January, Tahun 2010
Tak terasa aku sudah menduduki bangku SMP, dan mama baru saja melahirkan bayi laki-laki adikku yang diberi nama anugerah, ayah tiriku sangat menyayanginya dan selalu membelikan barang mahal hingga kaka- kakanya cemburu. Dan aku biasa saja karena ada ataupun tidaknya adikku, ya aku hanyalah gadis yang terabaikan. Sebentar lagi aku akan naik ke kelas 2 SMP, tapi sepatuku sudah jebol, akhirnya aku membeli lem untuk merekatkan kembali sepatuku agar tetap bisa dipakai. Sesampainya di rumah, aku langsung mengoles lem di sepatuku, dan mama menghampiriku.
Mama : "Cindy, sepatu kamu sudah rusak ya?" Mama pun seketika kembali ke dalam kamarnya.
Mama : "Mas, Cindy sepatunya udah rusak, kamu punya uang gak buat beliin dia sepatu baru buat sekolah?"
Papa tiri : "Gak ada, suruh minta aja sama bapaknya, emang aku bapaknya apa."
Mama : "Yang murah aja gak apa-apa yang penting bisa dipakai."
Papa tiri : "Gak ada! udah dibilang gak ada ya gak ada."
Seolah meledekku, pada keesokan harinya beliau membelikan sebuah mobil untuk anak perempuannya, dan anaknya dengan gembira menari nari di depanku.
Disaat ini aku masih dihantui bayang-bayang Davin, seandainya aku bersamanya, mungkin hidupku bisa lebih berwarna tak terlalu sehancur ini. Aku mulai membuat akun facebook dan mencari akun Davin, hingga akhirnya aku menemukannya dan mengirim undangan pertemanan, aku masih berharap bisa ada kesempatan kedua untuk bersamanya. Dan ternyata Davin menerima permintaan pertemananku, aku sangat bahagia dan kembali menjalani hari dengan bersemangat, sampai akhirnya aku melihat dia posting dengan seorang perempuan, yang sangat jelas di caption nya bahwa itu adalah pacar pertamanya, nama nya Dina, dia sangat cantik dan modis, berbanding terbalik denganku yang culun ini.
Aku mulai banyak post foto di akun facebook ku, tapi hanya bagian wajah saja, karena badanku mulai menggemuk dan aku tidak PD post seluruh tubuh, aku selalu komentar di akun facebook Davin memberinya semangat, dan mendukung hubungannya dengan pacar barunya, dia selalu meresponku dengan baik disana dan bahkan pacarnya selalu ikut dalam perbincangan kami, sampai kawan-kawannya bilang "cie istri pertama sama istri kedua akur. Lalu di suatu sore aku mulai post status "Hidupku terlalu sedih untuk dijalani, ingin rasanya pergi saja"
Tak disangka, Davin mengirimi aku pesan setelah aku post status itu.
Davin : "Kamu kenapa?"
Aku : "Aku sedih, kayaknya orangtua ku gak mengharapkan aku lahir, di rumah pun aku selalu sendirian, kesepian rasanya."
Davin : "Semangat ya, aku juga pernah berfikiran gitu, aku jarang banget bisa kumpul sama mama papa, mereka selalu sibuk dengan dunianya, bahkan makan pun aku ditemenin bibi yang suka bantu beresin rumah, punya kaka perempuan ngajak ribut terus, nyebelin pokoknya."
Aku : "haha, masa sih? aku fikir kamu deket banget sama ibu kamu, aku lihat di sekolah kamu peluk terus ibu kamu."
Davin : "Iya, setiap ada kesempatan sama mama, aku pasti mau nya nempel terus, sampe dikatain anak mami waktu itu."
Aku: "Aku gak pernah mikir kamu anak mami, semangat juga ya, kamu orang baik, mudah2an kamu bahagia sama Dina."
Davin : " Iya amin, makasi ya, jangan putus asa lagi, kamu gak sendiri kok!"