Ini adalah ilustrasi untuk Bab 2: Jejak yang Tertinggal.
Bab 2: Jejak yang Tertinggal
Bagian 1: Bisikan di Kegelapan
Kastil Nocthrium - Malam yang Sunyi
Di dalam ruang tahtanya yang gelap, Raja Malagar duduk di atas singgasana batu hitam, matanya menatap ke dalam bayangan yang bergerak di hadapannya. Sosok-sosok berkerudung berdiri dalam lingkaran, berbisik dalam bahasa kuno yang hanya dimengerti oleh mereka yang telah bersumpah setia pada kegelapan.
Di tengah ritual itu, bayangan di lantai mulai berputar, membentuk pusaran gelap. Suara dari dalam kegelapan berbisik, nyaris tak terdengar.
"Pangeran Kegelapan... telah terbangun."
Raja Malagar tersenyum tipis.
"Lucian... akhirnya kau mulai memahami takdirmu," gumamnya.
Mimpi yang Mengusik
Sementara itu, di dalam kamarnya, Lucian terbangun dengan tubuh bersimbah keringat. Mimpi aneh itu terus menghantuinya-bayangan dirinya sendiri berbicara kepadanya, mengatakan bahwa ia adalah kegelapan yang sesungguhnya.
Ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju balkon. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat tanah Nocthrium yang selalu diselimuti malam.
"Aku... Pangeran Kegelapan?" bisiknya, seolah mencoba memahami arti dari semua ini.
Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa ada sesuatu yang sedang tumbuh dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Di Tempat Lain - Cahaya yang Bergetar
Di desa kecil yang damai, Aedric juga mengalami malam yang gelisah. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, masih bisa merasakan sisa-sisa cahaya yang muncul dari dalam dirinya malam sebelumnya.
"Apa yang terjadi denganku?"
Ia menggenggam liontin kecil yang diberikan Elena kepadanya sejak kecil. Liontin itu selalu terasa hangat, seolah menyimpan sesuatu di dalamnya.
Tiba-tiba, ada bisikan lembut yang terdengar di telinganya.
"Cahaya Terakhir... saatnya tiba."
Aedric tersentak, menoleh ke sekelilingnya, tapi tak ada siapa pun di dalam kamar.
Ia memandang liontin itu dengan sorot mata bingung.
"Apa maksud semua ini?"
Langkah Takdir Dimulai
Di dua tempat yang berbeda, dua anak laki-laki mulai merasakan pergerakan takdir yang mengikat mereka.
Di kegelapan kastil Nocthrium, Lucian berdiri menatap malam yang pekat, menyadari bahwa ia ditakdirkan untuk sesuatu yang lebih besar.
Di bawah cahaya rembulan, Aedric menggenggam liontinnya, merasakan sesuatu yang mulai membimbingnya ke jalan yang belum ia pahami.
Dan tanpa mereka sadari, dunia perlahan mulai bergerak menuju peperangan yang akan menentukan segalanya.
Bab 2: Jejak yang Tertinggal
Bagian 2: Cahaya yang Memudar
Nocthrium - Bayangan di Balik Tahta
Lucian berjalan menyusuri lorong panjang kastil Nocthrium, pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang mimpinya tadi malam. Bayangan dirinya sendiri berbicara kepadanya, mengungkapkan bahwa ia adalah Pangeran Kegelapan.
Langkahnya berhenti di depan Raja Malagar, ayahnya yang duduk di atas singgasana batu hitam.
"Lucian, kau akhirnya mulai memahami siapa dirimu," suara Malagar bergema di ruangan besar itu.
Lucian menatapnya tajam. "Apa maksudnya? Kenapa aku mengalami mimpi aneh?"
Raja Malagar tersenyum tipis. Dengan gerakan tangannya, bayangan di sekitar ruangan mulai bergerak, membentuk sosok-sosok mengerikan yang berbisik tanpa suara.
"Itu bukan mimpi, anakku. Itu adalah panggilan takdirmu."
Lucian merasakan hawa dingin menyelimutinya. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa kegelapan mulai membangkitkan sesuatu dalam dirinya.
Desa Aelburn - Cahaya yang Hilang
Di sisi lain dunia, Aedric duduk termenung di tepi sungai dekat desanya. Cahaya keemasan yang muncul dari tubuhnya kemarin malam kini menghilang, seolah-olah itu hanyalah ilusi sesaat.