Beberapa bulan berlalu, tersangka dari kasus ini telah mendapatkan ganjarannya. Proses yang cukup panjang serta melelahkan. Penyelidikan besar-besaran telah dilakukan untuk memeriksa lagi kasus yang berkaitan dengan Novia.
"Pada akhirnya ini hanya serangkaian peristiwa yang terjadi karena rasa sakot hati dari seorang manusia. Seandaikan saja ada yang mendengar keluhan Novia sebelumnya, mungkin kasus ini tidak akan berkembang menjadi sebuah ironi," tutur Freya saat mengenang kembali perjalanan kasus ini.
"Kami bahkan tidak pernah mengira, kalau kasus Novia akan melakukan hal yang sekejam ini," sahut Naren.
Mereka semua mulai mengingat perjalanan pertama dari kasus ini. Yaitu kematian Nada Kharisma. Kasus yang terjadi pertengan tahun lalu itu memjadi pembuka terungkapnya kasus yang lain.
"Cantik itu membahayakan, Ya. Apalagi orang cantik yang tidak kunjung membalan cinta, bisa-bisa jadi sebuah kasus pembunuhan yang mengerikan." Naren dengan sengaja mengeraskan suara agar Freya mendengarnya.
Semua orang mengiayakan kata-kata Naren, kecuali Freya. Ia memberikan lirikan tajam pada Naren sembari menunjukan kepalan tangannya.
Akhirnya, langkah mereka semua terhenti di hadapan pusara para korban tak dikenal dari kasus Novia. Karena harus menyelidiki kasus ini, masing-masing dari mereka belum sempat memberikan ucapan perpisahan yang layak untuk para korban ini.
"Hai, Apa kabar kalian?" tanya Bima.
"Kami telah berhasil menyelesaikan kasus ini, maaf bila kalian harus menunggu terlalu lama." ucap Freya sembari meletakan buket bunga ke atas pusara itu.
"Kami berhasil berkat petunjuk yang kalian semua tinggalkan," ucap Farel.
"Kami berhasil menghukum pelakunya, jadi beristirahatlah dengan tenang." Meskipun tidak mengenal para korban, tapi Freya merasa perlu untuk menyampaikan rasa terima kasihnya juga.
Naren memandangi nisan massal itu. Ia memejamkan matanya sejenak lalu memasang senyum terbaik.
"Selamat jalan, kalian kini bisa beristirahat dengan tenang," ucapnya.
*******
Setelah pulang dari area permakaman mereka semua kembali ke tempatnya masing-masing. Tim kriminal dua kembali ke kantor polisi bersama Bima dan Freya ikut berpamitan untuk mencari halte bus terdekat.
"Kamu nggak bawa mobil, Frey?" tanya Farel.
"Kan aku nggak punya mobil, Rel. Kau lupa?"
"Ah, iya, tadi kau kesini bersama Mas Bima kok ya?
"Iya," sahutnya.
Naren hanya diam memandangi keduanya. Ia melangkah menuju mobilnya dan segera membuka pintu kursi penumpang samping supir.
"Masuk!" serunya.