KOLEKTOR : Kau kah yang paling cantik?

Nur Rohmah Hidayati
Chapter #22

Part 22 : Bercengkrama

KOLEKTOR 22

(Genre fiksi kriminal 21+)

Beberapa hari berlalu dan Farel masih terlarut dalam sedihnya. Ia duduk diam dengan mata terpejam di hadapan berkas-berkas itu. Ia bahkan tidak sadar saat Freya dan Naren mengajaknya untuk segera pergi ke ruang sidang. 

Sidang dimulai satu jam lagi sedangkan pihak mereka masih belum berhasil menghubungi semua keluarga korban. Freya sudah menjelaskan, bila kehadiran keluarga korban akan turut memberikan penguat pada tuntutan yang akan dia sampaikan.

"Ren, sepertinya aku tidak bisa ikut," gumam Farel.

"Ingat, Rel. Bukan salah kita karena tidak mengenal siapa Novia sebelumnya."

Tapi Farel hanya membalasnya dengan senyum getir. Seperti ada hal yang teramat menyakitkan dan coba ia tahan. 

Melihat itu Freya mengembuskan nafas panjang. Ia sudah lelah mengurusi Farel yang memang sedang tenggelam dalam imajinasinya sendiri. 

"Kita berangkat," ajak Freya pada kedua rekannya.

Naren segera berdiri dan meraih jas miliknya, tapi lagi-lagi Farel hanya berdiam saja.

"Ikut atau tidak? Cepat putuskan, Rel! Ingat, kau sama sekali tidak dirugikan di sini. Di luar sana banyak anggota keluarga korban yang sedang mengharapkan pembalasan untuk pelaku yang telah menghabisi nyawa orang terkasihnya. Dengan atau tanpa kehadiranmu aku akan tetap memenjarakan pria gila itu. Tapi, bila kau melewatkan kesempatan ini untuk melihat siapa sesungguhnya Novia, kau hanya akan tenggelam dalam bayang masa lalu selamanya!"

Seperti biasa, Freya memang selalu mengatakan apa yang ia pikirkan tanpa perlu repot memperdulikan perasaan lawan bicaranya. Ia hanya perlu tahu bahwa apa yang ia sampaikan adalah hal yang benar. Namun, ia terkadang lupa, bahwa kebenaran itu terkadang menyakitkan dan perlu disampaikan dengan perlahan.

Naren yang menyadari perubahan raut wajah Farel, segera meminta Freya untuk pergi mendahului mereka berdua. Naren tahu pasti bila dibiarkan, maka hanya akan ada cek cok antara Freya dan Farel. Masing-masing akan berkeras mempertahankan pendiriannya.

Setelah Freya pergi, Naren mengambil kursi dan memposisikan diri duduk di hadapan Farel.

"Rel, ingat apa yang pernah kita ucapkan saat membuka praktik detektif swasta ini?"

Farel hanya diam dan tertunduk lesu.

"Kau pernah bilang, bahwa kau akan selalu bersamaku dalam setiap kasus yang kita tangani nantinya. Tapi ...."

"Kalau ternyata setelah penyelidikan dan terbukti kau pelakunya. Maka aku akan memenjarakanmu dengan tanganku sendiri," ucap Farel memotong perkataan Naren.

Naren tersenyum, ia merasa itu sudah cukup untuk mengingatkan Farel tentang apa yang harusnya ia lakukan saat ini.

*******

Di ruang sidang Freya sedang berjuang keras menutupi rasa gugupnya. Mau bagaimanapun pengacara yang ditunjuk oleh Novia adalah momok berat bagi banyak jaksa. Karena tidak peduli seberapa berat tuduhan yang didakwakan, ia akan selalu bisa mematahkannya. 

Sidang pertama mereka beberapa waktu lalu berjalan dengan tidak lancar. Karena memang para korban tidak terbukti mengikuti Novia secara paksa, maka pengacara itu terus saja menekankan bahwa korban juga turut andil dalam kematiannya.

Lihat selengkapnya