Pangeran Kodok Kesandung : Kisah Cinta Pertama 2003

Mariatul Qiftiah
Chapter #10

Chapter IX

------------------------------------

Sonata berada di boncengan motor Supra X hitam Erina saat menyaksikan sendiri Diaz bersama pacarnya yang lain sedang berangkulan di atas motor F1 ZR Mir. Di antara puluhan anak muda berpasangan lainnya yang juga sedang nongkrong-nongkrong, keduanya tampak menonjol karena memakai jaket pasangan berwarna biru.

“Kita pulang aja, Er.” Sonata pikir dia tidak perlu menampakkan diri di depan Diaz dan merasa lebih baik menyembunyikan wajahnya di balik helm ini.

“Aku bantu jika kamu ingin melabraknya.”

Sonata menggeleng. Tak ada tenaga untuk melakukan itu.

Erina lalu mengantarkan Sonata sampai rumahnya. Sesampainya di rumah, Sonata segera mengurung diri di kamar, memutar radio, mencari channel Borneo FM dan menangis di tempat tidurnya.

Dia cemburu. Bahkan walau dia ingin bertahan, dia tidak bisa mengingkari rasa sakit di hatinya.

Bak diiris sembilu.

***       

‘Nina’ belum juga muncul di program radio Kak Agus sampai segmen iklan terakhir. Masih ada slot 1 penelpon lagi. Maleo pikir, mungkin Sonata masih di Lapangan Murjani bersama Erina. Dia benar-benar tidak menyangka Erina bersedia turun tangan dan membantu Zizu menyadarkan Sonata yang tergila-gila pada playboy itu.

Maleo sudah nyaris 1 jam berada di wartel ini. Beruntung, Mas Panji sangat baik dan menyediakan tempat khusus untuknya. Maleo sangat ingin menelpon, sudah mengangkat gagangnya, tetapi dia ingin memberikan slot terakhir untuk seseorang---yang dia harap adalah Sonata.

“Hallo... dengan siapa, di mana? Lemes benar suaranya.”

“Nina, di Banjarbaru.”

“Hei Nina, apa kabarnya? Kalau kamu menelpon lagi, artinya masalahmu yang kemarin belum selesai. Iya, kan?” kata Kak Agus, ramah seperti biasanya.

Maleo tersenyum lega. Keputusannya tidak menelpon sangat tepat. Dia akhirnya mendengar suara Sonata malam ini walaupun suara itu agak sengau. Ah, Sonata pasti habis menangis.

“Sebenarnya... selama ini... aku tahu dia punya pacar selain aku. Tapi aku pikir, selama dia masih bersikap romantis terhadapku, aku tidak apa-apa. Aku meminta jemput, aku minta diantarin kesana kesini, aku bersamanya selama di sekolah, agar semua perhatiannya hanya terpumpun padaku, lalu dia melupakan cewek-cewek itu.”

Maleo bisa merasakan, terselip luka batin dari suara Sonata. Apakah dia salah merencanakan ini semua? Apakah benar ini demi kebaikan Sonata atau demi keuntungannya sendiri?

“Nyatanya, dia terlihat senang dengan cewek itu. Apakah aku harus putus? Aku masih sayang dia, kak.”

“Kak Agus sih, tidak menyarankan kamu untuk terus atau putus. Kamu tanya hatimu saja. Hei, hati, kuat tidak sih kamu dibeginiin sama si dia? Jika hatimu bilang lelah, berhentilah. Fokus dengan studimu. Kamu masih sangat belia.”

“Kalau ketemu dia di sekolah, gimana?”

“Kira-kira sakit banget ya kalau ketemu dia?”

“Pastinya, kak. Aku masih sayang dia, tidak bisa melupakan dia secepat itu.”

“Pergilah ke tempat di mana tidak ada dia. Misal, dia di kantin bagian ujung kiri, maka kamu ke kantin paling ujung kanan. Kamu pasti mengerti kan kebiasaan-kebiasaan dia.”

“Iya, kak. Doakan ya aku bisa.”

Maleo lalu merapal-rapal doa dan menadahkan kedua tangannya. Mas Panji yang ingin bilang mau menutup wartel, mengetuk pintu. Sonata pamit dengan Kak Agus, dia juga pamit dengan Mas Panji.

Mendengar curhatan Sonata malam ini, kekhawatiran dia mereda.

***    

Besok paginya, sambil nangis-nangis Sonata memutuskan hubungannya dengan Diaz di kelas 2.D, disaksikan Gusti Nanda, Oktarini, Maleo dan beberapa siswi lain.

“Oke, kalau itu maumu. Jangan menyesal.” Dengan gaya cool, Diaz pergi keluar kelas 2.D.

Sonata segera ditenangkan oleh Oktarini. Maleo senang akhirnya Sonata-Diaz putus, tetapi dia juga sedih melihat Sonata menangis. Dia tidak bisa buang sampah bareng Sonata lagi karena Sonata bahkan mungkin tidak ingin melihat Diaz di kelasnya. Alhasil, dia buang sampah dengan siswa lain, itu pun dipaksa-paksa dulu.

***

Istirahat pertama dan kedua, Sonata memilih di kelas saja. Gusti Nanda dan Oktarini pergi ke kantin bersama genk Billabelle lain. Sonata menghindari kantin sebab dia tahu genk Billabelle dan Singa Genkz sering berkumpul bersama. Semenjak perang dinginnya dengan Mayang, dan berpacaran dengan Diaz, Sonata memang jarang bersama kedua sohibnya. Dia sampai melupakan sahabatnya demi seorang playboy itu.

Dia merasa kesepian.

“Mau ikut aku ke perpustakaan?” Maleo menunjukkan buku yang ingin dia kembalikan.

“Perpustakaan itu hanya untuk orang culun dan kutu buku kayak kamu.”

Yah, Maleo pasrah dengan stereotype seperti ini. “Daripada kamu di sini sendirian, nanti di belakangmu ada penunggu sekolah menampakkan diri.”

“Iiih, Maleo, apaan sih? Sana pergi! Aku mau tidur saja.”

“Hantu penunggu sekolah senang dengan orang yang sedang sedih karena mudah dipengaruhi. Aaa!” Maleo terus menakutinya, tetapi wajahnya dipukul pelan dengan penggaris oleh Sonata.

“Sana pergi. Hush hush!”

Maleo menyerah. Dia berjalan menuju pintu. Namun, Sonata mendengar benda terjatuh di meja belakangnya, sehingga dia berlari, dan berteriak, “Maaal, tunggu aku.”

***    

“Welcome to the club, hehe. Kakak senang melihat wajah-wajah baru tapi lama datang ke perpustakaan,” sambut Kak Dewi yang sedang asyik sekali memparaf nama peminjam di masing-masing belakang buku.

Sonata dengan lesu berjalan di belakang Maleo, melihat-lihat majalah saja. Majalah remaja memang menjadi incaran mereka yang sebenarnya tidak hobi membaca buku. Berbeda dengan Maleo. Rasanya semua buku di perpustakaan ini pernah dia buka, setidaknya buat sekadar ditengok judulnya saja.

Maleo melahap buku tentang Iptek dunia, sementara itu Sonata hanya melihat-lihat fashion di majalah. Tak ada interaksi di antara mereka. Maleo jadi ingat nasihat Kak Agus ketika Sobat Borneo meminta tips mendekati cewek yang baru putus dari pacarnya.

Beri dia waktu untuk sendiri dan memulihkan perasaannya.

Maleo cukup melihatnya dari dekat, memastikan bahwa Sonata baik-baik saja, dan akan datang dengan cepat jika Sonata membutuhkan bantuan.

*** 

Pun hari-hari berikutnya, Sonata hanya diam melihat-lihat majalah, sedangkan Maleo mulai resah karena dia sudah rindu bercanda dengan Sonata.

“Kalau kamu ingin makan roti, aku belikan di kooperasi.”

Sonata hanya menggeleng.

“Atau ingin es kelapa? Aku belikan di kantin.”

Sonata tetap menggeleng.

Kak Dewi yang suka sekali acara teve Cek&Ricek itu memperhatikan dua tamu perpustakaannya dengan seksama. Dia tahu Maleo sangat sering melirik Sonata. Matanya memancarkan rasa khawatir. Dia juga tahu berita Sonata telah putus dengan Diaz si seleb Spentura, dan mungkin jadi kacau karenanya.

Ketika Sonata melihat Diaz dan Mir lewat di depan perpustakaan dari jendela, Kak Dewi melihat Sonata memangku dagu dan menahan tangis.

Diaz tampak baik-baik saja pasca putus sementara Sonata terlihat murung.

Sonata lalu berlari keluar perpustakaan. Maleo ancang-ancang untuk menyusulnya tetapi ditahan Kak Dewi.

“Biarkan dia, Mal. Kakak pernah mengalami putus cinta 2x, dan nasihat saja tidak berhasil. Harus dikeluarkan emosinya, dengan menangis.”

Sebagai anak dari Ibu yang dulunya juga sering menangis akibat perceraian, Maleo pun mengurungkan niatnya.

Dia pikir, remaja-remaja labil seperti dia dan Sonata sangat butuh orang dewasa yang peduli dan mengerti dunia remaja, karena terlibat langsung dengan dunia remaja, seperti Kak Dewi dan Kak Agus.

Dia butuh nasihat mereka.

Lihat selengkapnya