--------------------------------------------
“Selamat sore Sobat Borneo FM. Masih bersama Kak Agus di sini, ya. Jadi, tema spesial moment kita hari ini adalah... apakah kalian percaya perpisahan yang manis itu ada? Atau.. menurut kalian, semua perpisahan itu pasti lah terasa pahit? Seperti biasa, kalian bisa mention twitter kita @borneofm_id dan berikan pen~” Kata-katanya terhenti. Perhatiannya terbagi sejak dia menyadari kehadiran sosok pria berkacamata tebal di luar ruang siar yang berbatas dinding kaca.
Meski mendapat penolakan, pria itu terus membujuk manajer agar mengizinkannya masuk ke ruang siar, menyebabkan sedikit keributan.
Menyadari konsentrasi penyiarnya terganggu, manajer mulai gerah. “Maaf, mas, konsep program kita saat ini tidak cocok dengan permintaan Mas.”
“Saya harus bicara. Lewat radio. Kak Agus masih kenal saya, kan?” Begitulah sang pria berusaha membujuk penyiar itu, melibatkan tangan untuk meyakinkannya.
“Baiklah, Sobat Borneo. Mention ke twitter kita @borneofm dan berikan pendapat kalian. Saya tunggu ya,” pungkas lelaki 37 tahun bertubuh gempal itu, sekaligus memberitahu pada sang pria aneh, bahwa dia sedang sibuk siaran. Lantas, setelah memutar iklan pariwara, dia meninggalkan meja kerjanya, berlekas menemui sosok yang tak asing baginya tersebut.
Pria asing itu memeluk Kak Agus erat, menggiringnya menjauh dari manajer dan masuk kembali ke ruang siaran. Kak Agus nyaris terjatuh di seretannya. Namun, jika tidak begini, dia tak akan mendapatkan apa yang dia mau.
Dia mengambil kursi, menyuruh Kak Agus duduk kembali di tempatnya. “Saya mohon, izinkan saya bercerita lagi. Dulu, saya pernah melakukannya. Membuat Kak Agus... juga pendengar kita terharu. Ingat?”
Kak Agus mengangguk. “Tapi maaf. Kami hanya menerima mention Twitte~”
“Bagaimana bisa ini disebut spesial moment kalau cuma lewat Twitter?”
“Ee~!” Dia ingin berargumen tetapi sepertinya pria ini ada benarnya. “Kamu ingin menceritakan apa, sih?”
“Kak Agus mengingat saya?”
Kak Agus tersenyum lebar. Dia tak perlu mengamati pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala karena semua orang yang mengenalnya mengagumi ingatannya yang kuat. “Anak SMP culun yang jatuh bangun mengejar cinta cewek populer.”
“Eeeiii~!” Pria itu memainkan telunjuk di depan wajahnya, membuat Kak Agus tersenyum lalu melakukan hal yang sama. Ekspresi Kak Agus seolah berkata, ketahuan kamu.
Pria itu tertunduk, malu. Ah, ya dia memang culun. Sampai sekarang, sebetulnya. “Saya penelpon setia Borneo FM jadi mengapa saya tidak diperbolehkan berbicara hari ini?”
“Hal apa yang membawamu ke sini? Ingin bertemu lagi dengan cinta pertamamu?”
Pria itu terdiam sejenak, berusaha berbicara dengan matanya dan memberikan jawaban, ya, dia sungguh sangat merindukan cinta pertamanya.
“Kamu tahu? Saat kamu berpamitan dulu saya sudah mengira, kamu akan kembali lagi kesini setelah 5 sampai 10 tahun kemudian, bercerita tentang cinta pertamamu.”
“Kenapa?”
Kak Agus tersenyum. “Karena cerita cinta pertamamu belum selesai.”
Pria itu kembali tertunduk. Ya, itu benar.