Pangeran Kodok Kesandung : Kisah Cinta Pertama 2003

Mariatul Qiftiah
Chapter #7

Chapter VI

-------------------------------------------

Putri kecil Mas Panji terbengong-bengong melihat Maleo terburu-buru menuju bilik wartel. Maleo sedang menggotong radio usang menyala dengan antena yang ditegakkan, ditaruh di atas pundak, sempat kewalahan karena antenanya tersangkut pintu lantaran ketinggian.

Ribet sekali.

“Itu nomor telepon yang bisa kalian hubungi untuk curhat ke kita ya, Sobat Borneo. Kami putarkan lagu ini untuk kalian semua. Stay tune.” Sekilas terdengar Kak Agus dengan suara menawannya di antara bunyi kresek-kresek.

Maleo membetulkan antenanya hingga terdengar jelas lirik lagu Penjaga Hati yang dibawakan dengan merdu oleh Ari Lasso.

Takkan kutemui wanita sepertimu, takkan kudapatkan rasa cinta ini

Kubayangkan bila engkau datang, kupeluk bahagia kan daku

Kuserahkan seluruh hidupku, menjadi penjaga hatimu

Maleo terlamun di bilik wartel sambil menatap gagang telepon. Karena usia dan pengalaman hidupnya, dia mungkin belum mengerti makna cinta seperti apa yang disampaikan dalam lirik itu, tetapi jika Sonata datang dan menemuinya malam ini dia akan benar-benar senang.

Namun, masih tercetak jelas di benaknya adegan Sonata dan Diaz berpegangan tangan, juga gosip-gosip tentang Singa Genkz yang dia dengar dari adik kelas. Menurut mereka, Sonata tidak cukup cantik untuk menjadi pacar Diaz yang seleb sekolah. Dia membayangkan paras Mayang yang dikenal sebagai duo cantik dengan Erina. Ya, Mayang lebih layak disandingkan dengan Diaz, walaupun bagi Maleo, Sonata tetaplah yang terbaik karena Sonata berhasil membuatnya merasa bersemangat selama di sekolah.

Apa yang dia pikirkan saat ini? Ah, dia benci memikirkan Sonata dengan hati perih seperti ini.

Lagu sedih itu selesai diputar, dan Maleo sudah siap dengan jemarinya. Dia harus menjadi penelpon tercepat agar bisa mengalahkan Sobat Borneo lain yang ingin menelpon.

Tit tat tut tat tut! Ddddttt! Diangkat! Sonata pernah mengkritik Maleo yang selalu tergesa-gesa tetapi sekarang dia bangga memiliki sifat itu.

“Hallo, Sobat Borneo, dengan siapa dan di mana?”

Suara Kak Agus sangat merdu, pekiknya dalam hati. Tetapi yang membuatnya lebih nervous adalah... dia harus menjawab apa atas pertanyaan itu. Pasti ada anak Spentura yang menyimak program ini, walau dia pikir anak-anak gaul Spentura yang suka mendengarkan Borneo FM mungkin juga sedang bermalam mingguan.

“Da~ dari...” Maleo menepuk-nepuk dadanya agar tidak gugup lagi. Ini kesempatan langka.

“Ahaha, pertama kali nelpon ke kita ya? Dimaklumi kalau nervous. Menggunakan nama samaran juga boleh.”

“Aku~ mmh, pangeran kodok... Pangeran Kodok kesandung.”

“Ahahaha, aduh kenapa sampai kesandung? Pas lagi ngelompat keinjak kulit pisang, gitu? Hehe. Moga saja tidak keseleo ya, hehe. Silakan, Pangeran Kodok Kesandung mau curhat apa?”

Mas Panji mengintip dari luar lewat kaca. Benar, ternyata Maleo lah yang menelpon ke radio yang juga sedang dia dengarkan saat ini di meja kasir. Dia menengok buku cerita di tangan putrinya yang masih SD, judulnya Pangeran Kodok dan Putri Rusa. Dia lihat Maleo menepuk-nepuk kepalanya karena salah bicara. Dia lalu tersenyum dan pergi ke arah dapur.

“Aku bingung harus ngomong apa.”

“Kamu ceritakan saja apa yang kamu rasakan saat ini. Kebanyakan sih yang nelpon kita sedang bersedih. Saya harap kamu tidak sedang bersedih, ya.”

“Iya, aku sedang... sedih.”

“Kenapa? Putus cinta? Ditolak?”

Maleo menghembuskan napas panjang. Ya, dia hanya harus mengutarakan apa yang ada di hatinya. Tidak perlu malu. Toh dia memakai nama samaran. “Aku~ menyukai seorang cewek di kelasku. Se~ sebut saja dia... Pu~ putri Rusa.”

“Putri Rusa, hehe.”

“Kata orang-orang, dia kurang cantik. Tapi bagiku, dia yang tercantik di dunia ini.”

Kak Agus tertawa karena kejujuran Maleo. “Hehe, begitulah kalau kita sedang jatuh cinta. Kita akan merasa si dia lah yang paling cantik di dunia. Tapi maaf, pangeran kodok kesandung tinggal di mana?”

“Ma~ Martapura.” Ini bukan bohong, hanya menyamar.

“Hmm, jadi masalahnya sedang naksir cewek, nih? Itu perasaan yang wajar dimiliki seorang remaja. Saya tebak dari suaramu, kamu SMP ya? Hehe. Teruskan saja perasaan suka itu, karena menurut pengalaman Kak Agus, naksir cewek di kelas itu mampu membangkitkan semangatmu di sekolah. Benar?”

“Be~ benar sekali. Aku jadi... bersemangat. Tapi... itu kemarin.”

“Loh? Apa yang terjadi?”

“Aku melihat... beberapa hari ini dia terlihat sangat bahagia. Tadinya, aku berharap, itu karenaku, karena aku sering membuatnya tertawa. Dan... jujur saja perasaanku bertumbuh setelah melihatnya tertawa karenaku. Tapi... ternyata... keceriaan itu karena dia punya pacar.”

“Ooh. Jadi kalian sebenarnya dekat. Tapi sayang, kamu kalah start dari cowok itu?”

“Kalah start?”

“Ya kan, bisa jadi dia sebenarnya juga menaruh perasaan suka terhadapmu. Dia tertawa karena jokes-jokesmu itu saja sudah menandakan dia tertarik kepadamu. Jangan berkecil hati.”

“Dia tertawa karena aku kesandung.”

“Gitu ya? Pfft.” Kak Agus menahan tawa. Dia sepertinya terlalu sok tahu. Namun, dia seperti ini agar Sobat Borneo dapat bercerita dengan lebih tenang dan menganggap seakan sedang curhat pada sahabat.

“Ah, karena itu kamu adalah Pangeran Kodok Kesandung, hehe. Tak apa. Bahkan walau dia belum tertarik denganmu, kamu masih punya kesempatan untuk menjadi teman baiknya.”

Ya, Maleo telah berusaha untuk itu. “Sekarang, bagaimana agar aku tidak sedih lagi setiap ke sekolah? Aku melihat dia begitu ceria karena punya pacar baru. Aku cemburu.”

“Oke. Ini mungkin terdengar agak jahat tapi... pacaran ala anak SMP itu... tidak lama. Ini fakta. Berdoa saja. Kamu mengerti kan maksud saya? hehe. Yang terpenting, kamu tetap harus mendapatkan semangatmu untuk sekolah. Sekolah itu yang utama.”

Maleo lalu teringat gosip tentang Mayang yang menyukai Diaz. Jika itu benar, hubungan Sonata dan Diaz akan berjalan sedikit rumit, dan mereka memiliki penghalang yang nyata.

Ya, dia jadi sedikit lebih lega sekarang. Tak sia-sia dia ke wartel malam-malam menggotong radio tua dan menelpon ke Borneo FM. Setelah me-request lagu, dia berpamitan dengan Kak Agus. Dia disambut segelas teh hangat sesaat setelah keluar bilik.

“Pangeran Kodok Kesandung sedang jatuh cinta dengan teman sekelas. Dongeng yang menarik.”

Maleo memukul lengan Mas Panji lalu meminum teh dan membayar sesuai yang tertera di monitor. Dia beruntung bisa mengenal Mas Panji yang hangat, dan merasa sedikit lebih tenang setelah curhat di program Curhatmu Borneo FM.

Dia lalu mengayuh sepeda pelan sambil mendengarkan radio yang menyala selama perjalanan, bahkan menangis saat lagu favorit Sonata yang dia minta diputarkan Kak Agus.

Bila aku harus mencintai, dan berbagi hati, itu hanya denganmu

Namun bila kuharus tanpamu, akan tetap kuarungi hidup tanpa bercinta

Dia bersepeda mengitari kompleks, tanpa dia sadari karena sambil melamun, sampai program radio itu selesai. Tetapi Sonata tidak menelpon malam ini, membuat Maleo semakin yakin, Sonata sedang bermalam mingguan dengan Diaz.

Ini adalah malam terakhir Maleo di Banjarbaru, sebelum pulang ke Malang untuk liburan Bulan Ramadhan yang jatuh pada hari Senin, 27 Oktober 2003. Dia ingat, pagi tadi, saat halal bi halal, salaman dengan para guru dan murid lainnya, dia tidak sempat saling meminta maaf dengan Sonata karena Sonata terlihat berkumpul dengan Genk Billabelle dan Singa Genkz.

Dia senang bisa bertemu Ibu dan membantu Ibu berjualan di warung. Tetapi, dia pasti akan merindukan Sonata selama bulan Ramadhan.

***

Keributan di Rabu pagi ini, 3 Desember, hari pertama mereka kembali ke sekolah setelah Ramadhan berakhir, membuat Maleo penasaran dan segera mengambil sapu walau dia tidak mendapat giliran piket.

“Sona, tadi malam aku lihat kamu dibonceng cowok dengan motor Satria F keren di sekitaran jalan menuju lapangan Murjani. Itu Mir?”

“Kak Winda, Sona kan pacarnya Diaz, masa jalan sama Mir? Diaz cuma pinjam motornya Mir,” jelas Oktarani.

“Ooh.” Kakak kelas 3 yang dekat dengan Sonata setelah sama-sama di OSIS itu menepuk dahinya. “Maaf, ya, Son. Aku cerita ke temanku kamu jalan sama Mir.”

Sonata agak kaget dengan pengakuan itu, tetapi dia tak mau menunjukkan kekecewaan. Bahkan Diaz memakai motor itu ke sekolah sendirian tanpa membonceng Mir jadi wajar banyak yang salah paham.

Lihat selengkapnya