Pangeran Bumi, Kesatria Bulan

Mizan Publishing
Chapter #3

Cinta Itu Pilihan - Bab 2

Geo mengintip dengan teleskopnya. Diikutinya sedan Baleno ’97 merah kusam itu memasuki halaman. Satu jam lebih lama dari yang ia perkirakan. Kalau saja Keysha tidak merajuk minta pulang cepat-cepat, ia bisa memanfaatkan kesempatan itu. Tapi kalau Keysha tidak merajuk, tentunya ia tidak akan diminta datang membantu sejak awal.

Diaturnya posisi teleskop tepat membidik pintu pengemudi. Di balik jendela berlapis film delapan puluh persen yang sudah mengelupas di sana sini, gadis itu baru saja mencabut kunci kontaknya. Sebentar lagi keluar. Geo menahan napas. Setelah beberapa saat dan tersengal, baru ia sadar untuk menghirup udara lagi. Dari awal mereka bertemu, napasnya seperti tersangkut begitu saja di ujung-ujung gerakan Maylana. Terulur dan terbawa saat gadis itu berjalan, menggerakkan tangan, berbicara, dan tertawa. Baru setelah Maylana hilang dari pandangan, napasnya kembali megap-megap. Agaknya ia terkena gejala asmaylanatis.

Pintu mobil sudah terbuka. Maylana turun sambil tertawa. Jilbab ungunya sedikit berantakan. Untingan rambut menjuntai dari pelipisnya. Dan seketika sensor yang entah ada di mana itu bekerja, jemari gadis itu bergerak lincah membereskan kerudung. Tak ada lagi anak-anak rambut nakal mengintip keluar. Cantik. Alis hitam tebal melengkung, mata besar cokelat, hidung mancung, tulang pipi menonjol indah, bibir merah tanpa lipstik, dagu ….

Maylana tiba-tiba berbalik dan menengadah. Tepat memandang ke jendelanya, menatap matanya, menyentak napasnya. Dengan jantung berdegup kencang, Geo tetap pada teleskopnya. Mengamati ekspresi indah Maylana yang keheranan. Sebut itu intuisi seseorang yang sedang diawasi, namun kemudian memilih untuk mengikuti nalarnya. Maylana menggeleng tidak percaya, lalu melenggang masuk rumah, diikuti adik-adik kembarnya.

Geo duduk di tepi dipan, mendesah panjang. Ponselnya bergetar mengejutkan. Sesaat jantungnya terlompat, berharap itu panggilan dari Maylana lagi. Tetapi akal sehatnya tahu, tanpa alasan kuat, gadis itu tak akan meneleponnya. Ternyata Mbak Ninit. Geo memakai earpiece-nya.

“Ya, Mbak?”

Lihat selengkapnya