Rafa masih memperhatikan langkah Mona yang pergi menjauhinya, di dalam hati ia mengumpat sikap Mona padanya. Pertama kali ada cewek yang dengan berani melawan ucapannya.
Bersama itu Mona berjalan cepat dengan perasaan kesal pada cowok yang menurutnya sangat sombong itu. Dinda berjalan mengekorinya.
"Mona ... tunggu!" Seru Dinda dengan nafas yang tersengal-sengal.
Sejurus kemudian Mona berhenti. Ia menepuk jidatnya merasa tak enak membuat teman barunya itu ngos-ngosan karena mengejarnya. "Maaf, ya, Din? Kamu gak apa-apa?"
"Gak apa-apa, Mon," jawabnya sambil menyeka keringat yang membasahi keningnya.
"Yaudah kita pulang, yuk." Dinda mengangguk lalu mereka hilang di balik pintu angkot yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Tak lama angkot itu pun berlalu.
"Mon, sebenarnya lo ada masalah apa sama Rafa?" Dinda memulai obrolannya di tengah perjalanan. Mereka duduk berhadapan.
"Oh, namanya Rafa. Dia itu udah bikin aku terluka, Din. Dan dengan tanpa rasa bersalah, dia pergi gitu aja. Bahkan dia gak minta maaf atau apa kek, nyebelin banget, kan?" jelasnya kesal.
"Emang Rafa gitu orangnya, tapi mending lo gak usah berurusan dengan cowok itu. Bakal panjang urusannya, lo gak akan tenang kalau udah berhadapan dengan Rafa."
Ucapan Dinda berhasil membuat Mona terheran-heran, kedua alisnya saling bertautan. "Memangnya kenapa? Apa semua orang takut dengan ... siapa tadi? Rafa?"
"Iya, Rafa. Pokoknya jangan lagi berurusan sama dia, Mon. Dia itu nyebelin banget, nakal dan sukanya bikin gara-gara. Semua guru juga udah capek ngadepin anak bandel kaya dia, sering dihukum tapi gak kapok-kapok!"
Mona hanya mengangguk pelan tanda mengerti. Namun, di hatinya ada rasa penasaran yang mengganggu. Dia setuju dengan penjelasan karakter Rafa, tapi entah kenapa Mona bukan semakin kesal malah ingin sekali memastikan sendiri seperti apa Rafa itu sebenarnya. Mengapa sampai nggak ada orang yang berani sama dia?
"Mona! Kok bengong, sih?"
Suara Dinda membuyarkan lamunannya. "Heh? I-iya iya ... kamu tenang aja."
Kedua gadis remaja yang baru berkenalan itu terpisah saat Mona lebih dulu sampai di rumahnya.
***
Rafa menghentikan motor gedenya di depan rumah mewahnya, ia turun dan melepas helm lalu masuk ke rumah berlantai dua itu.
"Rafa ... kamu sudah pulang?" Seorang wanita cantik mendekati Rafa. Sementara itu Rafa tak menghentikan langkahnya, ia terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke arah wanita yang sudah dengan tulus menyambut kedatangannya.
Seperti biasa, Shinta--ibu tiri Rafa tak pernah mendapat sikap baik dari anak suaminya itu. Selama ini Rafa tak pernah menganggap Shinta sebagai ibu barunya.
Ya, Rafa sebelumnya tak menyetujui hubungan Papanya dengan Shinta. Sang Mama sudah meninggal setahun yang lalu, tapi Agung--Papa Rafa sudah menikahi wanita lain.
Sejak saat itulah kehidupan Rafa berubah seratus delapan puluh derajat. Ia lebih suka di luar rumah ketimbang berada di rumahnya sendiri. Ia menjadi anak yang brutal dan suka bikin ulah.