Pangeran Assits

Ajensha
Chapter #2

"1"

Kalian setuju gak? Kalau masa remaja, khususnya masa putih biru adalah masa dimana cinta akan hadir dengan polosnya.

Kamu pernah atau sedang menyukai diusia remaja? Bahkan pada salah satu teman sekelas?

Kalau iya, selamat yah.

Tapi bedahalnya dengan Arsella, yang setiap melihat cowok, bahkan yang selalu menjadi the most wanted di sekolah favoritnya itu selalu dipandang acuh tak acuh olehnya, 'Apa yang menarik dari mereka? Semua cowok itu gak ada bedanya. Sama-sama cuma mahluk so-ganteng dan bisanya cari perhatian sama semua cewek.'

Mungkin hatinya bermasalah atau ia masih belum berhasil dan lolos dari kata moveon setelah cinta keduanya. Tapi meskipun begitu, Arsella merasa takut. Takut merasakan suka dan jatuh cinta lagi. Itu karena, semenjak setiap kali ia jatuh cinta, perasaan itu selalu bertepuk sebelah tangan.

Arsella bertopang dagu di atas kedua tangannya yang dilipat di atas meja, sembari duduk condong ke depan. Pandangannya masih tertuju ke arah buku tulis dan sebuah bolpoin di tangan kanannya.

Satu hal yang Arsella sadari saat ini. Jika bisa memilih, ia lebih memilih untuk tidak pernah merasakan apa itu jatuh cinta, walau hanya sekali lagi, jika pada ujungnya hatinya tetap patah kembali. Sementara luka lama pun juga belum reda.

Tapi jika suatu saat perasaan itu ada. Ia berharap semoga perasaan itu hal yang lumrah dirasakan semua orang. Seperti halnya rasa suka dan kagum yang nantinya akan hilang dengan sendirinya.

Entah sudah berapa lama Arsella duduk dikursi, berkutat dengan buku dan bolpoin hitamnya. Koridor itu pun sudah sepi. Siswa-Siswi di kelasnya sudah berhamburan keluar mendahuluinya, sejak bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu.

Arsella menggoreskan tinta hitam itu dibukunya. Menumpahkan segala perasaannya. Bercerita tentang Assist yang setidaknya membuat hidupnya jauh lebih indah dan bahagia. Walau kebahagaiannya masih belum sesempurna kenyataannya. Tentang keluarganya yang selalu dikunjungi banyak masalah. Tapi setidaknya, hidup sudah cukup adil untuk saat ini.

Arsella bengong-bengong sendiri dibuatnya.

"Arsha, Arsella. Kalian main berpasangan yoga kali ini!" keduanya terlonjak kaget dengan tatapan ogah-ogahan.

"Ya bapak. Ko sama dia sih pak." Arsha menolaknya mentah-mentah. Wajah humorisnya mendadak sinis.

"Ih apa sih. Punya nama kali." Gumam Arsella dengan geram.

"Iya pak. Masa sama cowok sih." Sambung Arsella dengan wajah datarnya. Tanpa berselera.

"Ya iyalah eke cowok. Ya kali cewek." Umpat Arsha dengan senyum cukanya. Sementara Arsella hanya diam tanpa menggubris dan enggan meliriknya walau hanya satu detik.

Lihat selengkapnya