BUGH!!! “Aduh!” Sebuah benda keras mengenai wajahku. Aku yang sedari tadi tidur, merasa sangat terkejut. “Bangun. Mau tidur sampai kapan?” Ibu menegurku dengan ketus. “Biarkan aku tidur sebentar lagi, Bu!” protesku. “Oh, ya sudah. Tidurlah. Biar kumakan ikan ini sendirian.” “Ikan?!” Seakan tersetrum listrik bertegangan tinggi, aku seketika bangkit. Mataku terbelalak. Ada seonggok ikan bandeng goreng yang berukuran cukup besar, tanpa kepala, tergeletak di dekat kaki Ibu. Sudah pasti yang mengenai wajahku tadi adalah kepala ikan bandeng ini. Ibu yang melemparkannya ke arahku. “Dengar makanan saja, langsung bangun.” Aku tersenyum kecil dan segera mendekat ke Ibu. Disodorkannya padaku bagian ikan bandeng yang paling berdaging. Sejenak sebelum melahapnya, aku merasa ada yang aneh dari aroma ikan ini, baunya sedikit masam dan rasanya kecut. “Bu, sepertinya ikan ini basi. Ciumlah baunya…” “Sudah. Dimakan saja!” Aku memandangi ikan bandeng tersebut dalam diam. “Kalau kau tidak mau, tinggalkan saja, biar kumakan nanti.” Karena tidak ingin mengecewakan Ibu, kumakan sedikit bagian dari punggung ikan. Sejujurnya, menelannya saja terasa sangat susah, namun perjuangan Ibu untuk mendapatkan ini sudah pasti jauh lebih sulit. Ibu selalu bangun pagi-pagi buta untuk menyusuri jalanan, mengorek tempat-tempat sampah agar mendapatkan makanan yang menurutnya masih layak untuk dikonsumsi. Ibu selalu bangun jauh lebih awal daripada yang lainnya. Tak jarang juga ia harus mempertaruhkan nyawa saat memperebutkan makanan. Pernah, pada suatu ketika, Ibu hendak mendapatkan ikan yang lebih segar untuk kami makan. Ia nekat menyelinap masuk ke dalam dapur suatu rumah makan. Awalnya, Ibu mengira telah berhasil mendapatkan ikan nila segar yang masih belum dimasak. Sialnya, tiba-tiba terdengar teriakan lantang dari sang juru masak. Ibu langsung bergegas kabur. Hampir saja kepalanya terhantam oleh cobek batu yang dilempar ke arahnya pada saat itu. Kurasa kejadian itu cukup membuat trauma yang mendalam untuk Ibu sehingga ia tak pernah melakukannya lagi. Mempertaruhkan nyawa demi mengisi perut yang kosong. Begitulah sulitnya mencari makanan bagi kaum-kaum seperti kami.