Pangeran Charming (Twinflame)

Princess Cindy
Chapter #1

#1 Awal kisahku

Halo, nama ku princess Cindy, panggil saja aku Cindy, mama ku bilang aku diberi nama princess agar kehidupanku bagaikan seorang putri, dan sejak usia 4 tahun aku pun amat sangat menyukai cinderella, aku selalu ingin dibelikan gaun yang seperti cinderella, sepatu yg berbentuk seperti sepatu kaca, memanjangkan rambut, dan aku selalu meyakini bahwa aku memiliki seorang pangeran bernama Putra. Sungguh aku selalu mengimajinasikan diriku sebagai cinderella. Dan aku sangat meyakini bahwa Putra benar-benar ada di dunia ini, aku selalu berusaha untuk menemukannya, padahal aku tidak pernah tahu seperti apa rupanya.

Oh ya, sedikit cerita tentang latar belakang keluargaku, mama dan papaku bercerai semenjak aku bayi, karena papaku menikahi perempuan lain, dan mama ku tidak bisa menerima itu, ya dan aku memaklumi perasaannya. Tapi sebelum pergi papa memberi sebuah rumah, yang akhirnya dikontrakan untuk membiayaiku.

Setelah sekian lama mama membesarkan aku seorang diri, tibalah waktunya pada saat usia ku 9 tahun, mama menikah lagi dengan seorang laki2 yang beliau kenal melalui temannya, awal pertemuan beliau sangat baik padaku, tapi ketika pernikahan itu terjadi disitulah kisahku menjadi seseorang cinderella benar2 terjadi menjadi nyata.

Aku memiliki 2 orang saudara tiri perempuan, awalnya mereka terlihat baik tapi semakin lama semakin terlihat mereka seperti ingin menyingkirkan ku, mungkin mereka merasa takut aku menggeser posisi mereka yg selalu disayang, bahkan mereka memanggilku "makhluk jadi jadian", mereka bilang aku manusia aneh dan jelek.

Semenjak tinggal bersama dengan ayah tiri, setiap ada tamu rekannya yang datang, aku selalu dilarang keluar kamar oleh mama, dan pernah aku tetap bersikeras muncul di hadapan mereka, saat mereka bertanya "anak itu siapa?" mama menatapku dan berkata "dia adikku sedang ikut tinggal disini." Betapa hancur hatiku, jadi ini yang selalu menjadi alasan mengapa aku tak pernah di izinkan keluar kamar bila ada tamu rekan ayah tiriku. Aku selalu ditinggalkan di rumah sendirian bahkan terkadang hingga tengah malam, dan mama akan meminta anak tetangga menemaniku di rumah, tapi anak tetangga itu tak sebaik yang mama kira. Setiap mama pergi, mereka selalu menguncikan aku di kamar dan bermain2 dengan komputer ayah tiriku yang isinya banyak video yang sering mereka tonton entah apa.

"Putra, nanti bawa aku pergi dari sini ya, disini gak ada yang sayang sama aku, nanti kamu temenin aku terus ya, aku juga janji bakal nemenin kamu, jagain kamu." Aku berbincang seolah Putra ada di hadapanku.

"Iya Cindy, aku juga bakal jagain kamu, nanti kita main air ya, kita sama-sama terus." Aku mengimajinasikan dia menjawabku dan mengajakku pergi ke curug, tapi sewaktu kecil aku belum tahu bahwa nama tempat itu adalah curug.

Aku selalu bermain sendiri dengan teman imajinasi yang aku ciptakan sejak aku usia 4 tahun yang ku beri nama "Putra", yang selalu ku imajinasikan sebagai pangerannya si Cinderella. Aku selalu berbincang sendiri seolah dia benar2 ada, aku merasa dia benar-benar selalu ada menemaniku setiap aku kesepian. Hingga aku selalu menuliskannya di buku, dan aku selalu yakin kelak aku benar2 akan bertemu dengannya, walaupun aku tahu dia hanyalah teman yang aku ciptakan sendiri. tapi hati kecilku seolah yakin bahwa dia benar2 ada di dunia ini.

Setelah 1 tahun tinggal bersama ayah tiri, akhirnya aku punya 3 orang sahabat di sekolah bernama Rina, Rani, dan Ara, ya 2 diantaranya adalah anak kembar, teman2 di sekolah selalu merendahkan si kembar dan membully mereka, dan aku tidak terima karena aku pun merasakan bagaimana pahitnya dibully dikuncikan di kamar oleh anak2 dari tetanggaku, aku hantam semua anak yang membully mereka, alhasil kami seperti dikucilkan, mereka selalu seperti jijik bila bertemu dengan kami dan langsung menjauh, hingga aku dan Rani selalu kabur dari sekolah saat jam istirahat karena kami tidak tahan diperlakukan begitu.

Di suatu pagi hari libur sekolah saat sedang bermain dengan si kembar, Aku sedang menulis sebuah cerita dalam buku besar, dan aku juga membawa buku kumpulan puisiku, ya sejak kecil aku memang sudah sangat suka menulis walaupun karyaku masih belum bagus.

"Wah bagus sin puisi nya, buat aku boleh gak? aku sobek yang paling aku suka" Rani membaca beberapa puisi buatanku

"Boleh ran, pilih aja yang kamu suka, aku seneng kalau ada yang suka karya tulisku." Jawabku sambil masih terus menulis karangan cerita.

"Cindy, Putra itu siapa sih?" Rani menemukan salah satu puisi yang aku tulis untuk Putra.

"itu nama pangeranku, aku yakin dia ada di suatu tempat dan menungguku." jawabku sambil tersenyum menatap langit.

"Pangeran? kamu kenal darimana memangnya?" tanya Rani mengernyitkan dahi.

"Dari tuhan, tuhan menciptakannya untuk membuatku bahagia suatu saat nanti."

entah kenapa, walaupun cerita ku tak masuk akal, tapi Rani tak pernah mengejekku dan mengiyakan saja setiap ceritaku.

Aku tinggal di pedesaan yang masih banyak sawah, aku berlari menelusuri sawah yang luas itu di ikuti oleh si kembar, mereka mengikuti ku walaupun sebenarnya mereka tidak tahu tujuanku kemana.

"Cin, kamu mau kemana sih? cape loh, kita lari2 udah sejauh ini." tanya Rani dengan nafas terengah2.

"Aku mau cari putra, aku ada bayangan kalau dia ada di suatu tempat yang banyak pohonnya, terus ada airnya juga."

"Putra? pangeran kamu itu? Oh iya, aku tahu tempat yang persis kaya kamu ceritain barusan, ada di dalam hutan disana, aku pernah diceritain sama nenekku soalnya, ayo kita carinya ke arah sana aja" Rani, menggenggam tanganku menuju ke arah hutan yang dia maksud.

"pangeran apa sih? kalian ngomongin apa sih? Aku gak mau kesana ah banyak laba-laba tahu!" tanya Rina yang dari awal memang belum tahu cerita tentang Putra

"Iya, katanya Cindy punya pangeran namanya Putra dia lagi ada di suatu tempat. Tempat yang banyak pohon terus ada airnya kan di hutan sana, nenek kan pernah cerita sama kita." Jawab Rani membantu menjelaskan.

"Ya ampun, emangnya dia tarzan ada di hutan? udahlah kita pulang yuk, udah siang banget nih kita jalan gak tau udah berapa jam ini, nanti nenek kita marah, kan kamu belum masak." jawab Rina

Lihat selengkapnya