Pangeran Kodok Kesandung : Kisah Cinta Pertama 2003

Mariatul Qiftiah
Chapter #8

Chapter VII

------------------------------------------------

Maleo menghabiskan malam-malamnya dengan belajar sambil mendengarkan Borneo FM. Dia tak ingin ketinggalan atensi yang dikirimkan Genk Billabelle. Rasanya genk ini semakin terkenal karena salam-salam mereka sering dibacakan Kak Agus. Memang tujuan mereka mengirim atensi adalah agar lebih dikenal masyarakat.

Selain acara kirim salam dan curhat, beserta rekannya Kak Agus juga membagikan informasi tentang film terkini. Tidak hanya sambil belajar, Maleo juga mendengarkannya sambil makan malam. Maleo membawa radio dengan 3 baterai besar itu sambil mencuci piring, menggosok gigi, membasuh muka. Dia yang tadinya tidak menyukai musik, jadi tahu Daniel Beddingfield, lagu Heaven remix, Linkin Park yang digemari Singa Genkz, Element band yang personelnya jadi pacar impian Genk Billabelle, Ari Lasso dengan lagu Penjaga Hati yang menjadi favoritnya, Tere dan Audy si penyanyi solo yang muda dan cantik, dan yang terbaru Ada Band. Gaya belajarnya juga berubah. Dari yang tadinya lebih suka suasana hening saat belajar, sekarang harus ditemani musik.

Mendengarkan musik dan Borneo FM menjadi life style baru bagi Maleo.

***   

Masa-masa ulangan umum telah tiba. Meja masing-masing yang tadinya berdempetan 2-2 sedikit direnggangkan agar murid tidak saling mencontek. Pengaturan kelas di acak., seperti contohnya kelas 1.A menempati kelas 2.A, kelas 2.A menempati kelas 3.A dan kelas 3.A menempati kelas 1.A. Pembagian per meja disortir menurut abjad, jadi Zizu tak bisa menghindari berada di dekat Maleo, paling ujung kelas 3.D.

Setahu Maleo, Zizu bukan siswi beranking tinggi, tetapi Zizu tampak fokus dengan lembar jawabannya. Dia tidak seperti Sonata dan Gusti Nanda yang jika pengawas bosan dan ke luar kelas sebentar, akan saling bertukar jawaban dengan kode-kode jari---jawaban A 1 jari, B 2 jari dan seterusnya. Sama seperti Zizu, Maleo juga percaya diri dengan jawabannya.

Ketika jam ulangan berakhir, Maleo bersegera pulang ke rumah, tak seperti Singa Genkz dan genk Billabelle yang beriringan dengan motor keren mereka ke arah lapangan Murjani atau cuma kumpul-kumpul seru di rumah besar Mir di area Keraton, daerah perumahan yang berseberangan jalan dengan Lapangan Cahaya Bumi Selamat, Rumah sakit Ratu Zalecha, dan Pasar Martapura.

Ah, mereka selalu bersama-sama. Maleo meratapi kesendiriannya walau dia sudah terbiasa dengan hal ini.

***

Dari jalan utama, Maleo memakai taksi Cempaka, lalu naik sepeda yang dititipkannya di pos depan kompleks menuju rumahnya yang agak jauh masuk ke dalam. Maleo akan menghadiahi dirinya yang telah belajar dengan rajin di sekolah dengan membeli makanan enak, Soto Babat atau Mie Ayam jika kedainya sudah buka. Sampai rumah, dia akan melahapnya bersama anggota keluarga satu-satunya, Bapak. Tak lupa dia berberes rumah, melaksanakan kewajiban shalat, lalu tidur siang.

Selepas tidur siang, dia jalan-jalan sebentar keliling kompleks dengan sepeda sebab tubuhnya perlu olahraga agar tetap bugar. Dia menyaksikan anak-anak bermain Logo, bermain engrang, bermain Tarik Upih di jalanan kompleks, anak perempuan yang bermain Daku di beranda rumah. Anak-anak itu sering mengajak Maleo bicara, dan mereka suka jika Maleo menontonnya.

Jika ada teman, Maleo akan mencoba bermain sepakbola di lapangan sempit, jika tidak dia menonton saja semua permainan anak-anak itu sambil menikmati jajanan dari Paman Pentol dan membeli pernak-pernik lucu dari Paman Cabutan.

Beginilah kehidupannya.

Sebetulnya, kehidupan remajanya sangat biasa-biasa saja dan terkadang membosankan. Namun, setelah mengenal Sonata dan Borneo FM hidupnya menjadi lebih berwarna.

Sonata masih berpacaran dengan Diaz walau diisi dengan kecemburuan. Tetapi itu dirasa wajar karena mereka bisa mengatasinya. Maleo tetap percaya suatu hari Sonata akan menjadi miliknya.

Mendengar nama Sonata disebut di acara Borneo FM saja hatinya sudah berbunga-bunga. Bagaimana jika Sonata menjadi kekasihnya? Dia pasti akan bahagia sekali.

***   

“Masa ulangan umum sudah berakhir. Kira-kira Sobat Borneo merencanakan akan liburan kemana, nih?” Rekan sejawat Kak Agus, seorang perempuan, sedang siaran dan mengisi hari Maleo dengan baik.

Maleo ingin menanyakan hal sama pada Bapaknya yang tampak sibuk bermain dengan burung-burung. Dia sendiri sedang asyik melahap Pencok[1] Mangga di beranda, membawa radio tua kesayangannya.

“Pak, soal liburan~!”

“Mau pulang ke Malang, tidak?”

Glek! Sebetulnya itu hal menggembirakan. Dia bisa bertemu Ibu. Dia juga ingin jalan-jalan ke kampus impiannya, Universitas Brawijaya, tempat kakaknya menuntut ilmu Kedokteran saat ini. Tetapi apakah Bapak tidak apa-apa ditinggal? Kemarin bulan Ramadhan Bapak juga ditinggal.

“Bapak kan masih bisa minta tolong sama Acuy kalau ingin ini itu. Juga masih ada Ami, Ucup, Eno, Ibam... banyak ini. Krrr krrr krrrrr.”

Yah, tetapi mereka kan cuma burung, batin Maleo. Jika itu kemauan Bapak, Maleo dengan senang hati liburan ke Malang, ke rumah Ibu kandungnya. Dia senang sekali membantu Ibunya di warung.

“Kalau begitu, aku bersiap dari sekarang.” Bergegas dia ke dalam rumah, dengan tak melupakan radionya. Maleo percaya Bapaknya akan minta uruskan tiket penerbangan pada Mas Panji yang bisa diandalkan. Dia mengepak pakaiannya dengan senang hati.

Tetapi... bagaimana dengan liburan Sonata? Mendadak dia kepikiran tentang Sonata setelah mendengar lagu band kesukaan Sonata, Maaf dari Surga di putar di radio. Dia mungkin tidak akan mendapat kabar Sonata selama di Malang.

Sepertinya dia harus membicarakannya dengan Zizu.

***

Siswa-siswi Spentura yang rankingnya naik atau tetap sedang merayakan kebahagiaan, yang rankingnya menurun terlihat sendu, dan mereka yang gaul tetap bersenang-senang apa pun hasilnya karena mereka akan liburan ke pantai.

Maleo melihat Zizu sedang berdiri di depan kelas 2.A. Cewek mungil itu melihat-lihat raport teman baiknya, lalu Maleo menyenggol lengannya, dan berkata, “tree! Tree! Tree!”

Inya meulu-ulu ikam, Zu,[2]” bisik teman Zizu.

Zizu menggeleng. Nilai Bahasa Inggrisnya bagus, dan dia mengerti maksud Maleo.

Maka sepulang sekolah, dia segera berbelok ke arah tempat pengelasan. Mas tukang las seperti biasa memberinya senyum ramah. Zizu berdiri di bawah pohon dan melihat ada daun yang masih hijau jatuh ke kepalanya. Tanpa memastikan dengan matanya, dia sudah yakin Maleo sudah ada di atasnya.

“Ngomong aja!”

“Kamu akan ikut liburan ke Takisung, kan?”

“Tentu. Siapa yang bisa Laras mintai tolong jika aku tak ada.”

Dimintai tolong atau disuruh-suruh? Jawaban itu membuat Maleo iba, sebenarnya. Gadis ini bodoh sekali mau dimanfaatkan. Namun, dia memilih tak memedulikannya dan membicarakan urusannya saja. “Kalau begitu, nanti kamu harus ceritakan apa saja yang terjadi di sana, khususnya menyangkut Sonata.”

Zizu refleks menatap ke atasnya, tepat saat Maleo mengulum permen Yuppie. “Kamu naksir Sonata?”

Rahang Maleo mendadak kaku. Dia harus jawab apa?

“Harusnya kamu umumkan ke semua orang kalau kamu naksir dia. Jadi mereka tidak menuduhmu suka aku lagi,” ceplosnya.

“Itu memalukan kalau semua orang tahu.”

“Tidak juga. Aku tidak masalah saat semua orang tahu aku naksir Mir.”

“Karena penampilanmu sendiri sudah memalukan jadi kamu tidak malu dengan apa pun lagi.”

“Hey! Harusnya kamu juga berpikir begitu.”

“Tetap saja aku malu. Dan kamu jangan bilang-bilang ke siapa pun, ya. Ini rahasia.”

Zizu mengambil batu dan berlagak ingin melempari orang di atasnya itu, tetapi hanya menggertak. Dia puas melihat Maleo menutupi wajahnya karena takut.

“Nurul ranking 1. Berarti kamu ranking 2 ya? Jangan-jangan belajarmu terganggu karena Sonata berpacaran dengan cowok terkeren di Spentura?”

“Siapa bilang Diaz cowok terkeren. Cowok terkeren itu Mir, tahu.”

Zizu lalu menutupi wajahnya yang terasa memanas. “Ah, betul. Mir yang terkeren. Dia juga manis dan imut.”

Orang yang sering bolos mata pelajaran begitu dibilang manis? Sebetulnya dia menyebut Mir hanya karena tak rela Diaz disebut yang terkeren. Dan siapa bilang rankingnya menurun karena mencemburui Sonata dengan Diaz? “Itu sih karena Nurulnya saja yang terlalu pintar. Biasa, persaingan ketat.”

Zizu menjulur-julurkan lidahnya, tak percaya alasan Maleo. Maleo lalu menjatuhkan beberapa daun ke kepala Zizu. Zizu kesal karena mulutnya kemasukan serpihan daun, dia lalu menarik kaki Maleo agar Maleo jatuh, tetapi Maleo berpegangan kuat di dahannya. Tak ingin kalah, dia mencopot sepatu kiri Maleo.

“Baunyaaa...” Zizu melempar sepatu Maleo jauh-jauh, menutup mulutnya karena nyaris muntah.

“Hey, sepatuku. Zizu jeleeek...”

“Nanti kalau Sonata sama Diaz mesra-mesraan di pantai, kamunya nangis jingkar[3].”

“Errrgggh!” Dia ingin Zizu diam dan berhenti mengungkit nama Sonata, jadi dia melompat dengan sepatu lepas sebelah sampai Zizu ketakutan dan kemudian lari pontang-panting.

“Sonaaa... Sonaaa... tolong aku. Sonaaa... Sonaaa... Maleo suka kamuuu...”

“Diaaaammm! Aaarrrgghhh!”

***

Tanggal 21 Desember 2003, tepatnya hari Minggu, Maleo berangkat ke Malang. Dia percaya Zizu yang lugu itu akan mengabarkan cerita sebenarnya. Zizu adalah mata-mata Maleo yang terpercaya.

Zizu pun sedang menaksir seseorang, jadi dia pasti mengerti apa yang dirasakan Maleo, dan bersedia membantunya setulus hati.

Zizu selalu ingin melihat Mir yang disukainya. Dia menyukai senyum lebar Mir yang langka. Sebab belakangan, orang-orang mengenal Mir sebagai cowok cool, cuek bebek, dan congkak.

Bagi Zizu, Mir tetaplah cowok imut dan manis.

***

Pagi di 24 Desember, Cewek-cewek Billabelle dan cowok-cowok Singa Genkz---termasuk Dana yang kini anak SMA, berkumpul di rumah Yuna yang ada di daerah Batas Kota. Mereka tak lengkap karena belum ada Mir dan Sonata. Padahal, rumah Sonata ada di Sungai Kacang yang tidak begitu jauh dari rumah Yuna.

“Coba telepon ke rumahnya.”

Yuna ke dalam rumah ditemani Laras dan Dea. Yang lain berkumpul di beranda termasuk si mata-mata Maleo yang hari ini terlihat bagus dengan jins putih dan T-shirt biru muda lengan panjangnya.

“Karena Mayang ada di sini, aku tidak yakin Sonata mau. Sok eksklusif banget, dia. Kalau dia minta dijemput, bilang aja tidak bisa, Yaz,” dumal Erina, yang ditanggapi senyum puas Mayang.

Diaz mendengarnya tetapi tak membela Sonata sedikit pun. Erina memang dikenal blak-blakan, tetapi Zizu menyukai keberaniannya. Rasanya tak ada yang seberani dia dalam berkata jujur. Saat Billabelle berkumpul bersama, Erina juga tak segan mengatai Sonata terlalu manja dan bikin Diaz tak nyaman. Diaz dan Mayang lebih dulu saling mengenal, tetapi mereka harus jaga jarak karena Sonata mengambek hari itu. Erina pernah mengkritik Laras yang tak mau mengeluarkan uang sepeser pun untuk genk dan senang mengambil uang Zizu. Zizu merasa ungkapan hatinya diwakilkan dengan baik oleh Erina. Dan walau Erina cantik, gaul, kaya, dia tidak pernah meledek penampilan Zizu, tak seperti Gusti Nanda.

Karena dia pun mengagumi Erina, dia tak pernah cemburu mengetahui fakta Erina adalah pacar Mir yang ditaksirnya.

Mereka selevel, pikirnya. Sama keren.

“Erina,” Zizu menyentuh bahu Erina yang sedang berusaha menghubungi telepon rumah Mir dengan ponselnya. “Itu Mir.”

Erina memasukkan ponselnya ke saku lalu segera menyambut Mir dengan senyuman. Mir datang dengan mobilnya, menggunakan jasa supir.

Walaupun Erina dengan mobilnya sendiri, dia masuk ke mobil Mir. “Rangga, Mayang, Dea, Hamiz, Diaz, kita duluan saja. Biar yang lain berangkat belakangan nunggu Sonata, pakai mobilku.”

“Oke. Ayo!” Rangga dan Hamiz mengajak orang-orang yang disebutkan Erina.

Yuna berlari keluar rumah. “Rin, Sonata tidak bisa ikut. Katanya dia tidak diperbolehkan orangtuanya.”

“Bagus, lah. Kalau gitu ayo barengan berangkatnya.”

Zizu merasa ada yang hambar karena ketiadaan Sonata. Permintaan Maleo sesungguhnya memberinya motivasi lebih untuk ikut liburan ini. Meski Maleo sering bersikap menyebalkan di depannya, dia ingin membantu Maleo memperjuangkan cintanya.

Dia mungkin akan membatalkan keikut sertaannya juga, andai tidak mendapati Mir sedang memijat kepalanya.

Hari ini Mir tampak lelah dan mengantuk. Mir segera tidur setelah duduk di jok depan. Zizu benar-benar rindu Mir yang bersemangat dan polos. Mir yang dulu. Pergaulan jaman sekarang telah mengubahnya.

***

Pantai Takisung berada di Kabupaten Tanah Laut, sekitar 3 jam dari Martapura. Selain Pantai ini, ada juga Pantai Batakan yang menjadi tujuan wisata warga Kalsel setiap akhir tahun. Genk Billabelle yang ber-9 menyewa 3 tenda, sementara itu Singa Genkz yang ber-5 menggunakan 2 tenda.

Ini pertama kalinya Zizu ke Pantai Takisung, dan dia kagok karena pengunjung ramai sekali. Kebanyakan anak muda seumuran dia atau SMA. Walaupun di pantai, mereka terlihat berpakaian modis---celana jeans pendek, T-shirt dengan gambar atau simbol band rock, dan topi. Ketika yang lain bermain air, Zizu hanya duduk manis sendirian di depan tenda, memerhatikan Erina dan Billabelle juga Singa Genkz dari kejauhan.

Ada 3 hal menarik yang Zizu temukan di pemandangan sore ini. Pertama, Rangga dan Hamiz yang memilih berkenalan dengan cewek-cewek cantik yang baru ditemui di sini. Kedua, Genk Billabelle yang terdiri dari 3 kubu---Erina-Mayang, Oktarani-Gusti Nanda-Yuna, Dea-Yuli-Laras. Sebetulnya, Zizu tak tahu masuk ke kubu mana. Dia gabung dengan genk Billabelle hanya karena diajak Laras dan disetujui Erina. Ketiga, Mir yang hanya tidur di tenda.

Zizu sebetulnya ingin tahu bagaimana interaksi Erina dan Mir ketika berpacaran, tetapi Mir terlihat cuek pada Erina. Dia semakin penasaran sebenarnya apa yang tengah terjadi dalam hidup Mir.

Saat dia hendak mengintip Mir di tendanya untuk memberikan minuman dan roti, tentu saja tanpa sepengetahuan Mir, dia dikejutkan dengan kedatangan Oktarani dan Gusti Nanda. Dia salah tingkah karena nyaris ketahuan, tetapi mereka juga tidak peduli.

“Lisa Ariana bungas banar[4], lah. Sepertinya inya[5] pacaran dengan Kak Dana. Temannya Lisa juga bungas-bungas banar.”

Zizu menoleh ke arah pandangan Gusti Nanda. Ya, tentu saja. Lisa Ariana adalah model.

Mir mendengar keributan oleh Gusti Nanda, lalu beranjak dari tenda. Dengan sempoyongan, dia berjalan ke arah Lisa Ariana dkk. Erina dan Mayang juga bergabung dengan kelompok Lisa dan Dana, juga Diaz yang tampak senang sekali.

“Tidak heran mereka dibilang playboy Spentura.”

“Cewek-cewek bungas dan mulus itu benar-benar selera Singa Genkz.”

“Tapi...” desah Zizu.

Lihat selengkapnya