Panduan Mendekati Gebetan

diffean k.a
Chapter #31

(Non Tips) Sebatas Teman

Kristal bening mengalir deras tatkala gadis berambut sebahu itu mengingat insiden menyesakan di acara Festival Kesenian Siswa.

Sebegitu menyedihkannya kah kata 'teman' yang diucapkan oleh gebetan?

Selama ini, ia hanya membaca melalui novel. Tidak pernah merasakan secara langsung. Ternyata, efeknya jauh di luar ekspetasi. Atau, Shafiya saja yang terlampau dramatis dan melankonis?

Ah! Namun, ia tak ingin memikirkan hal itu berlarut-larut.

Gadis berambut sebahu tersebut segera mengurung dirinya di kamar dengan alunan lagu-lagu melo. Sial. Dirinya terjebak oleh harapan fana. Shafiya pikir, Raldi mulai terbuka dan hangat karena perlahan jatuh cinta terhadapnya, nyatanya Raldi hanya ingin berteman saja. Berteman baik tanpa ikatan atau apa pun itu.

Shafiya terlalu berharap banyak kepada Raldi. Itulah hal yang paling ia sesali untuk saat ini.

"Gue harus gimana? Menyerah atau tetap bertahan?" Karena bimbang dengan suasana hatinya, gadis berambut sebahu itu menelpon Retta. Sahabat yang sangat mendukung hubungannya dengan Raldi. Akan tetapi, ia sedikit sangsi menghubungi Retta, pasalnya sekarang sudah jam satu pagi. Apakah gadis itu masih terjaga?

Urung menelpon Retta, Shafiya akhirnya memilih turun ke dapur. Membawa beberapa camilan dan satu gelas coklat kedai Brunneis yang sempat ia pesan sepulang sekolah di lemari pendingin. Akan tetapi, saat gadis tersebut hendak kembali ke kamar, ia sempat melihat bayangan adiknya yang menonton K-Drama di dalam kamar dengan pintu yangbdijeblak lebar. Karena iseng, akhirnya Shafiya masuk tanpa permisi.

"Tumben lo nonton K-Drama?" tanyanya dengan suara parau sehabis menangis.

"Demi Maudy."

"Lo masih berjuang?"

"Tentu." Fokus Auden tidak teralih antara laptop dan drama korea. Shafiya tersenyum getir, sambil menyesap es coklat favoritnya, gadis berambut sebahu itu mendaratkan tubuh di sisi ranjang Auden.

"Kalo semisal Maudy ternyata nganggep lo cuma temen, yakin masih tetep berjuang?"

Seketika, sorot mata Auden tertumbuk pada kakak tirinya. Tatapannya berubah serius. "Kak Raldi nganggep lo temen?"

"Yup! Dia emang idealis banget," seloroh Shafiya seraya menopang dagu. "Hati gue ngerasa ... hancur? Oke, gue bucin. Tapi, sebelumnya gue ngerasa sangat-sangat-sangat berharap Kak Raldi jadi pacar gue. Dan ternyata ... di malam FKS dia meluluhlantakan semuanya. Dia nganggep gue temen."

"Kenapa kalo cuma temen?"

Lihat selengkapnya