bagian ujung terdapat sederet gaun berwarna merah.