Arsella masih berkutat dengan sebuah buku novel di tangannya. Tak lupa, beberapa tumpukan buku yang ikut mengantri di meja depan tempatnya duduk. Di samping rak-rak buku yang berderet panjang.
Ia bukan seorang kutu buku. Bahkan hampir semua buku yang ia baca berbau fiksi, seperti salah satunya, novel. Karena menurutnya, dunia fiksi itu lebih ber-alur imajinasi dan dapat dimengerti bahasanya oleh banyak kalangan. Ditambah lagi, petualangan seru dalam setiap aksi tokoh di dalamnya.
Sementara itu, hanya ada satu buku paket tebal sebagai bahan pembelajaran, yaitu Ensiklopedia bahasa. Itu pun berada diurutan paling bawah diantara tumpukan buku di atas meja di hadapannya.
Di sisi ruang lain yang terhalang satu rak buku. Arsha tengah mencari-cari buku pelajaran. Lebih tepatnya buku dengan kumpulan angka yang dapat mengasah logika dan realita, menjadikannya lebih teoritis. Juga satu buku novel .
Dibalik celah-celah rak buku. Arsha menemukan Arsella yang tengah terduduk disebuah bangku samping rak buku itu.
Fokusnya kini beralih ke arah siswi berhijab blush on dengan penampilan apa adanya. Dan seragam sekolah putih biru lengan panjang yang dikenakannya. Itu Arsella.
Arsella dengan senyum manis dan dua lesung pipit yang terlukis saat bibir mungilnya tersenyum manis, setiap kali membaca kata-kata di dalam novel. Membuat kulit hitam manisnya jauh lebih cerah dan cantik.
Hingga Arsha tidak sengaja menjatuhkan buku-buku dirak dengan tangannya. Membuat Arsella meringis kesakitan.
Arsella bangkit dari duduknya dan berdiri memutar kedua bola matanya. Mencari-cari siapa orang yang telah mengganggu waktu luangnya. Sementara Arsha alih-alih kabur, ia malah menutupi wajahnya dengan satu buku novel ditangannya.
"Ih sakit, tau gak sih. Bukannya minta maaf, malah nutupin muka pake buku. Watados banget sih." Arsella menarik buku itu dari genggamannya dibalik kotak-kotak celah rak buku perpustakaan yang sudah kosong melompong tanpa buku sebagai penghalang. Karena buku itu sudah berjatuhan ke arahnya di bawah. Membuat Arsella lebih mudah menemukan si pelaku.
"Tau sakit ga!" Arsella berteriak tepat di hadapan Arsha.
Arsha berkata dalam hatinya, dia galak juga ternyata.
Tapi lain bagi Arsella, ia malah geram melihat Arsha yang bukannya meminta maaf atas kecerobohannya. Kini malah bengong dengan wajah tanpa dosa layaknya seorang joker.
"Dasar Joker."
Arsella sudah malas meladeni Arsha dan segera membalikan tubuhnya untuk meninggalkan perpustakaan sekolah. Sementara Arsha yang tidak suka dengan kekotoran, segera membereskan buku-bukunya dengan secepat kilat.
Setelahnya, segera berjalan mendahului langkah Arsella yang berjalan menuju kelasnya.
"Maaf Sell. Gak sengaja." Arsha menyeimbangkan langkah kakinya. Tapi Arsella lebih handal dalam berjalan cepat. Bahkan Arsella berjalan tanpa berniat menghentikan langkahnya atau pun menoleh Arsha barang kali sedikit pun.
Arsella sampai di kelas dan segera duduk dibangkunya. Sementara Arsha menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu kelas yang terbuka setengah.
"Ciee. Ko udah kejar-kejaran aja, kaya film-film india aja." Cibir Ray kepada Arsha, lalu terkekeh pelan.
"Apa sih Ray. Suka ngaco deh kalau ngomong. Lagian siapa yang ngejar sih. Yang ada dia yang ngejar aku kali." Bela Arsha tidak terima.
"Dasar Arsha. Gimana sih, yang namanya lari di belakang orang yang lagi lari itu disebutnya ngejar. Bukan yang dikejar. Ngeles aja bisanya." Timpal Ray dengan menggelengkan kepalanya pelan. Sementara Arsha mencerna kata-katanya barusan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.