Pangeran Charming (Twinflame)

Princess Cindy
Chapter #5

#5 Jakarta

Tibalah waktunya kelulusan, karena aku murid akselarasi jadi aku lulus 1 tahun lebih cepat dari Rani, entah kenapa aku sangat ingin pergi ke jakarta, aku yakin akan menemukan kebahagiaan disana, dari sekian banyaknya kota di indonesia fikiranku hanya tertuju pada jakarta dan ingin meraih mimpiku disana. mama ku tak mengizinkanku untuk pergi, tapi aku terus merayu tuhan agar aku bisa pergi ke jakarta.

Sambil menunggu waktu untuk bisa pergi ke jakarta, aku bekerja di sebuah toko di dekat rumahku, disana aku bekerja satu toko berdua dengan rekan kerja laki-laki bernama Rizky, laki-laki berkulit kuning langsat, memiliki rambut ikal sebahu yang selalu berpenampilan rapih dan wangi, perempuan di sekelilingku banyak yang menyukainya, aku? Davin masih mengisi hatiku tak pernah mau pergi. Disana kami banyak berbincang tentang kehidupan dia, tentang hubungannya dengan pacarnya yang sekarang satu tempat kerja juga tapi beda cabang, aku yang tergolong introvert ini hanya merespon seperlunya saja. Walaupun sebenarnya ciri-ciri fisiknya agak mengingatkan ku pada sosok dalam mimpiku dengan rambut ikal sebahu.

Minggu ini aku mengunjungi rumah sahabatku Rani, seperti biasa kami berbincang bersama di kamar saja dengan Rina juga, aku duduk bersandar ke dinding kamar sambil memainkan hpku membuka fb di dalamnya menggunakan akun palsu untuk sekedar melihat aktifitas Davin, aku melihat dia masih sendiri dan berbahagia, aku masih dihantui rasa sesal karena dulu tak menemui nya, seandainya dulu aku menemuinya mungkin aku tak harus diam-diam seperti ini melihatnya, tapi pasti Rani akan terluka karen aku. Dadaku rasanya sesak dan tak terasa mataku meneteskan air mata.

"Kenapa Cin?" Rani keheranan melihatku tiba-tiba menangis.

"Enggak, ini abis stalking fb nya Kak Ali, sedih aja kita jadian cuma sebulan, yang mutusin pun bukan aku, kayaknya gak ada laki-laki setulus dia lagi yang mau terima aku. Seandainya bisa balik, aku pasti lebih jaga dia baik-baik." Aku enggan mengakui bahwa aku masih menangisi Davin, konyol rasanya se serius ini jatuh cinta padahal waktu itu kami pun masih SD. Setiap kali aku menangisi Davin di depan Rani, selalu nama Kak Ali yang ku sebut, padahal detak jantung aneh itu sampai sekarang pun tidak pernah bisa aku rasakan dengan laki-laki lain manapun selain Davin. Dan aku pun sangat tahu pasti bahwa Rani masih mencintai Davin sama sepertiku, kami sama-sama menyembunyikan rasa itu, meski aku yakin kami sebenarnya sama-sama tahu. Karena Rani adalah satu-satunya manusia di muka bumi ini yang akan selalu tahu perasaanku meski tak pernah bibirku bercerita, bahkan dia lebih tahu aku dibanding ibuku. Dan aku lebih tahu dia dibanding kembarannya yang bersamanya sejak dalam kandungan.

Setelah beberapa bulan kemudian, akhirnya aku mendapat tawaran kerja dari salah satu rekan mama, untuk ditempatkan di salah satu toko yang cukup terkenal di jakarta. Aku selalu berdoa, dan akhirnya mama pun luluh mau mengizinkanku untuk pergi kesana. Aku selalu berdoa, meminta agar disana diberikan teman-teman yang baik dan asik, karena aku tidak pernah bisa merasakan yang benar2 bisa tertawa lepas, bercanda bersama teman tanpa ada tersinggung, aku sangat menginginkan teman seperti itu, aku sudah sangat bersemangat mengemasi pakaianku, dan mama bersikeras ingin menemaniku interview kerja, aku izinkan saja daripada aku tidak jadi pergi ke jakarta.

Sampai akhirnya aku menginjakkan kaki di jakarta pada tanggal 28 maret 2014, aku melihat sekitarku dengan bahagia, entahlah aku merasa disinilah rumahku yang akan membuatku nyaman, aku sangat bahagia akhirnya aku sampai disini, aku memasuki sebuah toko tempat aku akan interview, mama ku menunggu di depan toko sambil memegangi tasku yang berisi pakaian.

Aku masuk ke ruang HRD, dan dia sangat ramah padaku, dia mengajukan beberapa pertanyaan dengan santai, sampai akhirnya dia berkata aku bisa mulai bekerja besok di shift siang, aku pun kembali menemui mama yang sedari tadi menungguku di depan toko, aku mengobrol dengan salahsatu karyawan menanyakan kos kosan terdekat dengan tempat kerja, dan ternyata di sebrang toko ada kosan dan disana ada salahsatu karyawan yang kerja disini juga. Tak menunggu lama, Aku dan mama bergegas menuju tempat itu, dan alhamdulilah ada 1 kamar kosong yang langsung aku tempati hari itu juga.

Di hari pertama aku bekerja, aku disambut dengan sangat baik oleh seniorku yang ramah, disana diharuskan menjaga penampilan dan berdandan, alhasil aku mencoba memakai make up dengan so tahu, saat seniorku melihat make up ku yang berantakan, dengan blush on yang sangat menyala, dia pun tertawa dan membawaku kembali masuk ke ruang ganti.

"Dandan nya simple aja ya, gak usah pake blush on, udah aja cukup eyeliner, bedak, lipstik, sama maskara." Kak Riani menghapus make up ku yang sebelumnya, dan mengajariku make up simple yang rapih. Setelah selesai, kami kembali ke depan toko, kebetulan aku masuk shift siang, dan kak Riani masuk shift pagi jadi dia langsung pulang setelah mengajariku berdandan.

Awalnya aku masih malu-malu, dan jarang sekali mengobrol dengan seniorku, karena memang pada dasarnya aku introvert parah, tapi mereka tak pernah berhenti mengajakku bercanda, sampai akhirnya setelah beberapa bulan, aku benar-benar bisa dekat dengan mereka dan bercanda tawa, hal sederhana yang selalu aku impikan dalam pertemanan, bercanda tanpa kenal baper, tapi tidak kelewatan batas juga.

Sebenarnya aku sudah menyiapkan segala persyaratan untuk daftar kuliah jalur beasiswa, tapi setelah aku lihat jadwalnya sangat tidak memungkinkan aku untuk sambil bekerja, ya walaupun biaya kuliahnya gratis, tapi aku harus memikirkan biaya hidupku juga, karena aku sudah sepenuhnya lepas dari mama dan menanggung hidupku sendiri, dan aku sudah tak mau membebani beliau lagi. Hingga akhirnya aku menghempas cita-cita ku dan menguburnya dalam-dalam. Sepertinya aku memang sudah tidak mungkin meraihnya lagi, yang terpenting sekarang bagiku adalah bisa tetap bertahan hidup diatas kaki sendiri.

Hari itu aku satu shift dengan Kak April dan bang Dul, mereka sangat humoris dengan logat betawi yang kental. Bang Dul sedang menceritakan awal pertemuannya dengan istrinya pada kak April, dan diam-diam aku pun ikut menyimak.

"Jadi gua tuh dulu ketemu bini gua pas ikut komunitas sepeda gitu, gak nyangka awalnya jadi bini, ya coba-coba aja jadi ternyata masuk ke hati." Bang Dul sembari menatap kosong ke arah depan seperti sedang membayangkan momen itu.

"Lah, nyari jodoh coba-coba?" Tiba-tiba aku tergerak untuk ikut menanggapi.

"Alhamdulilah, akhirnya ada bunyi nya juga nih anak." Bang Dul menoleh kearahku sambil mengelus dada.

"Lah iya ada lah, kan tiap hari juga sambut customer." Timpalku.

"Alhamdulilah ya bang ya, biasanya kalo kita ngobrol dia mah diem aja di pojokan pinggir showcase(tempat kue kue dipajang). Udah ada batre nya kali bang sekarang." Kak April tertawa kecil.

"Lama juga nge charge nya ya? Ngeri gua mah, diem-diem di pojokan tau-tau showcase nya dicemilin, lah gua leader nya harus tanggung jawab, mau jelasin gimana entar ke bos, tau2 showcase nya tinggal separo." Bang Dul mengernyitkan dahi dengan ekspresi serius.

"Buset, emangnya Cindy rayap apa? makanin lemari, Cindy tuh lagi mikir keras aja ini bang disuruh diet nih gimana caranya biar kurus." ekspresiku tak kalah serius.

"Main gymbot bikin pusing, dulu lu emang gembrot, sekarang udah langsing, jiaaah." Bang Dul mendorong pelan bahu ku.

"Beneran bang? Cindy udah langsing nih?" Tanya ku penuh harap.

"Langsing Cin, kalo diliat dari kaca spion." Bang dul berlalu pergi mengambil piring dari meja customer yang baru pulang.

Kak April pun tertawa terbahak-bahak.

"Dih girang banget kayaknya liat Cindy kena bully." Aku melirik ke arah kak April.

"Lah iya lah girang banget gua, soalnya biasanya gua mulu yang kena, akhirnya kena juga lu udah berapa lama mojok doang."

Aku : "Kak April beneran mau temenan sama aku? aku kan belum berubah, aku gak semodis kalian, dandanan aku masih kaya gini."

Kak April : "Berubah? Kenapa harus berubah kalo lu udah nyaman jadi diri sendiri?"

Aku : "Soalnya pas SMA, temen2 selalu nuntut aku berubah jadi kaya mereka, sampai guru aja jadiin aku bahan taruhan. Apa kau harus ke psikolog ya? Apa ada yang salah sama diriku?"

Kak April : "Udahlah, berteman tuh sama yang mau berteman sama kita apa adanya aja, kalau mau berubah ya buat bahagiain diri sendiri bukan buat oranglain. Lo tuh normal banget Cindy gak ada masalah sama sekali, introvert itu wajar kok, banyak orang introvert. Gak usah ke psikolog mahal, lo punya gua sekarang kalau butuh temen cerita."

Sungguh aku menahan tangis mendengarnya, tangis haru bahagia, tidak pernah aku merasa benar-benar diterima jadi diriku sendiri seperti ini.

Keesokan harinya jadwalku untuk libur, aku mengisi hari dengan mencuci baju, memasak, sendirian di kamar kos, sampai akhirnya kak Selvi salah satu seniorku yang kos di tempat yangnj sama denganku pulang, karena hari ini dia mendapat jadwal shift pagi.

"Cin, lagi sibuk gak?" Kak Selvi mengetuk pintu kamarku.

"Enggak ka, kenapa emangnya?" Aku pun bergegas membukakan pintu.

"Jalan jalan yuk, suntuk nih gua." Kak Selvi tersenyum manis dibalik pintu.

"Mau mau, kemana ka?" Aku sungguh antusias.

"Ayolah kita keliling aja pokoknya, jauh jauh lu merantau kesini biar tau jakarta."

Aku pun bersiap berdandan alakadarnya, dan mengganti pakaian.

Tempat pertama yang kami datangi adalah mall Blok M. Kami berbincang dengan asyiknya di dalam mall, hingga tak benar-benar memperhatikan jalan.

"Cin, ini kayaknya ada yang salah." Kak Selvi memperhatikan eskalator yang sedang kami naiki.

"Hahaha!" Kami tertawa terbahak-bahak bersama, karena ternyata kami naik keatas dengan menggunakan eskalator turun.

"Kak, gimana nih? ayo turun lagi." Aku masih menahan tawa.

"Udahlah nanggung malu, lari aja yuk keatas!"

Kami berjalan cepat melawan arus eskalator sambil masih tertawa-tawa. Semua orangpun ikut mentertawakan kami yang konyol ini, bisa-bisanya kami asyik mengobrol sampai tak sadar salah naik eskalator.

Kami pun berjalan-jalan, makan, belanja, dan foto Box berdua, setelah dari mall kami pergi ke kota tua, kami berjalan-jalan berdua dengan asyiknya sambil mengobrol, tertawa bersama, hingga tak terasa sudah tengah malam, kami pun bergegas pulang. Sungguh aku bahagia mempunyai teman-teman yang selama ini aku inginkan, begini ya rasanya? tertawa terbahak-bahak dengan teman, jalan-jalan sampai tengah malam, pertama kali nya aku tahu dunia luar saat malam hari dan di kota jakarta pula, rasanya jiwaku yang lama terkurung kini terbang bebas. Aku berharap bisa selamanya berada di Jakarta, memang tak salah aku memutuskan pergi kesini.

Hari ini aku masuk shift siang bersama kak April dan Kak Ogi. Ketika aku baru sampai toko, terlihat kak Riani masih duduk disamping kasir menulis laporan. Aku langsung masuk ke ruang ganti karyawan dan berdandan bersiap-siap menggantikan kasir shift pagi.

Aku : "Galon dateng ya kak?" Aku pun langsung membantu kak Ogi yang sedang memindahkan galon air minun dari mobil barang ke ruang karyawan.

Kak Ogi: "heeeh gila lu ya, perempuan gak boleh angkat berat! nanti turun bro lu." Kak Ogi merebut galon yang sedang aku angkat.

Aku : "Haha kebiasaan kak, di rumah kalau angkat berat pasti sama Cindy."

Kak April : "Dasar wanita hercules!"

Lihat selengkapnya