Shafiya' s Note
Hah! Udah lama banget gue nggak nulis note hahaha. Dulu, gue males banget nulis note karena isinya pasti galau-galauan tentang Kak Raldi.
Lima tahun berlalu, sekarang udah move on, dong. Eh. Nggak deng, canda, gagal ternyata. Perasaan itu tetap sama. Dia nyata. Realitanya, gue termasuk barisan patah hati sebelum jadian. Haha.
Terima kasih luka, denganmu aku jadi lebih dewasa.
Terima kasih perpisahan, denganmu aku belajar memaknai sebuah kenangan.
Terima kasih kehilangan, denganmu aku terlatih menuju kedewasaan.
Terima kasih rindu, denganmu aku belajar arti menghargai sebuah temu.
Dan terima kasih Raldito Wiratama, telah mampir di kehidupan putih abu-abuku.
"Heh, lo nulis apa?"
Dengan cepat, gadis berambut sebahu itu menyembunyikan buku hariannya di belakang punggung.
"Bukan apa-apa," elaknya sambil menggeleng berusaha tenang.
Seorang perempuan berbaju batik itu berdecak pelan. "Jadi nih dateng ke wisuda UNAIR?"
Sekali sentakan, gadis berambut sebahu itu berdiri. Segera memasukkan buku agendanya ke dalam tas, lalu mengaitkan lengan pada sahabatnya sejak SMA. "Retta, berangkat sekarang aja, yuk."
Dengan hati yang sudah pulih dan tertata kembali, ia siap bertemu hantu masa lalunya.
Lari dari kenyataan tak akan menyelesaikan masalah. Karena sejatinya, ia datang untuk diselesaikan. Maka, di titik inilah dia sekarang. Memaknai sebuah seni memaafkan diri sendiri.
***
Hiruk pikuk acara wisuda di salah satu universitas negeri Kota Surabaya siang itu cukup menggelora. Raja siang menggantung di langit tak memudarkan euforia bahagia dan sorot bangga yang terpancar baik dari wisudawan maupun sang pendamping. Tak terkecuali, pemuda yang mengenakan toga dan baru saja menyelesaikan studinya S1 Ilmu Politik. Wajah pemuda tersebut berseri-seri memeluk haru ibu kandungnya, kakak laki-lakinya, serta beberapa teman seperjuangannya yang datang sambil membawa pernak-pernik khas graduation. Ia tidak menyesal sekarang gagal masuk Hukum Universitas Indonesia, jika ia tidak masuk Ilmu Politik UNAIR, besar kemungkinan dirinya tidak akan meraih predikat cumlaude.
"Cie, mantan presiden BEM kita akhirnya lulus," goda salah satu teman sekampusnya.
"Raldi, selamat akhirnya cumlaude."