Panduan Mendekati Gebetan

diffean k.a
Chapter #12

Tips 5: Ciptakan Branding Diri Lebih Baik dari Saingan Bagian 2

Jika ada yang bertanya, apa hal yang paling Shafiya sukai dari bangunan SMA Dharma Bakti, tanpa ragu gadis itu akan menjawab koridor penghujung ruang kelas XI IPS dan XII IPS. Hal tersebut tentu saja menguntungkan bagi Shafiya karena mempersingkat waktunya untuk datang ke kelas Raldi. Selain itu, ia juga bisa mencuri lihat gebetannya dengan alasan pergi ke kamar mandi. Seperti sekarang ini.

Akan tetapi, kali ini ada yang berbeda. Dia tidak mendapati Raldi berada di bangkunya. Di sana hanya ada seorang gadis berambut kecoklatan alami yang sedang mendengarkan musik melalui earphone.

Apakah Raldi tidak masuk sekolah?

Tetapi, Shafiya sangsi. Tak jauh dari gadis itu, tergeletak tas ransel pemuda tersebut.

Tidak suka dihantui rasa penasaran terlalu lama, Shafiya mengendap ke jendela kelas XII IPS 1. Melonggokan kepalanya ke dalam, lalu berbisik kepada gadis berambut kecoklatan tersebut. "Hai pacarnya Kak Raldi."

Gadis itu seketika terkesiap. Kedua matanya terbeliak menyaksikan kehadiran Shafiya yang tiba-tiba menyembul dari luar jendela. Earphone yang menyumpal daun telinganya ia lepas, sejurus kemudian, melayangkan tatapan penasaran pada gadis berambut sebahu tersebut.

"Ada apa, Dek?" tanya Gistav seraya menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan jendela.

"Kak Raldi ke mana, Kak?" Shafiya mengedarkan tatapan ke sepenjuru kelas. Senyap. Saat ini telah memasuki waktu istirahat pertama. Biasanya, murid-murid lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya di kantin daripada membunuh waktu di kelas.

"Ada perlu sama anak OSIS. Dia 'kan sibuk banget."

"Kakak sendiri?" Tiba-tiba, kejadian Raldi dengan Gistav yang berdua di ruang panitia berputar di kepala Shafita. "Bukannya waktu itu Kakak jadi panitia FKS?"

Tanpa disangka, tawa Gistav justru mengudara. "Aku nggak jadi panitia, kok. Raldi cuma nyuruh aku nyusulin dia ke sana. Soalnya, takut aku sendirian di kelas dan nggak ada temen. Ditto, Alex, sama Marsha juga jadi panitia. Jadi, dia khawatirin aku kalo ada apa-apa."

Jadi, dia khawatirin aku kalo ada apa-apa.

Kalimat itu menohok hati Shafiya. Menorehkan goresan luka cukup dalam. Luka yang telah ditutupnya rapat-rapat, kini tersingkap karena suatu pendapat.

Dikhawatirkan?

Apa Raldi pernah mengkhawatirkannya?

Memang Shafiya siapa harus dikhawatirkan?

Memaksakan diri tersenyum, Shafiya terlihat tertarik. "Oh, ya? Kakak deket banget, dong?"

Gistav tersenyum simpul, lalu menepuk bangku kosong di sebelah kursinya. "Sini, Dek. Mumpung kelas Kakak sepi. Palingan anak-anak baru balik lima menit sebelum bel masuk."

Gistav melirik arloji silvernya, masih tersisa 20 menit.

"Pacarnya Kak Raldi namanya siapa?" tanya Shafiya sok tidak tahu sesaat setelah gadis itu mendaratkan tubuh di kursi sebelah Gistav.

"Gistavia. Panggil aja Gistav," sahut Gistav hangat seraya mengeluarkan kotak bekal roti bakar selai coklat dari dalam tas. Tangan gadis itu terulur memberikan satu bagian rotinya kepada Shafiya dengan paksaan, lalu mencomotnya sisanya untuk diri sendiri.

Jika posisinya Gistav bukan saingan Shafiya untuk mendapatkan hati Raldi, besar kemungkinan ia akan menyukai kakak kelasnya itu. Selain ramah, cara bicara Gistav yang ceria juga terdengar menyenangkan. Berhubung dia menerima ajakan Gistav bergabung ke kursinya, jadi Shafiya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk bertanya lebih dalam hubungan mereka gadis itu dengan Raldi sekadar branding diri. Ingat tips nomor lima, Ciptakan Branding Diri Lebih Baik dari Gebetan.

"Jadi, Kakak deket banget sama Kak Raldi?"

"Bisa dibilang begitu. Kakak juga deket sama keluarganya. Akrab sama Ibunya, sering bercanda bareng Bang Agam, mereka juga mengenal Kakak dengan baik." Gistav berhenti berbicara, dilihatnya raut wajah Shafiya yang berubah sedu. "Kalo kamu? Deket sama Raldi? Eh iya, Kakak lupa nanyain nama kamu. Nama kamu siapa?"

"Nggak begitu. Kak Raldi jutek banget orangnya kalo sama aku. Ngeselin. Tapi, pas sama orang lain ramah," seloroh Shafiya sambil berkacak pinggang.

Ngeselin, untung sayang, lanjut gadis itu dalam hati.

Sedetik kemudian, dia baru sadar belum memperkenalkan diri. "Namaku Shafiya, Kak," tukasnya sambil menunjuk name tag yang terjahit di kemeja sebelah kanan.

Lihat selengkapnya