Pangeran Charming (Twinflame)

Princess Cindy
Chapter #4

#4 Masa masa SMA

Juni, 2011

Waktu terasa berjalan begitu cepat, kini aku sudah memasuki SMA, aku bersekolah di tempat yang sama dengan Rani, sahabat sejatiku yang selalu menemaniku semenjak SD, tapi saudara kembarnya Rina bersekolah di tempat berbeda karena sekolah kami terlalu jauh dari rumah, dan Rina sangat mudah kelelahan jadi dia bersekolah di tempat yang tak jauh dari rumah. Kemana mana kami selalu berdua, hingga akhirnya beberapa teman di kelas menegur kami

"Kalian kenapa sih gak pernah gabung sama kita? berduaan terus, gabung dong!" Meira tiba-tiba menghampiri aku yang sedang berbincang berdua dengan Rani.

"Emangnya kenapa? kita udah biasa kok dari SD selalu berdua, kita juga bingung harus mulai darimana buat gabung sama kalian." aku menatap Meira keheranan.

"Yaudah ayo gabung gak usah bingung lagi kan ini gue udah ngajakin kalian."

teman-teman yang lain pun ikut menghampiri kami. Sementara Meira pergi kembali ke bangkunya.

"iya, kamu tuh anak pinter loh padahal Cindy, ajarin kita yok!" Sheina menarik kursinya dan duduk disampingku.

"iya gak usah malu, kita semua temen disini." Rima menatapku tajam dengan pandangan sinisnya, bukan karena dia orang jahat, tapi memang raut wajahnya selalu seperti antagonis, padahal sebenarnya dia orang yang sangat baik.

"Iya ih, aku juga pengen temenan sama kalian, aku gabung boleh ya, kita bikin geng yuk!" timpal Sitha yang baru berjalan dari kejauhan.

"hah geng?" aku terheran karena aku tak pernah punya geng sebelumnya, dan temanku dari dulu ya hanya Ara dan Rani.

"Iya, rambut kita kan panjang2 nih, kita namain geng SARAP." Sitha tersenyum dengan wajah konyolnya.

"Heh lu aja ya yang sarap, gue normal ogah banget ikutan." Rima melirik sinis kearah Sitha dengan nada bicara ketus.

"Ih itu singkatan tau, Satuan Rapuncel haha, kan rambut kita panjang." jawab Sitha dengan tawa konyolnya, dia memang yang paling humoris diantara yang lain, selalu saja ada tingkah konyolnya.

"Ok boleh, seru tuh kayaknya." Aku mengangguk mengiyakan tawaran Sitha.

"Tuh kan mau dia, ok girls mulai hari ini, Sitha, Rima, Sheina, sama Cindy jadi geng SARAP, haha." Sitha kembali dengan tawa konyolnya.

"Elu tuh SARAP, PEA." Sheina mengusap wajah Sitha lalu kembali ke bangkunya.

Hari ini aku menginap di rumah papa, disana ada ketiga kakak ku. kak Andre, kak Wijaya, dan kak Reza.

Aku : "Besok aku berangkat sekolah sama siapa?"

Kak Wijaya: "Kaka yang anter ya nanti pake motor."

Kak Andre : "Berrrangkat, bukan belangkat! Udah gede masih cadel huuu." Kak Andre melempariku bantal.

Aku : "Iiih nyebelin dasar pesek!" Aku melempar balik bantal padanya. Kami saling memukuli dengan bantal sambil tertawa bersama.

Keesokan harinya, aku sekolah diantar kak Wijaya. Semua teman-teman perempuan menatapku, dan langsung menghampiriku saat aku sampai di lorong sekolah.

Meira : "Cin, itu pacar lu?"

Aku : "Enggak, itu kaka aku namanya kak Wijaya."

Meira : "Aaaaargh ganteng banget kaya orang korea, kenapa gak bilang sih punya kaka ganteng? kenalin dong ke gue."

Sheina : "Ke gue aja Cin!"

Aku : "Lah kalian suka sama kaka ku?"

Meira : "Iya lah ganteng begitu, salamin ya, pepet nih sampe dapet, awas lo Sheina saingan lo itu gue!"

Aku : "Yaudah nanti aku salamin ya, deketin aja sendiri sana nanti aku kasih fb nya. Aku juga baru ketemu dia pas kelas 1 SMP, gak terlalu begitu deket, tapi dia baik banget sama aku."

Saat pulang sekolah tiba, Meira menahanku untuk tidak langsung pulang dan diam dulu di kelas.

Meira : "Cindy, Rani, jangan dulu pulang aku mau ngomong!" Dia menarik tanganku yang sudah berada di pintu kelas.

Semua kawan-kawan duduk merapat dekat ke meja guru, sementara Meira duduk di meja guru.

Meira : "Kita keluarin unek-unek masing-masing ya biar kita sama-sama ada perubahan positive disini. Mulai dari gue ya, gue gak suka sama Cindy."

Aku : "Loh, aku salah apa?"

Meira : "Lu tuh cantik Cindy, tapi dandanannya acak-acakan, menurut gue bahkan cantikan lu daripada Rahma, dia cuma menang kulit putih doang, dandan dong Cindy! Beuh pasti populer lu di sekolah ini."

Sheina : "gue juga kesel sama Cindy, selalu berduaan sama Rani terus, berbaur dong sama kita!"

Cika : "Iya, aku juga gak suka sama Cindy, dia tuh sifatnya kekanak kanakan."

Meira : "Ran, lu unek-uneknya ke siapa?"

Rani : "Aku gak ada unek-unek ke siapapun, kalian semua baik kok!"

Meira : "Udah ngomong aja, ke Cindy?"

Rani : "Enggak, dia sahabat baikku."

Meira : "Alah jangan gak enakan gitu."

Aku : "Ini kok ke aku semua sih? jadi aku disudutin gini?"

Meira : "Ya sadar diri, berarti emang lu bermasalah! Coba nurut, rubah penampilan, pake make up! kalau kita ajak kumpul tuh ikut!"

Aku : "Aku tuh bisa sekolah aja udah syukur, kalau kalian ajak kumpul bukan aku gak mau, ya uang jajanku terbatas. Aku gak bisa ngimbangin kalian yang royal jajannya."

Meira : "Alah lebay, orang mama lu juga suka dandan kok! Masa gak mampu beliin anaknya eyeliner doang."

Aku : "Aku gak mau bebani orangtua ku, udah disekolahin aja udah syukur banget kok."

Aku pun langsung pergi dari kelas dengan hati yang sangat jengkel merasa disudutkan di kelas, Rani berlari menyusulku.

Rani : "Cin, kenapa mereka kaya serang kamu ya? Padahal aku pendiemnya jauh lebih parah dari kamu. Tapi mereka gak ada nyuruh aku berubah."

Aku : "Entahlah Ran, aku juga gak ngerti sama pola fikir mereka yang maksa aku harus sama kaya mereka."

Kak Wijaya sudah menungguku di depan gerbang sekolah, Meira dan Sheina mengikutiku dari belakang dan menghampirinya.

Meira : "Hai kak! Kenalin aku Meira temen sekelasnya Cindy."

Sheina : "Sheina kak!"

Kak Wijaya menyalami mereka tanpa tersenyum, karena karakternya memang cuek tapi dia sangat baik dan perhatian padaku.

Meira : "Kak boleh minta nomer hpnya gak?"

Kak : "Maaf kita pulang dulu ya, kasian Cindy kepanasan." Kak Wijaya memakaikanku helm, aku langsung naik motor dan kami pergi meninggalkan mereka.

Tak ku sangka, di SMA aku bisa berteman dengan semua yang ada di kelas, baik itu laki-laki maupun perempuan, walau kadang mereka menjengkelkan dan masih saja menganggapku kurang berbaur. Aku sangat dekat dengan Rima, dia selalu menemaniku menginap di rumah papa, papa selalu memperlakukan Rima sama sepertiku. Sampai akhirnya Sheina menghampiriku saat aku sedang duduk sendiri di kelas.

Sheina : "Cindy, kamu jangan terlalu deket deh sama Rima. Dia bilang sama aku, kalau dia tuh cuma manfaatin kamu doang, soalnya enak katanya suka dibeliin ini itu sama papa kamu, nanti lama-lama kamu disingkirin loh posisinya, papa kamu jadi lebih sayang dia."

Aku : "Masa sih Rima gitu? Dia emang jutek banget, tapi setauku dia baik kok."

Sheina : "Dia cerita gitu ke aku kemaren, katanya kamu mah polos banget gampang dimanfaatin."

Semenjak saat itu, hubunganku dengan Rima agak renggang, kami sudah jarnag bertegur sapa. Tapi aku sungguh penasaran dan ingin tahu apa benar dia ada niat memanfaatkan aku? saat dia sedang sendiri, aku menghampiri dia.

Aku : "Rim, kamu kok jahat sih sama aku?"

Rima : "Apa sih maksudnya?"

Aku : "Sheina bilang, kamu tuh cuma manfaatin aku biar bisa minta ini itu sama papa aku, katanya aku gampang dimanfaatin. Kecewa aku sama kamu."

Rima : "Hei, tunggu dulu! Sheina bilang kamu yang merasa aku nyingkirin posisi kamu, ngerebut papa kamu, jadinya aku menjauh lah tau diri, aku memang anak yatim tapi aku gak pernah berfikir juga buat gantiin posisi kamu."

Aku : "Kok gini sih? Sheina adu domba kita buat apa?"

Rima : "Ya, aku gak tahu. Aku menjauh karena aku tahu diri. Tuh Sheina!"

Aku : "Sheina sini!" Sheina yang sedang diluar kelas pun masuk menghampiri kami.

Lihat selengkapnya