Raldito Wiratama bukanlah sosok cassanova seperti novel romansa kesukaan Shafiya. Bukan pula jajaran cowok terpopuler di SMA Dharma Bakti yang dikagumi kaum hawa, atau justru berparas tampan dengan kehebatan tiada duanya.
Bukan.
Raldi bukan sosok seperti itu.
Oleh karenanya, Shafiya mampu menjatuhkan cinta pada hati se-preskriptif Raldi.
Terhitung satu minggu---tepatnya selepas ujian akhir semester berakhir---Shafiya mulai merasakan dimabuk asmara pada kakak kelasnya yang organisatoris tersebut.
"Shafiya." Laras beringsut ke bangku gadis berambut sebahu tersebut sembari menenteng totebag tosca berisi novel remaja.
Kalau dalam keadaan normal, bisa dipastikan Shafiya akan melonjak kegirangan karena Laras membawakan stok bacaan novel romansa terbarunya.
Akan tetapi, kali ini bukan dalam keadaan normal. Pikiran cewek itu sepenuhnya berotasi pada buku Panduan Mendekati Gebetan dan Raldito Wiratama.
"Ih, Shaf." Merasa diacuhkan, Laras mengerucutkan bibir sebal. "Padahal, gue mau rekomendasi novel terbarunya Ika Natassa."
Hening. Tidak terdengar respon dari lawan bicaranya. Tak gentar, Laras menyelinap di antara rongga bangku Shafiya dan Retta.
"Geseran dong, Ret," pinta Laras.
Retta memutar bola mata gusar, kemudian kembali berkutat dengan modul pembelajaran PKN STAN.
"Shaf, lo kenapa, sih?" jeda sejenak sebelum Laras melanjutkan. "Lo mikirin Kak Raldi lagi? Astaga, Shaf. Di SMA Dharma Bakti masih banyak cogan selain dia," celetuknya terus terang. Memang, gadis berpita oranye tersebut menjadi pihak kontra terhadap kedekatan sahabatnya dengan Raldi anak XII IPS 1.
"Gue masih mau berusaha, Laras." Shafiya memberengut sebal seraya menarik tas ransel bewarna magenta. Kepala cewek itu melonggok mencari-cari keberadaan buku Panduan Mendekati Gebetan. Sedangkan, tangan kananya menggeledah keberadaan buku bewarna merah jambu tersebut.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Shafiya sedikit terganggu terhadap sikap Laras yang selalu anti terhadap aksi pendekatannya kepada Raldi. Bertolak belakang dengan Retta yang berada dalam tim afirmasi.
"Lho? Kok, nggak ada? Perasaan tadi pagi tadi udah gue masukin tas, kok," gumam Shafiya kepada dirinya sendiri.
Menghela napas gerah, Laras bertanya, "Lo cari apa, sih?"
"Buku baru," jawab Shafiya panik sambil memuntahkan isi tas ranselnya.
Namun, tetap saja buku itu tidak terlihat.
Damn! Bagaimana dia bisa tahu panduan selanjutnya!?
Masih terpatri jelas di ingatatan Shafiya, buku itu ia masukan ke tas ransel ketika menyiapkan buku pelajaran di pagi harinya. Tetapi, kenapa sekarang mendadak lenyap?