Pangeran Perak Hanya Tahu Dicintai

Eldoria
Chapter #2

Vol 1 Bab 2: Anna, Maid yang Terpilih

Pagi Ceria

POV: Anna, Pelayan Eksklusif

Pagi itu… seharusnya biasa saja.

Tapi tidak di Arclight.

Karena pagi di istana ini selalu seperti birama pertama musik musim semi: pelan, cerah, dan lembut menyentuh.

Matahari merayap malu-malu menembus kaca patri. Lantai marmer memantulkan lukisan cahaya: rona mawar, emas, dan langit. Para pelayan bersenandung lembut, menikmati aroma melati dan teh yang baru diseduh.

Para ksatria muda telah berbaris di halaman depan, gagah dan rapi. Dari balkon, mereka tampak seperti bidak catur perak di papan mimpi. Dan dari ujung lorong timur yang sepi… seorang gadis muncul.

Langkahnya ringan. Rambut hijaunya berayun lembut, mengikuti irama detak jantungnya sendiri. Mata emasnya memantulkan cahaya pagi bagai butiran madu. Seragam pelayannya sederhana—hitam putih, tanpa hiasan, tetapi seolah dibuat khusus untuknya.

Beberapa ksatria menyambutnya. Senyum mereka tampak gugup. Namun gadis itu hanya membalas dengan anggukan ringan. Senyumnya tipis, sopan, nyaris tak terlihat.

Hari ini... bukan hari yang tepat untuk senyum ramah.

Hari ini—ia akan bertemu Pangeran Lune lagi.

Setelah tiga bulan, rasanya seperti selamanya.

Anna, Pelayan Eksklusif

Namanya Anna.

Di antara para pelayan, namanya sering dibisikkan: "Rakyat jelata cantik yang menjadi pelayan eksklusif sang pangeran."

Namun Anna bukanlah orang yang suka menyombongkan diri. Ia hanya ingin melakukan tugasnya, dan hari ini, ia bangun lebih pagi daripada siapa pun.

Ia menyiapkan sarapan dengan tangannya sendiri: roti keju hangat, buah delima kupas manis, dan teh melati yang diseduh tepat tiga menit. Tidak lebih. Tidak kurang.

"Hari pertama Pangeran kembali ke istana... setelah sekian lama. Kuharap senyumnya masih seperti yang kuingat..."

Wajah Anna memerah. Ia menggigit bibir bawahnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Satu Tahun yang Lalu… Kilas Balik

Saat itu, istana membuka pendaftaran pelayan untuk umum.

Anna—seorang gadis dari keluarga pedagang kecil—mendaftar dengan penuh keberanian. Ayahnya berjualan kain, ibunya seorang ibu rumah tangga. Ia memiliki dua adik perempuan imut yang sering membuat rumah berantakan.

“Anna, kamu yakin ingin pergi ke ibu kota?” tanya ayahnya cemas.

“Ini dunia bangsawan, sayang… siapa kita?” tanya ibunya lirih.

Namun Anna mengangguk tegas.

“Aku ingin mencoba. Bukan hanya untuk diriku sendiri… tetapi juga untuk adik-adikku.”

Dengan persetujuan yang awalnya ragu-ragu, Anna berangkat.

Tiga bulan pertama—magang sebagai pelayan istana—ternyata sama sekali tidak seperti dongeng. Kerja keras, jam kerja yang panjang, dan pelatihan yang ketat. Namun yang paling menyakitkan… adalah tatapan sinis dari para kandidat lainnya.

Ketika Anna akhirnya lulus ujian dengan nilai tertinggi, harga dirinya tak dapat disembunyikan. Namun, dengan kesombongan itu muncullah... kecemburuan.

Lihat selengkapnya