Pangeran Kodok Kesandung : Kisah Cinta Pertama 2003

Mariatul Qiftiah
Chapter #14

Chapter XIII

----------------------------------------------------------

Tanpa Maleo sadari, penglihatannya berkurang seiring seringnya dia mengoperasikan komputer. Dia memakai kacamata, yang justru membuatnya terlihat lebih pintar dan menarik.

Maleo kini adalah anak kelas XI SMANSA yang disukai guru karena sangat menonjol dalam mata pelajaran Teknologi dan Informasi. Dia rajin membantu guru membawa buku ke ruang guru sehingga guru-guru menjadi familiar dengannya, sering dimintai tolong teman-temannya membuatkan akun Multiply, Friendster, Email, bahkan membersihkan flashdisk yang terkena virus. Jika Pak Saiful ada urusan lain sehingga dia telat mengajar, Maleo diminta membimbing teman-temannya untuk pelajaran TI.

Maleo kini berbeda dengan Maleo si anak SMP yang culun dan dikucilkan. Dia kini lebih percaya diri. Ya, roda berputar. Dia populer dan memiliki banyak teman karena sifatnya yang penolong.

Hanya satu permintaan mereka yang sering dia tolak---unduh video dewasa Mi**** yang sangat terkenal itu.

Maleo mengerti, remaja seusia SMA senang mencoba-coba dan penuh rasa penasaran, tetapi saat SMP dia mendapat informasi dari sebuah buku bahwa menonton video dewasa seperti itu akan membuat kemampuan otaknya berkurang.

Apa lagi aset yang dimiliki Maleo selain otak? Dia tak punya tampang. Sebab itu dia sangat menjaganya.

Jangankan video dewasa, jatuh cinta saja dapat melemahkan daya pikirnya.

Namun, karena kesibukannya di sekolah baru, pelan-pelan dia melupakan Sonata. Kini Maleo merasa berterima kasih pada Zizu yang menyarankannya memilih SMANSA.

Ini memang yang terbaik untuk dia.

***        

Akan tetapi, Maleo salah besar jika dia berpikir dia sudah tak menyukai Sonata.

Dia bertemu lagi dengan cewek manis itu di sekolahnya. Sonata dan temannya di OSIS bertamu ke sekolahnya demi mengantarkan undangan. Dalam rangka ulang tahun SMAMA, SMANSA diundang untuk ikut serta di kompetisi Basket.

Sonata pun tak menyangka akan bertemu Maleo yang dia kenal culun di ruangan OSIS.

Awalnya, Sonata bersikap seolah tak mengenal Maleo dan tidak menyapanya. Maleo mengenalinya tetapi saat itu dia sedang mengobrol dengan rekan OSIS dan adik-adik kelas yang membutuhkan bantuannya, jadi dia sedang sibuk.

Sonata lah yang mendekatinya pertama kali.

“Hai, Mal. Apa kabar? Kamu juga anggota OSIS?” 

“Teman-teman menyarankanku ikut OSIS. Aku bahkan menjadi kandidat Ketua OSIS tapi tidak terpilih karena kemampuan bicaraku yang... hehe.”

Sonata tergelak. Maleo si anak XI IPA.1 itu kemudian mentraktirnya di kantin SMANSA. Sudah lama sekali dia tak mengobrol dengan Sonata.

“Banyak yang ngelihatin aku karena seragamku beda. Aku jadi tidak enak, Mal.”

“Ini pertama kalinya aku makan di kantin.”

“Ahaha kamu masih kayak dulu yang malas ke kantin, maunya ke perpustakaan terus. Kamu sekarang lebih keren ih pakai kacamata. Kelihatan pinternya, hehe.”

Maleo masih menyukai keceriaan cewek ini. Dia ingin memuji Sonata yang lebih cantik dengan jilbabnya dan kelihatan lebih putih. “Bagaimana di sekolahmu? Zizu...”

“Cieee kamu nanyain Zizu, ahaha. Dia tak berubah. Zizu orang yang apa adanya, sederhana, dan polos. Aku yakin dia juga tidak pacar-pacaran, hehe.”

Sebenarnya Maleo rindu dengan gadis itu. Dia masih ingat pernah memberikan ID Friendster pada Zizu, tetapi Zizu tak kunjung menghubunginya. Namun, berkat Zizu lah dia jadi melupakan Sonata. Dia tak pernah tahu kabar Sonata, tak memiliki teman yang cocok untuk membicarakan Sonata. Sonata juga tidak lagi curhat di Borneo FM.

“Kamu masih senang mendengarkan lagu di Borneo FM?”

“Masih. Aku harus update lagu-lagu baru. Kemampuan gitarku juga makin meningkat. Kalau mau dengar, nanti telepon aku, terus aku nyanyiin, hehe.”

Ah, mood Sonata yang sangat baik hari ini justru membuat Maleo mencurigai sesuatu. “Kamu... punya pacar?”

Sonata tersipu. Setelah menyeka bibirnya yang basah karena sirup dengan tisu, dia berkata, “Kak Reza. Dia nembak aku lewat telepon, pakai lagu... kamu tahu tidak lagu apa? Yang sering diputar Borneo FM. Clue-nya... Ada Band. Ayo tebak!”

Baru saja... baru saja Maleo berbunga-bunga bertemu lagi dengan cinta SMP-nya, tetapi sekarang... Maleo tak bersemangat bermain tebak-tebakan. “Apa? Manusia bodoh?”

“Iih, itu kan lagu tentang cowok yang diselingkuhi tapi tetap cinta ceweknya.”

“Kayak kamu sama Diaz dulu.”

“Iih jangan dibahas, aku malu.”

“Kalau Reza seperti Diaz, aku akan bertindak lagi.”

“Tidak akan. Dia sangat cinta aku, hehe. Dia ngasih aku kalung. Mau lihat?”

Maleo menggeleng. Kenapa cewek ini tidak peka-peka, sih? Begini-begini Maleo sangat pencemburu. Namun, Sonata terus bercerita tentang kencan pertama mereka di warung makan, pertemuan-pertemuan mereka di sekolah, Sonata yang dinyinyiri kakak kelas yang iri dia bisa berpacaran dengan Reza, sampai judul lagu kesukaan Reza.

Mungkin karena tampang Maleo yang memang datar dari sananya, Sonata tidak tahu Maleo sedang bete. Syukurnya seorang teman cewek datang mendekati Maleo dan bertanya tentang ponsel.

“Kak Maleo, boleh minta masukin lagu ke ponsel Nokiaku ini, tidak?”

“Bisa. Nanti sepulang sekolah datang saja ke ruang TI. Aku selalu di sana. Atau mau sekarang?”

“Sekarang aja.”

Lantas, Maleo bangkit, membuat Sonata refleks berdiri juga.

Sonata merasa asing melihat adegan di hadapannya. Dulu dia pernah bilang Maleo tidak populer dan jelek. Kini, Maleo sudah berubah.

Sebelum pergi, Sonata memberikan nomor ponselnya pada Maleo.

“Aku pakai XL Jempol, jadi bisa SMS gratis. Kita SMS-an saja.”

Maleo mengangguk. Hanya jika darurat saja, dia akan SMS Sonata. Lagipula, dia tidak memiliki ponsel sendiri, selama ini hanya menggunakan ponsel Bapaknya.

Status Sonata yang pacar Reza membuatnya tidak berniat berkomunikasi secara intens dengan Sonata.

*** 

Sesampainya di rumah, Bapak menyerahkan paket kiriman Ibu di Malang. Isinya ponsel Nokia. Selain Ibu dan kakaknya, Maleo tidak tahu harus menghubungi siapa pertama kali, sehingga dia menghubungi nomor yang ada di saku kemejanya.

Sonata mengiriminya SMS, “ini siapa”, setelah Maleo misscall dia. Maleo ragu menyebutkan namanya. Dia ingin mengerjai lebih dulu.

“Aku seseorang yang menunggu kamu putus dari Reza.”

“HAAAH? Kamu cewek apa cowok?”

Maleo menahan tawa. “Cowok, donk. Aku tak kalah ganteng dari Reza.”

“Aku jadi ragu kamu benar cowok. Cowok kok muji Reza ganteng, hahaha.”

Sial! Sial! Cewek ini menyebalkan juga.

“Kamu cowok tapi ingin Reza ya?”

Maleo masih sebal, tak membalas.

“Makanya kamu ingin aku putus sama Reza karena kamu ingin jadian sama Reza, hahaha. Duh kasian. Reza cintanya sama aku.”

Arrrgggh~ mentang-mentang pakai XL Jempol bisa SMS gratis, dumalnya.

“Apa karena kamu keseringan di SMS cewek yang naksir Reza sampai-sampai kamu defensif gini?”

“Defensif apaan sih?”

“:p”

“Sudah biasa. Malah bikin aku semakin bangga memiliki Reza.”

Maleo sudah mengacungkan ponselnya untuk dilempar ke dinding, untung saja dia masih ingat ini ponsel baru. Dia kesal Sonata selalu menyebut tentang Reza, tetapi tak pula bisa memungkiri bahwa hatinya masih menginginkan Sonata.

Ah, kenapa cinta bisa bikin sakit hati begini? Ini benaran cinta, bukan sih?

***    

Jika bukan cinta, lalu mengapa pertandingan Basket antara SMAMA dan SMANSA yang sama kuat ini tidak bisa membuatnya berhenti memperhatikan Sonata? Pertandingan ini sangat seru. Dia kesini untuk mendukung teman-temannya sebagai perwakilan OSIS, menjadi salah satu tim dokumentasi dan akan membuatkan videonya nanti, tetapi matanya terus mengarah pada Sonata.

Sonata juga sedang menonton pertandingan di depan lab kimia yang sedang digunakan untuk bazaar, bersama Reza.

Maleo lalu mendekati meja dengan kreasi-kreasi kerajinan tangan yang dipamerkan di meja panjang itu. Dia tertarik dengan figura berbahan dasar bambu dan membelinya.

Sonata mengenali Maleo yang menggunakan baju olahraga SMANSA dan melambaikan tangan untuknya. Maleo memotret momen saat Sonata tengah melambaikan tangan kanannya pada Maleo dan memegangi lengan Reza dengan tangan kirinya.

Maleo tak mengerti kenapa, setiap kali melihat Reza dia teringat Diaz yang kini bersekolah di SMK Darussalam bersama Mir.

Maleo tak pernah mengakui Reza sebagai cowok yang layak untuk Sonata, sejak kejadian kala pensi itu.

***              

Ketika Maleo keluar dari gerbang dengan motornya dan membonceng seorang teman, dia berpapasan dengan Zizu yang sudah melambaikan tangan untuk memintanya berhenti sebentar. Namun, Maleo meneruskan perjalanannya, masih gengsi bertemu Zizu di tengah-tengah orang.

Zizu sedikit sebal karena diabaikan, tetapi dia mengerti. Dia lalu melupakan keinginannya menjumpai Maleo dan menganggap tidak ada apa-apa.

Justru Maleo yang kepikiran terus, bertanya-tanya apa yang ingin disampaikan Zizu. Dia mencari akun Friendster Zizu tetapi tak menemukannya. Dia ke rumah Zizu tetapi Zizu sedang tidak ada. Dia sedikit menyesal.

***

Maleo mencari cara agar bisa bertemu Zizu, salah satunya meminta Sonata mengajak Zizu ke rumah Sonata, lalu Maleo menyusulnya nanti. Sonata setuju, dia juga tidak bertanya ada perlu apa dengan Zizu karena dia terus saja membicarakan betapa romantisnya Reza lewat sambungan video call itu. Tadinya, Maleo menggunakan aplikasi video call hanya untuk mengajari Sonata menggunakannya.

“Aku manggil Reza Papah. Lucu, kan? Aku juga membicarakan nama anak kami nanti. Renata kalau perempuan. Reno kalau cowok.”

Papah Mamah? Sungguh berlebihan.

Ekspresi pusing Maleo terhampar di depan mata Sonata. Sonata tak mencemaskannya karena dia begitu antusias menceritakan kisah kasihnya dengan Reza.

Ah, Sonata selalu ceria ketika jatuh cinta, ketika memiliki pacar. Maleo suka jika Sonata ceria. Tetapi, dia juga ingin Sonata tahu bahwa dia cemburu, tanpa harus mengatakannya.

“Kak Reza mengajakku kencan malam Minggu ini, Mal. Tapi aku tidak bisa. Ada acara keluarga di Pelaihari hari Minggunya.”

“Nanti aku yang gantikan kamu kencan sama dia.”

“Ahahaha kalau Kak Reza nya mau. Dia sukanya nongkrong di kafe dekat Murjani. Kamu tahu, kan? Susul aja, hahaha.” Tentu saja Sonata bercanda.

“Nanti aku susul.”

“Hahaha.”

“Sekarang kamu sudah mengerti kan menggunakan video call ini. Aku ingin mengerjakan hal lain. Sudah dulu, ya.”

“Oke, nanti aku ajak Kak Reza main video-an juga, hehe.”

Maleo tak peduli. Dia hanya kepikiran, sebenarnya apa manfaat dari memendam perasaan ini? Sonata tak peka dengan perasaannya. Apakah dia harus meminta Zizu mengatakan bahwa dia cinta pada Sonata?

***

Malam Minggu itu Maleo mencari kartu seluler yang konon sedang diobral murah agar dia bisa menelpon sepuasnya. Dari jalan, dia memandang ke arah kafe yang pernah diceritakan Sonata. Dan pemandangan itu membuatnya memberhentikan motornya sebentar. Dengan kacamatanya, dia mengamati, apakah dia mengenal cewek berambut panjang itu?

Lisa Ariana? Bukankah dia yang dulu akrab dengan Singa Genkz dan fotonya yang cantik jelita terdapat banyak di Google? Reza terlihat merangkulnya. Maleo melanjutkan ke tujuan sesungguhnya. Setelah mendapatkan kartu selular itu dia mencari Mir di Lapangan Murjani.

Dia bertanya kepada pengunjung Murjani yang begitu banyak, berharap ada salah satu dari mereka yang mengenal Singa Genkz. Beruntung, ada seorang cewek yang memberikan nomor ponsel Mir.

Mir mengangkat teleponnya. Maleo meminta bertemu sekarang. Meskipun Mir sedang asyik di tempat biliar, dia bersedia menemui Maleo di Warung Bakso Batuah dekat Batas Kota Martapura-Banjarbaru.

***   

“Dana dan Lisa tidak pernah pacaran seperti yang orang duga. Kamu boleh menyebutnya, seperti lagu Duo Ratu...”

“Teman Tapi Mesra?

“Yup.” Mir lalu menenggak es teh manisnya. “Ada masalah dengan Lisa?”

“Kalau Lisa berangkulan dengan seorang cowok, apa artinya?”

“Itu biasa dalam pergaulan kami.”

Maleo tak puas. Dia cemas sekali. “Aku melihat Lisa dengan Reza, pacar Sonata.”

Ekspresi Mir jauh dari kesan terkejut. Dia malah pergi ke kasir dan sibuk dengan dompetnya. Dia pikir obrolan ini tak penting. “Anak band biasa kali, playboy. Gonta-ganti cewek sampai bertemu cewek yang benar-benar dia cari,” ucapnya.

Memangnya hati cewek itu sesuatu yang pantas dipermainkan? Masalahnya, selama ini Sonata selalu memuja-muji Reza. Tidak adil jika cowok itu melakukan hal yang Sonata benci.

“Mir, tolong bilangin Lisa Aria~!”

Mir sudah naik ke atas motor gede barunya. “Sudah kubayarin baksomu.”

“Mir, tolong bantu aku~”

“Sonata sendiri yang memilih pacaran dengan cowok keren dan ditaksir banyak cewek. Biarkan dia menanggung resikonya.”

Kata hati Maleo mengatakan, Mir tidak salah. Namun, kata hatinya pula yang mengatakan, Reza selingkuh, dan Sonata harus tahu ini. Jika dulu dia bisa meminta tolong Erina membawa Sonata untuk melihat langsung perselingkuhan Diaz, kini dia bertekad akan membawa Sonata sendiri jika kembali mendapati Reza bersama Lisa.

Dia sayang Sonata dan inilah yang harus dia lakukan.

*** 

Dan hari Kamis Sore ini, Maleo sudah di jalan menuju rumah Sonata, karena di rumah Sonata kini sudah ada Zizu. Namun, di kafe yang sama, dia melihat Reza lagi-lagi bersama Lisa Ariana. Maleo kehilangan kesabaran. Sesampainya di depan pagar Sonata, dia segera meminta Sonata naik ke boncengannya. Sonata sempat menolak.

“Memangnya di kafe itu Reza ngapain?”

“Ikut aja dulu!”

“Tidak mau. Aku capek, Mal.” Sonata merasa ada yang tak beres, berusaha menolaknya, tetapi Maleo terus memaksanya.

Akhirnya Sonata menyerah. Di boncengan Maleo, dia merasakan resah luar biasa. Sesampainya di kafe, Maleo turun duluan dan menghampiri Reza.

“Ini pacarmu yang lain?” tanya Maleo tak sabaran.

Lihat selengkapnya