Pangeran Kodok Kesandung : Kisah Cinta Pertama 2003

Mariatul Qiftiah
Chapter #15

Chapter XIV

-----------------------------------

Sonata terlihat lesu Kamis pagi ini. Jalannya sangat lambat. Matanya bangkur[1]. 5 detik setelah dia sampai ke kelasnya di XI Bahasa yang ada di lantai atas, bel berbunyi. Seorang teman bertanya padanya tentang siaran Borneo FM tadi malam.

“Nangis karena terharu? Kayaknya si Maleo itu sayang banar wan ikam.”

Sonata bingung harus bagaimana. Maleo memang mengejutkannya, tetapi tidak sampai membuatnya menangis. Jujur, dia tak ingin memikirkan Maleo sebab kepalanya sudah penuh oleh Reza. Dia tak bisa berhenti memikirkan Reza.

“Kak Reza kada membalas SMS dan menjawab teleponku.”

Teman di sebelahnya mengangguk. Para remaja ini percaya, cowok mengabaikan SMS dan telepon, pertanda ada perubahan dalam hubungan.

Sonata terlamun. Bahkan walau matanya mengarah ke Bu Guru dan papan tulis, pikirannya tak fokus. Dia menyadari, Maleo tak sejahat yang dia kira. Cowok yang dia bela di depan teman-temannya sudah tak perhatian dan manis seperti dulu. Dan itu bukan karena ulah Maleo.

Dia hanya merasa hampa. Maleo ada benarnya. Jatuh cinta dan dicintai mampu membuatnya menjalani hidup dengan gairah. Jika hanya salah satunya, jika cintanya tak berbalas, dia akan bersedih dan mendung.

*** 

Dua bulan Sonata bertahan dalam hubungan yang hambar dengan Reza. Dalam dua bulan ini mereka masih makan bersama di kantin, naik motor bersama, SMS-an walau tak sesering dahulu. Sonata hanya takut kehilangan Reza. Tak ingin putus. Tak ingin berpisah. Dia juga tak mengerti mengapa dia begitu lemah terhadap cinta.

Reza masih tersenyum seperti dahulu saja dia sudah bersyukur. Mungkin jika orang lain melihatnya, tak akan terlihat perubahan dalam hubungan mereka. Hanya Sonata lah yang merasakan.

Bahwa Reza tak sepenuh hati dengan hubungan ini.

***

Walaupun begitu, dalam hubungan mereka tak ada pertengkaran. Sampai kemudian, di awal bulan Maret 2007, Sonata mendengar isu tak mengenakkan tentang Reza.

“Reza dikeluarkan dari sekolah.”

Sonata tahu, Reza tak kelihatan di sekolah selama 2 hari, tetapi dia masih membalas SMS Sonata dan mengatakan sedang sakit tifus.

Setiap siswa diberi modal 100 poin. SMAMA menerapkan pengurangan poin-poin untuk setiap pelanggaran. Selama ini, Reza bukan berandal yang setiap hari berbuat onar di sekolah. Pelanggaran yang minus 100 poin adalah...

“Menikah???”

Temannya mengangguk. Teman-teman lainnya datang mengerubungi meja Sonata. Sonata kebingungan. Dia berpacaran dengan Reza, jadi Reza menikahi siapa?

Sang teman tak nyaman mengatakannya dengan lugas. Mereka membiarkan Sonata merenung sendiri dan tak mau mengganggu Sonata.

Mereka pikir, Sonata akan mengerti dengan sendirinya.

***

Sonata terus saja menolak percaya. Dia juga tak membahasnya ketika menelpon Reza, meski dia akui Reza tak banyak bicara seperti biasa. Setelah menanyakan bagaimana kabarnya, sudah makan, sedang apa, Reza menjawab apa adanya tanpa basa-basi, tanpa keceriaan. Hari ke-7 Reza tidak masuk, Sonata mulai goyah dengan kepercayaannya.

Lalu Rabu itu, Sonata tak sengaja melihat Reza mendorong motornya ke parkiran. Reza mengenakan seragam abu-abu. Sonata dengan riang berlari kecil ke arahnya. Namun, respon Reza begitu dingin.

“Nanti aja ya bicaranya.” Meninggalkan Sonata dengan tanda tanya.

Sonata masih berpikiran positif. Dia pamer kepada teman-temannya bahwa itu cuma isu. Buktinya Reza masih bisa sekolah. “Dosa loh menyebarkan gosip tak benar.”

Temannya merasa mendapat informan terpercaya. Dia tak rela disindir Sonata menyebarkan kebohongan. Tak pelak membuat keduanya berseteru.

Ikamnya aja yang bodoh, Son.”

“Awas aja ikam nyebarin berita kada benar tentang Kak Reza lagi.”

Keduanya ditenangkan teman-teman sekelas. Sonata marah padanya, begitu pun sang teman.

Setelah bel pulang berbunyi, Sonata terburu-buru menuruni tangga, berlari menuju kelas Reza. Teman Reza melihat kehadiran Sonata di depan pintu, dan memberi Reza saran. “Sudahlah Za, terbuka aja!”

Reza mengangguk. Dia mengajak Sonata mengobrol di Bakso Batuah, seberang jalan Pasar Batuah Martapura.

***

“Aku senang kamu sudah masuk lagi. Hhh, Rina jahat banget memfitnah kamu. Orang sakit kok difitnah yang aneh-aneh.”

Wajah Reza masih saja terlihat murung, seperti saat bertemu di parkiran. Namun, Sonata terus bergelayut manja di lengannya, membela Reza dan balik menjelek-jelekkan temannya.

Lihat selengkapnya